Liputan6.com, Jakarta - Sering di antara kita merasa hidup paling susah, paling serba kekurangan. Berbeda dengan orang lain yang serba kecukupan, serba segalanya.
Bahkan seolah-olah hidup kita sudah terbelenggu oleh kesusahan itu. Ingin keluar namun terlampau susah, cari solusi tak dapat jua, akhirnya putus asa.
Menghadapi seseorang bermasalah dengan kesusahan Gus Iqdam, pendiri Majelis Ta'lim Sabilu Taubah mencoba memberi solusi untuk hal tersebut.
Dalam tayangan TikTok akun Set Jon, Gus Iqdam menggambarkan ada orang bertanya padanya jika hidupnya penuh dengan kesusahan.
"Guuus, urip kulo terbelenggu dalam kesusahan, sulit keluar dari kesusahan," ujarnya.
"Saya memiliki jabatan tidak bahagia, punya pangkat tidak bahagia, punya kenikmatan istri tapi tidak bahagia, anak banyak tapi tidak bahagia. Seperti terbelenggu dalam kegelapan," tambah Gus Iqdam.
Baca Juga
Advertisement
Dia menyarankan agar orang yang merasa susah itu untuk berdoa. Salah satu doa mujarab untuk lepas dari kesusahan adalah Doa Nabi Yunus AS.
Simaki Video Pilihan Ini:
Nabi Yunus AS di Dalam Ikan Paus dengan 3 Kegelapan
Gus Iqdam mengibaratkan kesusahan tersebut layaknya Nabi Yunus di dalam perut ikan paus. Nabi Yunus mengalami kegelapan berlapis hingga tiga sekaligus.
"Ibaraat e koyo Nabi Yunus, terbelenggu dalam perut ikan paus, mengalami tiga kegelapan. Gelapnya tengah malam, gelapnya di perut ikan, hingga gelapnya di dasar laut," jelas Gus Iqdam.
Namun Nabi Yunus dikeluarkan oleh Allah SWT. Ini dikarenakan Nabi Yunus bersungguh sungguh minta ampunan kepada Allah SWT.
Gus Iqdam pun mengucapkan doa Nabi Yunus yang berasal dari potongan ayat ke 87 surah Al Anbiya, berbunyi:
لَّآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنْتَ سُبْحٰنَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظّٰلِمِيْنَۚ
Arab Latin: Laa ilaaha illa Anta, subhanaka innii kuntu minaz zalimim
Artinya: "Tidak ada Tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim". (QS. Al Anbiya: 87)
Advertisement
Keutamaan Doa Nabi Yunus AS
Untuk diketahui, Nabi Yunus AS tertelan ikan Paus selama 40 hari, dan selama itu pula ia meminta pengampunan kepada Allah. Karena kesungguhannya, Allah mengabulkan dan mengeluarkan Nabi Yunus dari perut ikan Paus dengan hidup.
Membedah doa tersebut, pada surat ini Nabi Yunus menggunakan kalimat, “an lâ ilâha illa anta” (bahwa tidak ada tuhan kecuali Engkau) yang merupakan bentuk tauhid (pengesaan) kepada Allah dari sesembahan lainnya.
Dilanjutkan dengan kalimat, “subhânaka” (Maha Suci Engkau) sebagai bentuk penyucian Allah dari segala sesuatu. Lalu kalimat, “innî kuntu minadh dhâlimîn” (sesungguhnya aku termasuk golongan orang-orang yang zalim) sebagai bentuk penghambaan kepada Allah
Setelah mengetahui kisah Nabi Yunus dan doa yang dipanjatkan selama berada di perut ikan Paus, banyak para ulama hingga umat Muslim yang mengamalkan doa Nabi Yunus kala mendapatkan musibah maupun masalah.
Seperti halnya Syekh Sayyid Muhammad bin al-Alawy al-Maliky al-Hasani dalam kitab Abwab al-Faraj mengungkapkan para ulama dan wali ada yang membacanya 40 kali setelah sholat tanpa terputus sama sekali, bahkan ada yang membacanya 1.000 kali setiap hari.
Keutamaan Doa
Di dalam doa tersebut, terdapat keutamaan di antaranya sebagai berikut:
1. Doanya Dikabulkan Allah SWT
Dalam penjelasan tersebut tertuang dalam hadis riwayat At-Tirmidzi yang memiliki arti sebagai berikut:
"Doa Dzun Nuun [Nabi Yunus] ketika ia berdoa dalam perut ikan paus adalah: 'Laa ilaaha illaa anta, subhaanaka, innii kuntu minadz dzaalimiin'. Sesungguhnya tidaklah seorang Muslim berdoa dengannya dalam suatu masalah, melainkan Allah kabulkan baginya.”
2. Mendapat Pahala Orang yang Mati Syahid
Dalam hadis riwayat al-Hakim dari Sa’ad bin Abi Waqash disebutkan bahwa apabila seseorang membaca doa ini 40 kali saat sakit, lalu ia meninggal, maka dirinya akan mendapat pahala layaknya orang yang meninggal syahid.
3. Diampuni oleh Allah SWT
Dengan memanjatkan doa Nabi Yunus yang berisikan permintaan maaf kepada Allah SWT atas dosa-dosa yang pernah diperbuatnya dengan sungguh-sungguh, niscaya Allah SWT akan menerima pertaubatan umatnya.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
Advertisement