CEO Occidental Sebut Pasar Minyak Global Bakal Hadapi Kekurangan Pasokan

CEO Occidental Petroleum, Vicki Hollub mengatakan untuk saat ini, pasar mengalami kelebihan pasokan, sehingga harga minyak tetap rendah meski sedang terjadi konflik di Timur Tengah.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 06 Feb 2024, 13:33 WIB
CEO Occidental Petroleum (NYSE: OXY), Vicki Hollub mengatakan pasar minyak akan menghadapi kekurangan pasokan pada akhir 2025 karena dunia gagal mengganti cadangan minyak mentah. (Foto By AI)

Liputan6.com, Jakarta - CEO Occidental Petroleum (NYSE: OXY), Vicki Hollub mengatakan pasar minyak akan menghadapi kekurangan pasokan pada akhir 2025 karena dunia gagal mengganti cadangan minyak mentah saat ini dengan cukup cepat.

Dia menilai, sekitar 97% minyak yang diproduksi saat ini ditemukan pada abad ke-20. Dunia hanya mengganti kurang dari 50% minyak mentah yang diproduksi selama dekade terakhir.

"Sekarang kita berada dalam situasi di mana dalam beberapa tahun kita akan kekurangan pasokan,” kata Hollub, dikutip dari CNBC, Selasa (6/2/2024). 

Hollub menambahkan, untuk saat ini, pasar mengalami kelebihan pasokan, sehingga harga minyak tetap rendah meski sedang terjadi konflik di Timur Tengah. Amerika Serikat, Brasil, Kanada, dan Guyana telah memproduksi minyak dalam jumlah besar seiring melambatnya permintaan di tengah melemahnya perekonomian Tiongkok.

“Namun prospek penawaran dan permintaan akan berubah pada akhir 2025. Pasar sedang tidak seimbang saat ini, tapi sekali lagi, ini adalah masalah permintaan jangka pendek. Tapi ini akan menjadi masalah pasokan jangka panjang," ujar Hollub.

OPEC memperkirakan permintaan minyak global akan tumbuh sebesar 1,8 juta barel per hari pada 2025 karena ekonomi Tiongkok yang solid, melampaui pertumbuhan produksi minyak mentah sebesar 1,3 juta barel per hari di luar OPEC. Perkiraan tersebut menyiratkan defisit pasokan kecuali OPEC menghentikan pengurangan produksi saat ini dan meningkatkan produksinya sendiri.

Minyak mentah Amerika Serikat (AS) dan patokan global naik lebih dari 1% sepanjang tahun ini dengan WTI pada Senin, 5 Februari 2024 menetap di USD 72,78 atau setara Rp 1,1 juta (asumsi kurs Rp 15.747 per dolar AS) per barel dan Brent di USD 77,99 atau setara Rp 1,2 juta per barel.


Miliarder Warren Buffett Tambah Kepemilikan Saham di Occidental Petroleum

Peringkat kedua diikuti oleh pemilik Berkshire Hathaway, Warren Buffett. Kekayaan pria 86 tahun ini mencapai US$ 75,6 miliar atau sekitar Rp 1.005 triliun. (NYC)

Sebelumnya diberitakan, perusahaan investasi milik miliarder Warren Buffett, Berkshire Hathaway menambah kepemilikan saham di Occidental Petroleum. Dengan demikian, kepemilikan saham Berkshire Hathaway di perusahaan minyak itu menjadi lebih dari 25 persen.

Dikutip dari Yahoo Finance, ditulis Minggu (2/7/2023), Warren Buffett membeli 2,1 juta saham Occidental Petroleum dalam sepekan terakhir ketika saham diperdagangkan di kisaran US 57,89. Nilai aksi beli sekitar USD 123 juta atau sekitar Rp 1,8 triliun (asumsi kurs Rp 15.020 per dolar AS), menurut pengajuan Securities and Exchange Commision (SEC).

Berkshire Hathaway sekarang memiliki 224 juta saham produsen minyak senilai USD 13 miliar. Hal itu mewakili lebih dari seperempat dari seluruh nilai Occidental Petroleum dengan kapitalisasi pasar USD 52,56 miliar.

Saham Occidental diperdagangkan di kisaran USD 58,52 pada Jumat, 30 Juni 2023 dengan saham turun 4 persen dari awal tahun. Sedangkan saham kelas A Berkshire Hathaway diperdagangkan USD 515,55. Saham Berkshire Hathaway naik 9 persen pada 2023. Saham kelas B diperdagangkan di kisaran USD 339,59.

Warren Buffett telah vocal tentang bullish saham Occidental Petroleum. Hal ini seiring sentiment harga minyak dan gas alam meroket setelah invasi Rusia ke Ukraina.

 


Berpotensi Memiliki hingga 50% Saham

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Buffett meski tidak tertarik untuk mengambil alih Occidental, Berskhire mendapatkan persetujuan dari regulator untuk berpotensi memiliki hingga 50 persen saham perusahaan pada Agustus lalu.

Harga energi, sementara itu, telah turun dari level tertinggi musim panas lalu. Akan tetapi, analis mengatakan, harga akan melonjak lagi pada akhir tahun, terutama jika pembukaan kembali ekonomi China menyebabkan peningkatan besar dalam permintaan minyak.

Permintaan yang meningkat di China dapat menyebabkan harga minyak Brent melonjak dekati USD 100 per barel meski China telah melihat pembukaan kembali yang mengecewakan sejauh ini sejak cabut kebijakan nol COVID-19.

Di sisi lain, aktivitas real estate dan pabrik di China telah melambat signifikan dan surplus perdagangan sebesar USD 88 miliar pada awal 2023 menunjukkan permintaan domestik melemah.

Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) sekitar USD 70,61 per barel pada Jumat, 30 Juni 2023. Sedangkan Brent diperdagangkan sekitar USD 75,17 per barel.

 


Harga Minyak Melambung, Perusahaan Investasi Warren Buffett Beli Saham Occidental

Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas

Sebelumnya diberitakan, perusahaan investasi Berkshire Hathaway Inc yang didirikan miliarder Warren Buffett meningkatkan investasi di raksasa energi Occidental Petroleum Corp. Hal ini seiring harga minyak mencapai level tertinggi dalam hampir satu dekade.

Pada 2022, Berkshire Hathaway Inc menambah pembelian hampir 30 juta saham Occidental, berdasarkan informasi yang disampaikan ke otoritas bursa. Dengan demikian, total kepemilikan Berskhire Hathaway di Occidental Petroleum Corp menjadi 113,7 juta saham. 

Berkshire Hathaway memegang sekitar 11,2 persen saham Occidental dengan nilai investasi USD 6,4 miliar atau sekitar Rp 92,08 triliun (asumsi kurs Rp 14.387 per dolar AS).

Sementara itu, Berkshire tidak segera menanggapi permintaan komentar tentang pembelian saham tersebut. Demikian mengutip dari laman CNBC, Minggu (6/3/2022).

Tambahan investasi Berkshire di Occidental seiring harga minyak mentah ke level tertinggi setelah invasi Rusia ke Ukraina dan kekhawatiran krisis pasokan. Harga minyak mencapai USD 115 per barel di tengah berita Amerika Serikat (AS) sedang mempertimbangkan larangan impor minyak mentah Rusia sebagai hukuman tambahan di Moskow.

Head of Energy Research Goldman Sachs, Damien Courvalin menuturkan, harga minyak dapat mencapai USD 150 per barel dalam tiga bulan ke depan jika minyak mentah Rusia dijauhi.

 


Saham Occidental Melonjak

Dalam file foto 11 Mei 2007 ini, tanda Wall Street dipasang di dekat fasad terbungkus bendera dari Bursa Efek New York. (Richard Drew/AP Photo)

Saham Occidental melonjak pekan ini. Harga saham Occidental menguat 45 persen, kenaikan terbesar sejak 2020.

Saham Occidental belum pernah sentuh setinggi ini sejak pengumuman Mei 2019 tentang kesepakatan definitive USD 55 miliar termasuk utang untuk Anadarko Petroleum Corp.

Warren Buffett investasi USD 10 miliar atau sekitar Rp 143,87 triliun untuk membantu mendanai pengambilalihan Occidental atas Anadarko. Sebagian besar saham Berkshire di Occidental lebih dari 83 juta saham terkait dengan waran yang diperoleh dalam kesepakatan itu.

Investor dan miliarder Carl Icahn yang menentang kesepakatan Anadrako dan mengecam pembiayaan mahal Buffett, memangkas saham di Occidental menjadi 3,4 persen. Ia menjual 26.941.467 saham Occidental antara 28 Februari-2 Maret 2022.

Perwakilan Icahn tidak segera bersedia untuk dimintai komentar.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya