Liputan6.com, Jakarta - Aliran dana investor asing mencapai Rp 10,67 triliun hingga perdagangan Jumat, 2 Februari 2024. Adapun pada pekan 29 Januari-2 Februari 2024, investor asing melakukan aksi beli saham Rp 4,8 triliun. Analis prediksi, aliran dana investor asing masih masuk ke pasar saham hingga akhir 2024.
Head of Investment Reswara Gian Investa, Kiswoyo Adi Joe menuturkan, ada sejumlah sentimen positif yang mendorong aksi beli saham oleh investor asing. Pertama, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diprediksi 5 persen pada 2024 didukung dari konsumsi domestik.
Advertisement
"Ada pemilu, pilkada akan meningkatkan konsumsi masyarakat. Ini sangat berpengaruh,” ujar Kiswoyo saat dihubungi Liputan6.com, Minggu (4/2/2024).
Kedua, laporan keuangan emiten yang masih bagus berpotensi membagikan dividen. "Ketiga, the Fed berpotensi menurunkan suku bunga pada semester II 2024 ini jadi sentimen positif. Ditambah kondisi sosial politik yang aman juga turut mendukung,” ujar dia.
Dari aksi beli saham oleh investor asing, mayoritas membeli saham perbankan. Investor asing membeli saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Rp 727,6 miliar, kemudian aksi beli saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) senilai Rp 368,6 miliar. Lalu saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) senilai Rp 360,4 miliar, dan saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) senilai Rp 233,9 miliar.
“Investor asing beli saham bank karena likuiditas gede, dan empat emiten bank besar biasanya bagikan dividen,” kata dia.
Kiswoyo menuturkan, investor asing akan kembali masuk ke pasar saham hingga akhir 2024. Hal tersebut didukung dari potensi penurunan suku bunga the Fed dan pertumbuhan ekonomi.
Suku Bunga Landai, Indonesia Bakal Kebanjiran Dana Investor Asing
Sebelumnya diberitakan, sejak awal 2024, investor asing terpantau terus melakukan aksi beli saham ke pasar saham. Aksi beli saham ini diprediksi terus berlanjut hingga akhir 2024.
Hingga perdagangan hari ini, Kamis 18 Januari 2024, data RTI menunjukkan investor asing telah mencatatkan net buy Rp 6,82 triliun secara year to date (YTD) di seluruh pasar.
Chief Economist & Investment Strategist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), Katarina Setiawan optimistis tren ini akan berlanjut hingga akhir tahun.
"Investor asing itu sangat positif terhadap pasar kita. Kita menerima aliran dana investor asing terbesar dibandingkan dengan negara-negara lain di ASEAN dan konsisten dalam 8 dari 9 Minggu terakhir. Jadi masuk terus secara konsekutif 8 minggu dari 9 minggu terakhir," ujar Katarina dalam Press Conference Market Outlook: Keeping up with 2024, Kamis (18/1/2024).
Faktor lain yang mungkin menyebabkan investor asing suka dengan pasar Indonesia karena valuasinya sudah sangat murah.
Sebagai acuan, Katarina menuturkan, pada 2023 pergerakan pasar saham Indonesia kurang menggembirakan dengan kenaikan yang tidak terlalu bagus karena berbagai faktor yang membuat investor tidak terlalu suka. Kondisi tersebut diperkirakan akan membaik pada tahun ini didukung sinyal penurunan suku bunga The Fed.
"Kalau suku bunga turun, maka investor itu akan beralih melihat mana negara-negara yang pertumbuhannya lebih baik, lebih bagus, memberikan potensi pertumbuhan yang baik dan nilai mata uangnya stabil. Dan itu termasuk Indonesia di dalamnya," kata Katarina.
Di sisi lain, Katarina menilai investor asing juga melihat bahwa pemilihan umum (pemilu) di Indonesia akan berlangsung kondusif dan aman, seperti yang terjadi di pemilu-pemilu sebelumnya. Sehingga tidak ada kekuatiran mengenai keamanan Pemilu.
"itu juga salah satu faktor yang membuat mereka lebih nyaman untuk masuk ke Indonesia," imbuh dia.
Advertisement
Faktor Lainnya
Faktor lainnya adalah tadi mengenai geopolitik luar negeri, di mana Indonesia cukup terlindungi dari dampak negatif yang geopolitik. Meski jika isu tersebut berkembang menjadi ketegangan yang meningkat maka tidak ada satu negara pun yang bebas dari dampaknya.
Namun, secara keseluruhan Indonesia memiliki sumber daya yang cukup untuk tidak terlalu bergantung terhadap negara-negara lain. Dari sisi PDB Indonesia saat ini juga tidak terlalu bergantung pada perdagangan internasional yang tahun ini agak terhambat karena pertumbuhan ekonomi dunia mengalami moderasi.
"Jadi faktor itu yang dilihat oleh investor asing. Dan kemungkinan untuk tahun 2024 mereka akan lebih minat untuk masuk ke pasar kita seperti yang sudah ditunjukkan dalam dua bulan lebih terakhir ini," pungkas Katarina.