Liputan6.com, Jakarta - Harga emas dunia turun ke level terendah dalam satu pekan pada perdagangan hari Senin. Penurunan harga emas ini karena terbebani oleh penguatan dolar AS dan kenaikan imbal hasil obligasi.
Hal ini terjadi setelah laporan pekerjaan AS yang solid dan pernyataan dari pejabat Federal Reserve meluruhkan ekspektasi penurunan suku bunga lebih awal.
Advertisement
Mengutip CNBC, Selasa (6/2/2024), harga emas di pasar spot turun 0,6% menjadi USD 2.027,09 per ons pada pukul 14.09 EST, setelah mencapai level terendah sejak 25 Januari di awal sesi.
Sedangkan harga emas berjangka AS ditutup 0,5% lebih rendah menjadi US 2.042,9 per ons.
“Kami melihat efek buruk dari laporan pekerjaan yang kuat pada hari Jumat yang mendorong imbal hasil obligasi dan indeks dolar AS lebih tinggi, dan hal itu berlanjut hari ini, sehingga membebani harga emas,” kata analis senior di Kitco Metals, Jim Wyckoff.
Namun, emas mampu bertahan di atas level USD 2.000 karena ketidakpastian geopolitik di pasar yang dapat dengan cepat mendorong permintaan safe-haven.
Indeks dolar naik 0,5% dan diperdagangkan mendekati level tertinggi dalam tiga bulan, membuat emas batangan lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Sementara imbal hasil obligasi 10-tahun yang menjadi acuan naik melebihi level tertinggi dalam satu minggu.
Data pada hari Jumat menunjukkan bahwa nonfarm payrolls AS meningkat sebesar 353.000 pekerjaan pada bulan Januari, kenaikan terbesar dalam setahun.
Pertumbuhan lapangan kerja yang pesat dan kenaikan upah yang besar menghancurkan prospek penurunan suku bunga The Fed bulan depan. Para pedagang juga menurunkan taruhan mereka terhadap pemotongan biaya pinjaman pada akhir pertemuan bank sentral AS pada 30 April-1 Mei.
Pernyataan Pejabat Fed
Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari mengatakan pada hari Senin bahwa perekonomian AS yang tangguh dan kemungkinan tingkat suku bunga netral yang lebih tinggi berarti bank sentral memerlukan waktu sebelum memutuskan untuk menurunkan suku bunga.
The Fed bisa bersikap “hati-hati” dalam memutuskan kapan akan menurunkan suku bunga kebijakannya, karena perekonomian yang kuat memberikan waktu bagi para bankir bank sentral untuk membangun keyakinan bahwa inflasi akan terus turun, kata Ketua Fed Jerome Powell dalam sebuah wawancara.
Fokus investor kini beralih ke pernyataan sejumlah pembicara The Fed pada minggu ini untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut mengenai waktu penurunan suku bunga.
Advertisement
Siap-siap Harga Emas dan Perak Naik Lagi Tahun Ini
Sebelumnya, langkah lanjutan Bank Sentral Amerika alias The Fed ditunggu-tunggu terkait pemangkasan suku bunga. Harga emas dan perak diperkirakan akan naik lebih jauh di tahun 2024 di tengah ekspektasi bahwa Federal Reserve akan mulai memangkas suku bunga.
Perkiraan itu dirilis oleh bank investasi asal Swiss, UBS. "Kami memperkirakan emas akan terdorong lebih tinggi karena pelonggaran The Fed. Hal ini juga terjadi karena dolar yang lebih lemah" kata ahli strategi logam mulia UBS, Joni Teves, dikutip dari CNBC International, Senin (5/2/2024).
Emas terakhir diperdagangkan pada USD 2,052 per ons, sedangkan perak dipatok USD 22,69 per ons. UBS memperkirakan harga logam mulia akan mencapai USD 2.200 per ounce pada akhir tahun ini.
Teves menyebut, emas cenderung memiliki hubungan terbalik dengan suku bunga.
Ketika suku bunga turun, emas menjadi lebih menarik dibandingkan dengan investasi alternatif seperti obligasi, yang akan memberikan imbal hasil yang lebih lemah di lingkungan suku bunga rendah.
Aset Safer Haven
Pada gilirannya, suku bunga yang lebih rendah melemahkan dolar, membuat emas lebih murah bagi pembeli internasional, sehingga meningkatkan permintaan.
Meskipun masih banyak ketidakpastian mengenai waktu dan tingkat penurunan suku bunga, UBS tetap mempertahankan ekspektasinya terhadap Federal Reserve untuk melonggarkan kebijakannya.
Pekan lalu, The Fed mengumumkan akan mempertahankan suku bunga tidak berubah pada bulan Januari, menghilangkan harapan penurunan untuk bulan Maret mendatang
Daya tarik emas batangan sebagai aset safe haven telah meningkat sejak konflik Israel-Hamas pecah pada 7 Oktober 2023, yang berkontribusi pada harga emas yang mencapai titik tertinggi sepanjang masa sebesar USD 2,100 per ounce bulan lalu.
"Kami yakin investor akan mulai menambah alokasi pada emas dalam kondisi dimana terdapat banyak ketidakpastian makro (dan) risiko geopolitik," jelas Teves.
Advertisement