Melihat Makna di Balik Pertemuan Gibran, SBY, dan AHY di Cikeas

Setelah Jokowi bertemu AHY di Yogyakarta Minggu pagi, 28 Januari 2024, kini giliran Gibran Rakabuming Raka bertemu AHY dan SBY di Cikeas, Bogor. Apa makna di balik pertemuan tersebut?

oleh Muhammad Ali diperbarui 06 Feb 2024, 00:00 WIB
Calon wakil presiden nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka bertemu dengan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Cikeas, Bogor, Jawa Barat, pada Senin, (5/2/2024) pagi. (Merdeka).

Liputan6.com, Jakarta - Mengenakan kemeja berwarna biru, Gibran Rakabuming Raka tiba di kediaman Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Senin (5/2/2024) pagi. Putra SBY, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyambut kehadiran capres pendamping Prabowo Subianto tersebut di depan gerbang.

"Terima kasih sudah datang," kata AHY kepada Gibran.

Usai bersalaman dan cipika-cipiki, Gibran dan AHY berjalan menuju rumah, di mana SBY sudah menanti kehadiran Gibran. Putra Presiden Jokowi itu pun langsung bersalaman dengan SBY yang telah menantinya di depan rumah. Ia mengucapkan terima kasih kepada SBY yang telah menerima kunjungannya di Cikeas.

"Matur suwun (terima kasih) sudah diterima pagi pak," kata Gibran kepada SBY.

Lalu, SBY pun mempersilakan Gibran dengan didampingi AHY masuk ke dalam rumahnya. Mereka menggelar pertemuan yang membahas tentang Indonesia hari ini, Indonesia ke depan, juga tantangan global yang kompleks.

Menurut Pengamat Politik dari Populi Center, Usep Saepul Ahyar, pertemuan tersebut bisa dimaknai sebagai bentuk penguatan konsolidasi dengan partai pendukung. Karena menurutnya, split ticket dari pendukung partai koalisi masih berpotensi terjadi dalam Pilpres 2024.

Split ticket sendiri ialah tidak memilih atau berbeda pilihan dengan dukungan resmi dari partainya.

"14 Februari ini, PR dari Prabowo Gibran untuk memastikan ke satu putaran. Ini kan sebenarnya caranya itu, konsolidasikan partai-partai pendukung. Saya kira jangan sampai terjadi yang namanya split ticket," kata dia kepada Liputan6.com, Jakarta, Senin (5/2/2024).

Dia menjelaskan, safari politik itu penting dilakukan Gibran untuk mewujudkan Pilpres 2024 berlangsung satu putaran. Terlebih hari pencoblosan kini tinggal sembilan hari lagi.

"Agar kepercayaan mencapai suatu putaran di Pilpres ini penting menurut saya. Strategi yang harus digencarkan oleh 02 ini memastikan atau mensolidkan partai-partai pendukung agar pemilih partai memenuhinya juga dalam Pilpres," ujar dia.

Usep mengungkapkan, potensi split ticket bisa terjadi di sejumlah daerah. Yang mana, masing masing dapil memiliki kepentingan tersendiri untuk mengikuti tren elektabilitas calon.

"Di mana-mana ada ya itu ya, karena mereka juga kan punya kepentingan. Caleg-caleg itu punya kepentingan misalnya dia mengikuti tren elektabilitas. Misalnya dapilnya berbeda dengan pilihan partai politiknya, ya tapi yang penting mereka memilih dirinya kan gitu. Nah di data kita itu, yang split ticket itu dalam konteks partai-partai masih banyak. Tidak hanya di pendukung 02," dia menerangkan.

Ia menerangkan, misalnya pada pemilih Demokrat banyak juga yang bocor. Tidak seluruhnya solid mendukung pasangan Prabowo-Gibran.

"Masih ada gitu walaupun secara umum ke 02. Lalu kemudian PAN juga apalagi, itu banyak. Nah Gerindra juga masih ada walaupun Gerindra karena ini pengusung utama juga relatif solid dukung 02. Begitu juga yang lain PDIP juga demikian, lalu Perindo dan lain sebagainya," kata dia.

Jadi untuk urusan Pilpres, menurut dia, selain mesin partai yang harus bergerak, juga kekuatan dari sosok capres cawapres. Kedua faktor itu menjadi penentu.

"Bukan hanya soal mesin politik saja, jadi ini penting. Kalau menurut saya pertemuan-pertemuan dengan partai-partai politik mensolidkan itu. Dan mungkin kegiatan-kegiatan juga bareng ya jadi saling menguntungkan partai-partai politik juga. Mereka mengharapkan efek ekor jas. Nah memang yang solid itu yang mendapatkan efek ekor jasnya. Misalnya Prabowo 02 itu lebih banyak ke Gerindra, atau Golkar, atau bahkan PSI," dia menerangkan.

"Sementara partai partai lain tidak mendapatkan coctail effect yang siginifikan," Usep menambahkan.

Karena itu, untuk mensiasati agar partai lain dapat cocktail effect, para petinggi partai yang memiliki pengaruh luas harus turun gunung. Mereka dapat tampil dalam kampanye kampanye dengan pasangan capres cawapres yang diusungnya.

"Strateginya partai-partai itu juga harus tampil. Jadi yang punya tokoh-tokoh yang punya cocktail effect itu juga harus ditampilkan dalam kampanye-kampanye 02 in. di Demokrat menampilkan Pak SBY dan AHY sebagai tokohnya. Begitu juga Zulhas atau tokoh lain yang dianggap punya kemampuan menggerakkan di tiap partainya," ujar dia.


Jokowi Bertemu AHY di Yogyakarta

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Hal itu dibenarkan Juru Bicara (Jubir) Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra.

Menurut Herzaky, pertemuan tersebut terjadi pada Minggu pagi hari ini (28/1/2024) saat momentum sarapan.

"Ya benar, pagi ini jam 08.00 pagi, lokasi di Yogya, Gudeg Yu Jum Wijilan," kata pria yang karib disapa Zaky melalui pesan singkat, Minggu (28/1/2024).

Soal topik yang dibacarakan, sepengetahuan Zaky, Presiden Jokowi dan AHY membicarakan situasi politik terkini.

Dia menampik, pembicaraan ada hubungannya dengan koalisi Pemilihan Presiden atau Pilpres, di mana AHY berada satu kubu dengan putra dari Presiden Jokowi.

"Ya situasi politik terkini, (statusnya) antara presiden dan ketum parpol yang berada di luar pemerintahan," ucap Zaky.

Zaky menyampaikan, pesan yang didapat dari presiden adalah untuk saling memahami posisi keduanya. Dia meyakini, tidak ada hal yang serius dan sebatas obrolan santai.

"Jadi saling memahami posisi saat ini. Obrolan santai pagi hari, hanya, kelasnya presiden dan ketum partai besar, obrolan santai pun bahas isu kebangsaan dan kerakyatan," Zaky menandasi.


Sempurnakan Rangkaian Pertemuan Ketum Parpol

Menurut Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (INDOSTRATEGIC), Ahmad Khoirul Umam, pertemuan Jokowi dengan AHY tersebut menyempurnakan rangkaian pertemuan Jokowi dengan para ketua umum partai-partai politik Senayan pengusung Paslon 02 Prabowo-Gibran.

"Sebelum Jokowi melakukan lawatan ke negara-negara jiran di Asia Tenggara sekaligus mangkir dari perayaan HUT ke-51 PDIP, Jokowi telah satu per satu menemui Ketum Gerindra yang juga Capres 02 Prabowo Subianto, lalu berlanjut dengan Ketum Golkar Airlanggar Hartarto dan Ketum PAN Zulkifli Hasan," kata dia kepada wartawan, Minggu (28/1/2024).

Saat itu, dia menjelaskan, sejumlah spekulasi bermunculan, mengapa Jokowi tidak menemui Ketum Partai Demokrat. Maka pertemuan Jokowi dan AHY Minggu pagi menyempurnakan rangkaian pertemuan itu, sekaligus menegaskan arah keberpihakan dan dukungan politik Jokowi untuk Paslon 02 Prabowo-Gibran.

"Pertemuan Jokowi dan AHY ini merupakan bentuk pengakuan terhadap peran Partai Demokrat dalam proses pemenangan Prabowo-Gibran. Jokowi tampaknya ingin memastikan infrastruktur pemenangan dan mesin politik Prabowo-Gibran benar-benar berjalan optimal, jelang 16 hari menuju Pemilu pada 14 Februari 2024," kata Dosen Ilmu Politik & International Studies Universitas Paramadina ini.

Di sisi lain, dalam berbagai kesempatan, AHY juga sering menyampaikan pesan bahwa partainya kali ini sangat serius dan tidak main-main dalam kerja-kerja politik pemenangan Prabowo-Gibran. Dalam statemen publiknya, AHY sering menekankan pesan gas pol dan Demokrat all out untuk pemenangan Prabowo-Gibran.

"Hal sama juga sering disampaikan Presiden RI ke-6 SBY yang juga sesepuh di Demokrat," dia menegaskan.


Ketegasan Demokrat Dukung Paslon 02 Wajar

Menurutnya, ketegasan AHY dan Demokrat untuk mendukung Prabowo-Gibran ini wajar dan cukup bisa dipahami, mengingat menang atau kalahnya Prabowo-Gibran di Pemilu 2024 ini akan menjadi “pertaruhan besar” bagi Demokrat, yang selama 10 tahun ini telah memilih berpuasa dari kekuasaan.

"Menang atau kalahnya Prabowo-Gibran akan menjawab asa Partai Demokrat, akankan Demokrat bisa kembali masuk ke pemerintahan? Sekaligus juga menjawab arah ketetapan takdir, apakah keputusan Demokrat bermanuver untuk cabut dari Koalisi Perubahan yang selama dua tahun sebelumnya ia bangun bersama Nasdem dan PKS, apakah tepat atau tidak," terang dia.

Umam menerangkan, jika Demokrat berkerja optimal, Paslon 02 Prabowo-Gibran akan mendapatkan insentif elektoral di basis-basis kekuatan Demokrat selama ini, terutama di wilayah Jawa Timur area Mataraman atau Selatan, lalu Jawa Barat, Banten, Aceh, Sumatera Barat, dan sejumlah titik di Sumatera secara umum.

Termasuk juga beberapa simpul kekuatan di wilayah Indonesia Timur, khususnya Papua, yang mana politisi Demokrat William Wandik juga menjadi Ketua Umum Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) dan juga Istri mendiang Lukas Enembe yang memiliki akar politik kuat di Papua pegubungan juga kini menjadi Caleg Demokrat.

"Artinya, dukungan Demokrat kepada Prabowo-Gibran cukup menentukan, khususnya dalam upaya penguatan target menang satu putaran. Jika Prabowo-Gibran bisa lebih disiplin dan menghindari blunder-blunder dalam sikap dan statemen publiknya, kemungkinan menang satu putaran cukup berpeluang diantisipasi," kata dia.


Demokrat Bisa Dapatkan Keuntungan

Di sisi lain, Demokrat juga bisa mendapatkan keuntungan politik tersendiri lewat keberpihakannya pada Paslon 02 Prabowo-Gibran. Sebab, selain memiliki magnet politik sendiri sejak Pemilu 2004, Demokrat juga bisa memperoleh efek ekor jas (coat-tail effect).

"Sebab, karakter swing voters dan DNA pemilih di Indonesia umumnya cenderung digerakkan oleh tren umum dan dinamika isu jelang Pilpres, dimana para pemilih cenderung terbawa ikut-ikutan mendukung Paslon tertentu yang memiliki kemungkinan menang lebih besar dalam Pilpres, serta Paslon yang relatif tercitrakan lebih kuat serta dekat dengan kekuasaan (the ruling power)," terang dia.

Dinamika politik semacam ini, Umam mengungkapkan, seringkali terjadi dan menggeliat di akar rumput, sebagai fenomena politik alamiah yang secara sosio-antropologis, terbukti terjadi di Pilpres 2009, 2014, dan juga 2019. Karena itu, narasi Demokrat yang belakangan digemakan AHY tentang pentingnya keberlanjutan dan perbaikan, sebagai derivasi nama lain dari perubahan, cukup relevan dan bisa ia kapitalisasi untuk penambahan kekuatan suara di Pemilu 2024 ini.

Infografis Serangan Balik Kubu Jokowi ke AHY (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya