Tutup Debat Pamungkas, Ganjar Sampaikan Pesan Jokowi di Pemilu 2019

Ganjar mengungkapkan, Jokowi juga berpesan agar tidak memilih capres yang memiliki rekam jejak masa lalu yang buruk.

oleh Delvira HutabaratMuhammad Ali diperbarui 05 Feb 2024, 00:13 WIB
Calon Presiden (Capres) nomor urut 03 Ganjar Pranowo menyampaikan pernyataan penutup atau closing statement didampingi Calon Wakil Presiden (Cawapres) Mahfud Md di debat Pilpres 2024 Minggu (7/1/2024) di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta Pusat. (Tangkapan Layar YouTube KPU RI)

Liputan6.com, Jakarta - Calon presiden (capres) nomor urut 03, Ganjar Pranowo menutup debat pamungkas dengan mengutip pesan dari Presiden Joko Widodo pada Pilpres 2019. Menurut Ganjar, Jokowi berpesan agar tidak memilih capres yang berpotensi menjadi seorang diktator.

“Lima tahun lalu 2019, saya tim kampanye Joko Widodo. Beliau menyampaikan, kita diingatkan untuk tidak memilih calon yang punya potongan diktator dan otoriter,” kata Ganjar pada debat terakhir KPU, Minggu (4/2/2024).

Ganjar mengungkapkan, Jokowi juga berpesan agar tidak memilih capres yang memiliki rekam jejak masa lalu yang buruk, seperti pelanggar HAM ataupun koruptor.

“Yang punya rekam jejak pelanggaran HAM, yang punya rekam jejak untuk melakukan kekerasan, yang punya rekam jejak korupsi, saya sangat setuju dengan yang beliau sampaikan, agar kriteria ini menjdi pegangan kita semua dalam memilih pemimpin,” beber Ganjar.

Sebelumnya, Ganjar menyatakan pemerintah dan  birokrat harus memfasilitasi proses-proses kerja kreatif dari para seniman dan budayawan. Ia menyebut, biarlah lingkup seni budaya dilakukan para budayawan tanpa campur tangan birokrasi.

"Kalau benturannya antara budaya dan birokrasi, maka sikap birokrat, birokrat itu cukup fasilitasi saja dan para pelaku seni. Budayawan dia lah yang mengerjakan, maka budaya akan tumbuh dan pemerintah akan bisa melihat bagaimana proses kreatif itu berjalan," ujar Ganjar dalam debat capres terkahir, Minggu (4/2/2024).

Ganjar lantas mencontohkan kasus budayawan Butet Kartaredjasa yang dilaporkan ke kepolisian saat  mengkritik Presiden Joko Widodo (Jokowi). Padahal, menurutnya kritik Butet adalah bentuk dari kebebasan berekspresi.

"Pemerintah mesti dikritik, pemerintah mesti waras, pemerintah mesti dalam track dan biarkan mereka mengekspresikan dengan dengan seninya, dengan karakternya, dengan budayanya," ujar Ganjar.


Ganjar Pertanyakan Lontaran Prabowo

Calon presiden Ganjar Pranowo menyindir capres Prabowo Subianto di debat capres 2024. Momen ini terjadi saat Prabowo kembali menanggapi jawaban Ganjar terkait pernyataan yang diberikannya terkait pemberian makan untuk mereka yang kurang gizi.

Menteri Pertahanan itu seolah membenarkan pertanyaannya saat mendengar jawaban Ganjar.

“Sebetulnya yang sampaikan ya persis itu,” kata Prabowo Subianto yang kemudian mendapat sorakan.

“Jadi kita, belum, belum, belum, program saya kita beri makan ibu yang sedang hamil. Kita beri bantuan gizi kepada ibu yang sedang hamil, karena dia mengandung 9 bulan. Tapi stunting itu karena kurang gizi Pak Ganjar. Itu karena ibu dan dianya kurang gizi, dia stunting dan itu terjadi di seluruh bagian seluruh Indonesia yang saya ketemukan, anak-anak 10 tahun badannya seperti 4 tahun,” kata Prabowo.

Karena itu, Menteri Pertahanan yang juga Ketua Umum Gerindra ini meminta agar negara melakukan intervensi.

“Jadi kita harus intervensi, kasih bantuan makan, dan ini mengurangi kemiskinan. Karena banyak sekali rakyat kita yang penghasilannya hanya Rp 1 juta sebulan. Jadi kalau tidak dibantu makan anak-anaknya, sangat berat hidupnya,” tutur dia.

Mendengar hal itu, Ganjar menanggapi balik.

“Jadi maksud bapak mengoreksi pertanyaan bapak ke saya ya tadi?,” tanya mantan Gubernur Jawa Tengah ini.

Hal itu pun langsung dibantah Prabowo. “Tidak. Bapak setuju atau tidak tentang bantuan makan siang?,” balas Prabowo.

Ganjar pun kembali menjelaskan jawabannya.

“Karena beliau tidak mengoreksi pertanyannya, bapak mau kasih makan untuk mencegah stunting untuk anak-anak? Terlambat itu pak. Kalau bapak mau mencegah stunting pak, sekali lagi pak, perhatikan proses menikah pak, mulai dari mereka remaja, kemudian bapak harus liat pak, perempuan Indonesia remaja Indonesia itu sebagian besar anemia, perhatikan itu dulu,” jelasnya.

“Kalau itu sudah, maka dia menikah perhatikan usianya. 19 tahun usia hari ini adalah ukuran di mana mereka sehat secara mental dan secara fisik. Kalau itu sudah pak, diperiksakan semua ke dokter, ke rumah sakit dan rutin, itu akan terjaga dan gizi yang baik yang ada di sana, itu pendapat saya,” sambung Politikus PDIP ini.

Infografis Isu Ganjar-Mahfud Koalisi dengan Anies-Muhaimin. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya