Boeing Temukan Masalah Baru di Pesawat 737 Max

Masalah yang ditemukan di pesawat 737 Max itu terungkap dari memo yang dikirimkan kepada karyawan oleh Kepala Unit Pesawat Komersial Boeing, Stan Deal

oleh Agustina Melani diperbarui 05 Feb 2024, 17:30 WIB
Boeing menemukan masalah baru selama produksi pesawat Boeing 737 Max. Hal itu akan berdampak terhadap pengerjaan ulang sekitar 50 pesawat yang belum dikirimkan.(AFP Photo)

Liputan6.com, Jakarta - Boeing menemukan masalah baru selama produksi pesawat Boeing 737 Max. Hal itu akan berdampak terhadap pengerjaan ulang sekitar 50 pesawat yang belum dikirimkan.

Dikutip dari CNN, Senin (5/2/2024), masalah yang ditemukan di pesawat 737 Max itu terungkap dari memo yang dikirimkan kepada karyawan oleh Kepala Unit Pesawat Komersial Boeing, Stan Deal pada Minggu, 4 Februari 2024.

Pada memo itu disebutkan untuk mendedikasikan beberapa hari pada minggu ini untuk fokus pada pekerjaan penting yang mencerminkan prioritas Perseroan pada kualitas, keselamatan dan akhirnya stabilitas.

Seorang karyawan supplier Boeing Spirit AeroSystems yang membuat badan pesawat jet 737 Max menyebutkan dua lubang mungkin tidak dibor sesuai dengan syarat Boeing, menurut memo Deal.

“Meskipun kondisi potensi ini bukan merupakan masalah keselamatan penerbangan dan semua 737 dapat terus beroperasi denga naman. Saat ini kami yakin harus melakukan pengerjaan ulang pada sekitar 50 pesawat yang belum dikirim,” ujar dia.

Berita tentang lubang yang salah pengeboran dinilai hanya pukulan terbaru terhadap reputasi Boeing, yang telah berulang kali terpuruk selama lima tahun terakhir. Laporan terbaru adalah insiden di pesawat 737 Max 9 pada 5 Januari 2024.

Penutup pintu pesawat Alaska Airlines copot pada saat itu, meninggalkan lubang menganga di sisi pesawat. Meski belum diketahui penyebab insiden tersebut, CEO Boeing David Calhoun menuturkan, kepada investor kalau pihaknya yang menyebabkan masalah itu dan memahaminya.

“Apapun kesimpulan yang diambil, Boeing bertanggung jawab atas apa yang terjadi. Apapun penyebab spesifik kecelakaan tersebut, kejadian seperti ini tidak boleh terjadi pada pesawat yang berasal dari pabrik kami. Kami harus menjadi lebih baik,” tutur dia.


Masalah Kualitas

Pesawat Boeing 737 MAX 9 digunakan oleh maskapai Alaska Airlines. (dok. STEPHEN BRASHEAR / GETTY IMAGES NORTH AMERICA / Getty Images via AFP)

Dalam langkah penghematan biaya, Boeing semakin bergantung pada pemasok dalam beberapa tahun terakhir untuk merakit bagian-bagian penting pesawatnya. Misalnya Spirit AeroSystems, membangun badan pesawat dan dalam beberapa kasus cockpits, sehingga Boeing hanya perlu perakitan akhir dari pesawat yang memakai namanya.

Namun, menurut Deal, ini bukan satu-satunya pemasok yang mengirimkan produk ke Boeing yang tidak memenuhi standarnya. Ia juga mengakui ada masalah dengan pesawat di fasilitas produksi Boeing sendiri.

Baru-baru ini ketika Boeing menghentikan produksi 737 Max untuk mengadakan rapat staf yang menekankan pentingnya pengendalian kualitas, banyak karyawan menyuarakan frustasi terhadap bagaimana pekerjaan yang belum selesai baik dari pemasok dan di dalam pabrik dapat berdampak buruk di jalur produksi di dunia. Demikian disebut Deal dalam memo tersebut.

"Para karyawan ini benar sekali. Kami perlu melakukan pekerjaan pada posisi yang ditugaskan kepada mereka. Kami harus menjaga disiplin ini dan kami akan menjaga pemasok kami dengan standar yang sama,” tutur dia.


Timbulkan Masalah bagi Pelanggan

Maskapai Alaska Airlines. (dok. MARIO TAMA / GETTY IMAGES NORTH AMERICA / Getty Images via AFP)

Ia menyebutkan, baru-baru ini menginstruksikan pemasok besar untuk menunda pengiriman hingga semua pekerjaan selesai sesuai spesifikasi.

"Meskipun penundaan pengiriman ini akan mempengaruhi jadwal produksi kami, hal ini akan meningkatkan kualitas dan stabilitas secara keseluruhan,” ujar dia.

Boeing telah beberapa kali menghentikan pengiriman selama beberapa tahun terakhir yang melibatkan pesawat Max dan 787 Dreamliner karena pesawat itu tidak dibuat sesuai spesifikasi.

Penangguhan itu menimbulkan masalah bagi pelanggan maskapai yang selama ini mengandalkan pesawat dan juga menyebabkan kerugian berkelanjutan di Boeing.

Pekan lalu, Boeing melaporkan alami rugi USD 2,2 miliar pada 2023, sehingga menjadikan kerugian selama lima tahun terakhir menjadi USD 26,7 miliar.

Dua pelanggan utama United Airlines dan Southwest Airlines mengatakan tidak lagi berharap menerima pesanan versi baru 737 Max yang telah dijanjikan oleh Boeing.

Southwest berharap 737 Max 7, sedangkan United Airlines memesan Max 10. Tidak ada pesawat yang disetujui oleh Federal Aviation Administration untuk angkut penumpang.

CEO United Airlines Scott Kirby menuturkan, insiden pada penerbangan Alaska Air ibarat “Jerami yang mematahkan punggung unta”. Hal ini kaitannya dengan rencana maskapai untuk menerima pengiriman Max 10 akhir tahun ini seperti yang direncanakan sebelumnya.

Masalah paling serius bagi Boeing adalah cacat desain pada 737 Max yang menyebabkan dua kecelakaan fatal, satu pada Oktober 2018, dan satu lagi pada Maret 2019 yang menewaskan total 346 orang dan menyebabkan pesawat itu dilarang terbang selama 20 bulan.


Saham Boeing Anjlok 8% Usai Insiden Alaska Airlines

Pesawat Boeing 737 Max 9 yang dimiliki Alaska Airlines. (dok. STEPHEN BRASHEAR / GETTY IMAGES NORTH AMERICA / Getty Images via AFP)

Sebelumnya diberitakan, saham Boeing anjlok 8 persen pada perdagangan Senin, 8 Januari 2024 seiring investor mencermati berita dari the Federal Aviation Administration (FAA) yang memerintahkan maskapai untuk hentikan operasional lusinan pesawat Boeing 737 Max 9 untuk pemeriksaan mendesak.

Dikutip dari CNBC, FAA mengeluarkan perintah tersebut pada Sabtu, 6 Januari 2024 setelah penutup pintu lepas di tengah-tengah penerbangan Alaska Airlines pada Jumat, 5 Januari 2024, saat pesawat yang hampir baru itu terbang di ketinggian sekitar 16.000 kaki.

Saham Boeing sempat pulih setelah mengeluarkan inspeksi 737 Max 9 kepada maskapai, sebuah langkah penting untuk melanjutkan penerbangan. Saham Boeing turun sekitar 8,03 persen menjadi USD 229 dengan kapitalisasi pasar USD 138,54 miliar. Saham Boeing  berada di level tertinggi USD 233,85 dan terendah 225,79.

Saham Alaska Air ditutup mendatar. Selain itu, saham AeroSystems turun 11 persen. Insiden itu kembali membuat Boeing menjadi sorotan.

CEO Boeing Dave Calhoun berusaha meyakinkan investor kalau Boeing kembali ke kondisi lebih baik setelah serangkaian masalah termasuk dua kecelakaan yang menewaskan 346 orang, kekacauan rantai pasokan akibat pandemi COVID-19 dan serangkaian kualitas yang bermasalah.

Penghentian penerbangan skala besar yang dilakukan oleh otoritas penerbangan jarang terjadi. Akan tetapi, FAA memeriksa Boeing dan 737 Max terlarisnya sejak kecelakaan fatal pada 2018 dan 2019.

Boeing mengatakan, pihaknya setuju dengan keputusan FAA melarang terbang pesawat 737 Max 9 untuk pemeriksaaan. Boeing sedang susun instruksi dengan regulator federal agar maskapai dapat memulai inspeksi.

Insiden pada Jumat lalu terjadi tepat saat Boeing mencoba meningkatkan produksi Max.

 

 

Infografis Petaka Jatuhnya Pesawat Boeing China Eastern Airlines MU5735. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya