Perkaya Ilmu, Daulat Budaya Nusantara Ikut Ngaji Santri Bareng Gus Mus

Daulat Budaya Nusantara melanjutkan rangkaian silaturahmi ke sejumlah pesantren.

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 05 Feb 2024, 20:36 WIB
Ulama Kharismatik Gus Mus (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Daulat Budaya Nusantara melanjutkan rangkaian silaturahmi ke sejumlah pesantren. Kali ini, Teguh Haryono, Pakar Pertahanan Kebudayaan dari Universitas Pertahanan hadir di Semarang mengikuti acara Senin Pahingan Santri Bar Ngaji Mangan atau yang disingkat Bajingan di Pondok Pesantren Al Itqon Bugen, Semarang, Jawa Tengah.

"Nyaman ya, ngaji dibuka dengan Sholawatan, terus nyanyi Indonesia Raya. Lalu bermusik kontemporer, kemudian puisi teatrikal, lantas klangenan keroncong,” kata Tegug saat memberi kesan pertamanya, seperti dikutip dari keterangan tertulis, Senin (5/2/2024).

Teguh melanjutkan, hal yang dirasa makin berkesan ketika ada sesi melukis yang coretan pertama dikuaskan oleh Ulama Kharismatik Gus Mus. Lukisan itu kemudian dilanjut kuas para pelukis sambil mendengarkan Gus Mus berpuisi penyair Arab dan ditutup dengan makan-makan.

“Ini pengalaman pertama kali saya ngikuti ngaji Santri Bajingan (Bar Ngaji Mangan/ Bakdo Ngaji Makan). Sangat kental budayanya" kagum Teguh.

Menurut Teguh, pesantren yang selama ini hanya dikenal sebagai tempat belajar agama Islam dan kitab kitab ulama, ternyata juga menjadi suaka para seniman dan budayawan. Pesantren sangat terbuka dengan proses proses berkebudayaan masyarakat.

"Di pesantren, agama bersanding dengan budaya budaya luhur masyarakat. Saya melihat kedaulatan budaya nusantara secara utuh diteladankan para Kyai kepada santri santrinya,” tutur Tegug.

Teguh merasakan rasa Welas asih, gotong royong, tepo sliro (toleransi) tampak nyata. Bahkan Kyai Hasyim Asy'ari menulis kitab Adabul A'lim Wal Muta'allim yang membahas adab santri kepada Kyai dan adab Kyai kepada santrinya.

“Saya melihat Nusantara," jelas pria yang menjadi inisiator Gerakan Daulat Budaya Nusantara ini.


Tetap Jalin Persaudaraan

Diketahui, Ngaji Senin Pahingan di Pondok Pesantren Al Itqon ini diadakan setiap 35 hari mengikuti kalender Jawa. Konsepnya diskusi soal situasi dan kondisi masa kini dengan diselingi penampilan para seniman dan budayawan dan yang mengikuti ngaji ini dijuluki Santri Bajingan alias Bar Ngaji Mangan.

Pengasuh Pondok Pesantren Al Itqon sekaligus Ketua PWNU Jawa Tengah berharap meskipun berbeda pilihan, namun jalinan persaudaraan tetap terwujud.

“Mari merajut hati menjalin silaturahmi anak bangsa. Kita semua saudara. Kita sudah menunggulama Romo Kyai Musthofa Bisri, alhamdulillah beliau hadir malam ini ditengah tengah kita" jelas KH. Ubaidillah Shodaqoh.

“Alhamdulillah, akhirnya setelah 3 tahun saya angan angan, sampai juga di tempat ( Ponpes Al Itqon) yang barokah ini. Saya ingin mengajak kita semua menyadari nikmat Allah SWT,” jelas Gus Mus, Kyai asal Rembang yang banyak menulis sastra.

Infografis Taman-Taman Ramah Anak di Indonesia. (Liputan6.com/Triyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya