Liputan6.com, Jakarta - Salah satu momen yang ditunggu-tunggu bagi pendukung kripto khususnya Bitcoin dalam waktu dekat ini adalah Bitcoin Halving Day.
Menjelang momen ini, sejumlah situs kripto menunjukkan Bitcoin Halving Countdown atau waktu hitung mundur. Lantas berapa lama lagi bisa mencapai Bitcoin Halving Day 2024?
Advertisement
Menurut penelusuran kanal Crypto Liputan6.com, pada Selasa (6/2/2024) melalui situs NiceHash menunjukkan Halving Bitcoin 2024 akan terjadi dalam 69 hari lagi sejak tanggal saat ini.
Bitcoin Halving sendiri adalah kondisi ketika imbalan bagi penambang Bitcoin (block reward) berkurang setengah setelah selesai menambang 210.000 blok, yang biasanya terjadi empat tahun sekali.
Ada sekitar 19,375,656 BTC telah beredar, 92 persen dari total pasokan 21,000,000. Setiap halving yang terjadi 4 tahun sekali akan menurunkan tingkat inflasi Bitcoin.
Saat ini, para penambang akan dihadiahi bitcoin sebanyak 6,25 koin. Nantinya setelah Halving terjadi pada 2024, penambangan akan dihadiahi Bitcoin sebanyak 3,125 koin setiap memproses transaksi
Halving menjadi indikator penting dalam menyusun proyeksi harga Bitcoin. mengingat aktivitas ini memberi sinyal utama mengenai pasokan milik kripto terbesar itu saat ini.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Terungkap, Perusahaan Penambang Bitcoin Bakal Rugi pada Halving 2024
Sebelumnya diberitakan, analisis baru-baru ini yang dilakukan oleh perusahaan jasa keuangan Cantor Fitzgerald menimbulkan kekhawatiran di kalangan perusahaan penambang Bitcoin.
Laporan tersebut menunjukkan perusahaan penambang bitcoin yang kesulitan mempertahankan profitabilitas setelah peristiwa halving yang akan datang.
Dilansir dari Coinmarketcap, Sabtu (27/1/2024), laporan itu juga menyoroti sebelas penambang bitcoin publik terbesar dapat menghadapi tekanan finansial yang signifikan jika harga BTC tetap pada level USD 40.000 atau setara Rp 633 juta (asumsi kurs Rp 15.825 per dolar AS) saat ini setelah halving.
Laporan tersebut mengidentifikasi Argo Blockchain dan Hut 8 Mining sebagai dua penambang yang paling mungkin menghadapi masalah profitabilitas setelah halving, dengan tingkat biaya per koin mereka saat ini melebihi harga Bitcoin saat ini.
Sebaliknya, analis Cantor memperkirakan Bitdeer yang berbasis di Singapura dan CleanSpark yang berbasis di AS akan tetap menguntungkan, dengan asumsi harga Bitcoin rata-rata USD 40.000 dan tidak ada perubahan signifikan dalam tingkat kesulitan penambangan atau hash.
Laporan tersebut memperkirakan biaya per koin untuk Bitdeer adalah USD 17.744 atau setara Rp 280,8 juta, sedangkan CleanSpark berada di USD 36.896 atau setara Rp 583,9 juta.
Karena pendapatan penambang Bitcoin terkait langsung dengan harga Bitcoin, para penambang mungkin mengalami peningkatan tantangan dalam memastikan pendapatan yang dihasilkan dari penambangan Bitcoin dapat menghasilkan keuntungan setelah menutupi biaya operasional.
Halving Bitcoin, yang dijadwalkan pada April, melibatkan pengurangan 50% dalam hadiah blok yang diterima oleh penambang Bitcoin.
Meskipun pengurangan pasokan ini secara umum dipandang sebagai hal yang bullish bagi prospek harga Bitcoin dalam jangka panjang, hal ini juga berarti penambang dengan biaya operasional yang tinggi dapat menghadapi tantangan berat jika harga Bitcoin tidak naik cukup untuk menutupi biaya-biaya tersebut.
Advertisement
Bitcoin Berpotensi Bearish Sebelum Halving 2024
Sebelumnya diberitakan, Bitcoin masih menjadi aset yang sangat menarik di kalangan para pegiat kripto. Terlebih menjelang halving 2024 yang menjadi peristiwa yang ditunggu-tunggu untuk Bitcoin mencapai harga tertinggi sepanjang masa atau All Time High (ATH).
Merespons potensi tersebut, Reku sebagai pedagang aset kripto, bersama Indonesia Bitcoin Conference (IDBC) sebagai konferensi Bitcoin terbesar di Indonesia menggelar Diskusi Publik bertema “Bitcoin Outlook 2024” untuk mengedukasi masyarakat mengenai kondisi dan tren Bitcoin agar dapat memanfaatkan momentum secara bijak.
Co-Founder dan Chief Compliance Officer (CCO) Reku, Robby mengatakan walaupun Bitcoin dan aset kripto lainnya mengalami volatilitas signifikan hingga September tahun ini, namun dominasi Bitcoin masih terus meningkat.
“Dominasi Bitcoin berada di level 50,16 persen di Kuartal III 2023, sementara di Kuartal II sekitar 47 persen. Jadi ada kenaikan sekitar 3,16 persen. Ini menandakan permintaan Bitcoin pun terus meningkat. Investor jangka menengah hingga jangka panjang tetap mengakumulasi Bitcoin, terutama untuk mempersiapkan halving,” kata Robby dalam siaran pers, dikutip Kamis (5/10/2023).
Robby menambahkan bagi investor pemula, Kuartal empat 2023 juga menjadi momen yang tepat untuk mulai menabung Bitcoin dengan memanfaatkan Dollar Cost Averaging (DCA) sebelum harganya menanjak lebih tinggi lagi.
Data Historis Gerak Harga Bitcoin Saat Halving
Secara historis, halving Bitcoin pada 2013 mencatat peningkatan harga Bitcoin hingga 93,1 kali setara 164 juta. Kemudian Halving pada 2017, harga Bitcoin meningkat 30,1 kali yang membuat Bitcoin mencapai level Rp 300 juta.
Katalis Halving Bitcoin
Selanjutnya 2021 meningkat sebesar 7,8 kali, menyentuh All-Time-High (ATH) di angka Rp 939 juta. Pada halving 2024 mendatang, Bitcoin diproyeksi akan meningkat sebanyak 4,2 kali.
Namun, sebelum terjadinya lonjakan harga atau dikenal dengan istilah to the moon ini, masyarakat perlu mempersiapkan untuk menghadapi kondisi bearish.
“Kondisi bearish merupakan cycle klasik yang terjadi sebelum halving. Jadi sebelum halving, investor juga perlu bersiap menghadapi fluktuasi ini,” ujar Robby.
Katalis Halving Bitcoin Mendatang
Crypto Analyst Reku, Afid Sugiono mengatakan akan selalu ada tren yang berpotensi sebagai katalis di balik halving Bitcoin. Pada halving 2017, Initial Coin Offering (ICO) menjadi katalis di balik bull run Bitcoin. Kemudian pada 2021, DeFi dan NFT menjadi faktor pendorong bull run.
“Di tahun 2024 mendatang, beberapa tren yang berpotensi menjadi penggerak yakni ETF Bitcoin yang menawarkan variasi lain dalam berinvestasi Bitcoin serta kondisi makroekonomi atas keputusan The Fed dalam mempertahankan suku bunga,” pugkas Afid.
Advertisement