Ayat-Ayat Al-Qur’an tentang Peristiwa Isra Mi’raj Lengkap Tafsirnya

Al-Qur’an surah Al-Isra ayat 1 secara khusus menjelaskan tentang perjalanan Isra Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa. Sementara, surah An-Najm ayat 13-18 tentang Mi’raj nabi dari Masjidil Haram ke Sidratul Muntaha.

oleh Muhamad Husni Tamami diperbarui 06 Feb 2024, 16:30 WIB
Ilustrasi Al Qur’an menjelaskan peristiwa Isra Mi'raj. Credit: freepik.com

Liputan6.com, Jakarta - Pada bulan Rajab terdapat satu peristiwa bersejarah yang perlu diketahui oleh seorang muslim. Peristiwa ini menjadi awal mula turunnya perintah sholat lima waktu kepada umat Nabi Muhammad SAW.

Peristiwa tersebut adalah Isra Mi’raj yang terjadi pada malam 27 Rajab tahun 10 kenabian. Dalam peristiwa ini, Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan kilat dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa lalu naik ke Sidratul Muntaha.

Perjalanan Isra dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW terabadikan dalam Al-Qur’an. Ada beberapa ayat Al-Qur’an yang secara khusus menceritakan peristiwa agung ini.

Setidaknya ayat-ayat Al-Qur’an tentang Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW terdapat dalam dua surah. Yakni surah Al-Isra ayat 1 dan surah An-Najm ayat 13-18. 

Al-Qur’an surah Al-Isra ayat 1 secara khusus menjelaskan tentang perjalanan Isra Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa. Sementara, surah An-Najm ayat 13-18 tentang Mi’raj nabi dari Masjidil Haram ke Sidratul Muntaha.

Berikut ini ayat-ayat Al-Qur’an lengkap dengan terjemahan dan tafsirnya yang menjelaskan peristiwa Isra Mi’raj. Ayat-ayat ini dapat dipelajari, direnungkan, dan diambil hikmahnya. 

 

Saksikan Video Pilihan Ini:


Al-Qur’an Surah Al-Isra Ayat 1

Ilustrasi Alquran (dok. unsplash/ali burhan)

Al-Qur’an Surah Al-Isra Ayat 1 dan Tafsirnya

سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ

Artinya: “Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.

Mengutip Tafsir Tahlili NU Online, Allah SWT memulai firman-Nya dengan subhana dalam ayat ini, dan di beberapa ayat yang lain, sebagai pertanda bahwa ayat itu mengandung peristiwa luar biasa yang hanya dapat terlaksana karena iradah dan kekuasaan-Nya. 

Dari kata asra' dapat dipahami bahwa Isra' Nabi Muhammad SAW terjadi di waktu malam hari, karena kata asra dalam bahasa Arab berarti perjalanan di malam hari. Penyebutan lailan, dengan bentuk isim nakirah, yang berarti "malam hari", adalah untuk menggambarkan bahwa kejadian Isra' itu mengambil waktu malam yang singkat dan juga untuk menguatkan pengertian bahwa peristiwa Isra' itu memang benar-benar terjadi di malam hari. 

Allah SWT meng-isra'-kan hamba-Nya di malam hari, karena waktu itulah yang paling utama bagi para hamba untuk mendekatkan diri kepada Allah, dan waktu yang paling baik untuk beribadah kepada-Nya. 

Perkataan 'abdihi (hamba-Nya) dalam ayat ini maksudnya ialah Nabi Muhammad SAW yang telah terpilih sebagai nabi yang terakhir. Beliau telah mendapat perintah untuk melakukan perjalanan malam, sebagai penghormatan kepadanya. 

Dalam ayat ini tidak diterangkan waktunya secara pasti, baik waktu keberangkatan maupun kepulangan Nabi Muhammad SAW kembali ke tempat tinggalnya di Makkah. Hanya saja yang diterangkan bahwa Isra' Nabi Muhammad saw dimulai dari Masjidil Haram, yaitu masjid yang terkenal karena Ka'bah (Baitullah) terletak di dalamnya, menuju Masjidil Aqsa yang berada di Baitul Makdis. Masjid itu disebut Masjidil Aqsa yang berarti "terjauh", karena letaknya jauh dari kota Makkah.

Selanjutnya Allah SWT menjelaskan bahwa Masjidil Aqsa dan daerah-daerah sekitarnya mendapat berkah Allah karena menjadi tempat turun wahyu kepada para nabi. Tanahnya disuburkan, sehingga menjadi daerah yang makmur. Di samping itu, masjid tersebut termasuk di antara masjid yang menjadi tempat peribadatan para nabi dan tempat tinggal mereka. 

Sesudah itu, Allah menyebutkan alasan mengapa Nabi Muhammad SAW diperjalankan pada malam hari, yaitu untuk memperlihatkan kepada Nabi tanda-tanda kebesaran-Nya. Tanda-tanda itu disaksikan oleh Muhammad SAW dalam perjalanannya dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, berupa pengalaman-pengalaman yang berharga, ketabahan hati dalam menghadapi berbagai macam cobaan, dan betapa luasnya jagat raya serta alangkah Agungnya Allah Maha Pencipta. 

Pengalaman-pengalaman baru yang disaksikan Nabi Muhammad SAW sangat berguna untuk memantapkan hati beliau menghadapi berbagai macam rintangan dari kaumnya, dan meyakini kebenaran wahyu Allah, baik yang telah diterima maupun yang akan diterimanya.

Di akhir ayat ini, Allah SWT menjelaskan bahwa Dia Maha Mendengar bisikan batin para hamba-Nya dan Maha Melihat semua perbuatan mereka. Tak ada detak jantung, ataupun gerakan tubuh dari seluruh makhluk yang ada di antara langit dan bumi ini yang lepas dari pengamatan-Nya. 


Al-Qur’an Surah An-Najm Ayat 13-14 dan Tafsirnya

Ilustrasi/copyright shutterstock.com

Surah An-Najm ayat 13 dan 14:

وَلَقَدْ رَاٰهُ نَزْلَةً اُخْرٰىۙ

Artinya: “Dan sungguh, dia (Muhammad) telah melihatnya (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain,”

عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهٰى 

Artinya: “(yaitu) di Sidratul Muntaha,”

Tafsir Tahlili Surah An-Najm Ayat 13 dan 14:

Dalam ayat-ayat ini Allah menerangkan bahwa sesungguhnya Muhammad saw sudah pernah melihat Jibril (untuk kedua kalinya) dalam rupanya yang asli pada waktu melakukan mi'raj ke Sidratul Muntaha yaitu suatu tempat yang merupakan batas alam yang dapat diketahui oleh para malaikat. Ada yang berpendapat bahwa maksud ayat ini adalah seperti dalam firman Allah: Dan sesungguhnya kepada Tuhanmulah kesudahannya (segala sesuatu). (an-Najm/53: 42)


Al-Qur'an Surah An-Najm Ayat 15-16 dan Tafsirnya

Ilustrasi membaca Alquran (dok.unsplash/ Positive Moslem Attitude)

Surah An-Najm Ayat 15:

عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوٰىۗ  

Artinya: “di dekatnya ada surga tempat tinggal,”

Tafsir Tahlili Surah An-Najm Ayat 15:

Dalam ayat ini Allah swt menerangkan bahwa di tempat itulah (di dekat Sidratul Muntaha) letak surga. Ia merupakan tempat tinggal bagi orang-orang yang takwa dan orang-orang yang mati syahid.

Surah An-Najm Ayat 16:

اِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشٰىۙ 

Artinya: “(Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya,”

Tafsir Tahlili Ayat 16:

Selanjutnya dalam ayat ini Allah swt menerangkan bahwasannya Muhammad saw melihat Jibril di Sidratul Muntaha itu ketika Sidratul Muntaha tertutup oleh suasana yang menandakan kebesaran Allah berupa sinar-sinar yang indah dan malaikat-malaikat. Al-Qur'an tidak menerangkan dengan jelas. Bagi kita cukuplah penjelasan yang sedemikian, tidak menambah atau menguranginya bila tidak ada dalil yang jelas yang menerangkannya. Seandainya ada manfaatnya untuk dijelaskan niscaya hal itu dijelaskan oleh Allah swt.


Al-Qur'an Surah An-Najm Ayat 17-18 dan Tafsirnya

Ilustrasi Seseorang Sedang Meraih Pahala Ramadan dengan Berdoa dan Membaca Alquran (freepik)

Surah An-Najm Ayat 17:

مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغٰى

Artinya: “penglihatannya (Muhammad) tidak menyimpang dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya.”

Tafsir Tahlili Surah An-Najm Ayat 17:

Kemudian dalam ayat ini Allah menjelaskan lagi bahwa tatkala Rasulullah saw melihat Jibril di sana, ia tidak berpaling dari memandang semua keajaiban Sidratul Muntaha sesuai dengan apa yang telah diizinkan Allah kepadanya untuk dilihat. Dan ia tidak pula melampaui batas kecuali apa yang telah diizinkan kepadanya.

Surah An-Najm Ayat 18:

لَقَدْ رَاٰى مِنْ اٰيٰتِ رَبِّهِ الْكُبْرٰى

Artinya: “Sungguh, dia telah melihat sebagian tanda-tanda (kebesaran) Tuhannya yang paling besar.”

Tafsir Tahlili Surah An-Najm Ayat 18:

Ayat ini menerangkan bahwa dengan melihat Sidratul Muntaha, berarti Muhammad saw telah melihat sebagian tanda-tanda kebesaran Allah yang merupakan keajaiban dari kekuasaanNya. Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan lain-lain bahwa saat itu Muhammad saw melihat suatu lambaian hijau dari surga yang memenuhi ufuk (arah pandangan). 

Maka hendaklah kita tidak membatasi apa yang telah dilihat oleh Muhammad saw dengan mata kepalanya, setelah diterangkan secara samar-samar dalam Al-Qur'an tentang hal itu. Yang jelas ialah bahwa Nabi telah melihat tanda-tanda kebesaran Allah swt yang tidak terbatas.

Demikian ayat-ayat Al-Qur’an tentang Isra Mi’raj lengkap dengan tafsirnya. Wallahu a’lam.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya