Liputan6.com, Jakarta Nama Desa Bansari mungkin masih belum banyak dikenal oleh masyarakat secara luas. Lokasinya yang berada di lereng Gunung Sindoro, tepatnya di Kecamatan Bansari, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, memang membuat desa yang satu ini seolah berada di tempat yang terpencil karena jauh dari akses kota besar.
Lokasi desa ini berada di ketinggian 1.000-1.500 mdpl yang memmbuatnya menawarkan pesona tersendiri sejauh mata memandang. Hamparan lahan pertanian yang dikelola masyarakat menciptakan suasana asri yang membuat betah para pengunjungnya. Berbagai potensi yang dimiliki inilah kemudian dimanfaatkan oleh masyarakat desa agar berkembang lebih modern dan maju. Desa Bansari pun berhasil menjadi Juara 1 Nugraha Karya Desa BRILian 2023 yang digelar oleh BRI.
Advertisement
Kaya Potensi dan Inovasi
Dalam sesi wawancara bersama tim Liputan6.com pada Rabu (17/01/2024), Herlan, Kepala Desa Bansari menjelaskan bahwa desa ini memiliki banyak potensi yang menjadikannya keunggulan tersendiri.
Misalnya potensi di bidang pertanian yang menerapkan konsep smartfarming atau pertanian modern untuk tanaman melon dengan sistem hidroponik berkualitas premium. Pemasarannya pun tak terbatas di Jawa Tengah saja, tapi sudah mencapai Jakarta dan Bandung.
“Smartfarming ini menggunakan Internet of Things. Jadi untuk mengukur tingkat keasaman, kelembapan udara, angin, dan sebagainya, sudah bisa dilihat di alat tersebut dan dikendalikan dengan smartphone. Smartfarming ini bekerja sama dengan berbagai kementerian dan akademisi dan juga dari BRI yang selama ini selalu mendampingi dan memfasilitasi semua kegiatan yang ada,” cerita Herlan.
Selain melon, Herlan menjelaskan Desa Bansari juga memiliki perkebunan tembakau dan kopi sebagai hasil alam. Potensi ekonomi pun dihasilkan dari UMKM masyarakat yang mengolah produk kerajinan kulit, kayu, serta sablon konveksi. Ada juga potensi wisata yang tak kalah menarik yaitu Embung Bansari dan Festival Lembutan Tembakau yang digelar setiap tahun.
Potensi yang dimiliki oleh Desa Bansari ini pun dikelola dengan terorganisir oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Tirta Sembada. Meskipun baru berdiri 3 tahun ke berdiri, tapi produktivitasnya tak perlu diragukan. Bahkan, unit usaha yang ada berhasil menjadi roda penggerak ekonomi masyarakat. Hendi Nur Seto selaku Ketua Unit Usaha Pertanian Modern BUMDes Tirta Sembada menjelaskan ada 4 (empat) unit usaha utama yang berjalan hingga saat ini.
Pertama, destinasi wisata Embung Bansari yang menjadi bagian dari program 1.000 embung dan diresmikan langsung oleh Presiden Joko Widodo. Embung Bansari berada di ketinggian 1.400 mdpl membuatnya memiliki pemandangan fantastis 9 gunung di Jawa Tengah.
“Untuk saat ini, Embung Bansari digunakan untuk destinasi wisata, bisa untuk camping, gathering, treking dan lain-lain. Di atasnya sudah berbatasan dengan wilayah hutan milik Perhutani, jadi pengunjung bisa sekalian treking, karena sudah ada pos pendakian,” jelas Hendi.
Unit usaha kedua yang dijelaskan Hendi adalah pertanian melon dengan sistem hidroponik di dalam greenhouse berkualitas premium. Selanjutnya ada SPAMDES atau Sistem Pengelola Air Baku untuk Air Minum Pedesaan yang mengalirkan air ke rumah-rumah warga sekaligus untuk usaha. Terakhir adalah Warung Sembako, yaitu unit usaha yang menyediakan kebutuhan sembako warga dan di dalamnya ada AgenBRILink yang menggunakan mesin EDC dari Bank BRI.
Hendi juga menjelaskan bahwa seluruh unit usaha BUMDes tersebut berusaha memberikan manfaat untuk masyarakat. Salah satunya adalah penyerapan tenaga kerja yang membantu perputaran roda ekonomi di desa tersebut.
Advertisement
Partisipasi dalam Program DesaBRILian
Hendi menceritakan pengalamannya mengikuti program Desa BRILian sebagai sesuatu yang tak terlupakan. Dari situ, dia mendapatkan banyak pelajaran baru terkait digitalisasi, pertanian modern, bahkan mendapatkan jaringan baru yang membuat Desa Bansari lebih dikenal luas.
“Awalnya di akhir 2022 kami mulai mendaftar, lalu awal 2023 kami mulai ikut pelatihan dari BRI via Zoom. Jadi kami beberapa kali mengikuti pelatihan digitalisasi, pemasaran, manajemen, dan sebagainya. Support dari BRI juga begitu banyak, kami jadi dimudahkan mendapatkan berbagai fasilitas dari BRI seperti KUR, BRImo, QRIS dan sebagainya yang banyak diaplikasikan di desa. Bumdes memang masih 3 tahun berjalan, tapi kami semangat mengadopsi berbagai hal baru,” jelas Hendi mengungkapkan kesan-kesannya selama mengikuti program Desa BRILian tersebut.
Herlan, selaku Kepala Desa juga mengungkapkan bahwa program ini memberikan kesan yang tidak terlupakan baginya. Ia juga memberikan pesan untuk desa lainnya yang ingin bertransformasi menjadi desa modern bahwa kekuatan ada pada generasi muda dan kolaborasi dengan berbagai pihak.
“Dengan adanya inovasi ini, banyak pemuda yang tidak perlu jauh-jauh ke kota. Ternyata di desa pun perekonomian itu punya potensi besar, perputaran uangnya juga baik. Kami juga sangat terbuka dengan kolaborasi baik itu dari pemerintah, lembaga, akademisi, hingga BUMN dan swasta,” pungkasnya.
Pada kesempatan terpisah, Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengungkapkan bahwa Desa BRILiaN merupakan program pemberdayaan desa yang bertujuan menghasilkan role model dalam pengembangan desa yang diinisiasi BRI sebagai bentuk agent of development dalam mengembangkan desa. Hingga akhir tahun 2023 tercatat terdapat 3.178 desa yang telah mendapatkan pemberdayaan Desa BRILiaN.
“Program Desa BRILiaN ini adalah contoh nyata komitmen BRI sebagai perusahaan BUMN dalam menerapkan economic value dan social value secara bersamaan, sehingga tidak perlu dipertentangkan, dengan kemampuan BRI menavigasi tantangan dengan baik maka tujuan perusahaan dapat tercapai dengan baik,” tegas Supari.