Liputan6.com, Jakarta - Musibah seringkali datang tanpa memberikan aba-aba lebih dulu, seperti anggota keluarga yang meninggal, usaha yang gagal, dipecat dari pekerjaan dan masih banyak macamnya.
Tapi tau kah kamu, bahwa kesabaran memiliki keutamaan sendiri, khususnya jika kesabaran tersebut dilakukan oleh seseorang sejak awal terkena musibah.
Sebaliknya, jika seseorang bersikap sabar tidak sejak dari awal musibah, dimana telah melakukan perbuatan yang tidak bai sebagai pelampiasaan amarahnya maka kesabaran tersebut dinilai tidak ada artinya.
Hal ini dijelaskan oleh Syekh Abdul ‘Aziz bin ‘Abdullah bin Baz dalam sebuah fatwa yang menerangkan jika sabar yang terletak di awal musibah terjadi memiliki makna yang sangat mendalam bagi umat muslim.
Syekh Abdul ‘Aziz bin ‘Abdullah bin Baz merupakan seorang ulama yang dimuliakan di Arab Saudi pada tahun 1909 Masehi. Seorang laki-laki yang berasal dari keluarga yang di mana sangat memuliakan ilmu ini pun diketahui pernah menjabat sebagai mufti (penasehat kerjaan) di Arab Saudi.
Baca Juga
Advertisement
Simak Video Pilihan Ini:
Ini Sabar menurut Nabi SAW
Dikutip dari muslim.or.id, berikut ini makna atau keutamaan sabar di awal terjadinya musibah.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melihat seorang wanita sedang menangisi seseorang, lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menasihatinya. Lalu wanita itu berkata,
إليك عني فإنك لم تصب بمثل مصيبتي
“Pergilah dariku! Sesungguhnya kamu tidak pernah tertimpa musibah seperti yang aku alami.”
Ketika wanita tersebut dikabarkan bahwa yang berbicara kepadanya adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dia menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di rumahnya.
Dia tidak menjumpai orang yang menjaga rumahnya, lalu dia meminta izin masuk dan mengatakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa dia tadi tidak mengenalnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lalu bersabda kepadanya,
إنما الصبر عند الصدمة الأولى
“Sesungguhnya kesabaran terletak di awal musibah.”
Yaitu, maknanya adalah sabar yang terkandung di dalamnya pahala adalah kesabaran pada saat awal terjadi musibah, wafatnya saudara, sakit, atau sesuatu yang merugikan seseorang.
Advertisement
Jadikan Kesabaran sebagai Pahala, Begini Caranya
Dia bersabar dan berharap pahala, tidak mengeluh, tidak berkata buruk, dan tidak melakukan perbuatan yang tidak sepantasnya dilakukan saat awal musibah dialami. Maka, dia akan dibalas pahala atas hal tersebut.
Adapun jika dia telah melakukan tindakan yang tidak sepantasnya dilakukan, kemudian bersabar setelahnya, maka kesabarannya tidak bermanfaat.
Kesabaran harus dilakukan. Ia akan bersabar. Ia akan terhibur setelahnya seiring waktu. Sabar demikian layaknya kesabaran binatang ternak, maka tidak bermanfaat sama sekali.
Sabar yang mendapatkan pahala yang besar adalah kesabaran di awal musibah, di awal turunnya musibah, dari musibah kematian atau selainnya. Dia menerima tanpa mengeluh, tanpa menarik-narik rambut, merobek pakaian, tanpa berteriak dengan seruan rapatan. Demikianlah kesabaran. Justru dia menerima dan memohon taufik kepada Rabbnya, dia bekata,
إنا لله وإنا إليه راجعون، قدر الله وما شاء فعل
“Sesungguhnya kami adalah milik Allah. Dan sesungguhnya kami hanya kepada-Nya kembali. Takdir Allah dan apa yang Dia kehendaki pasti terjadi.”
Dengan penjelasan diatas dapat disimpulkan, bagi setiap umat muslim jika mengalami sebuah musibah sebaiknya bersabarlah dan menjaga amarah agar tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah dan Rasulullah SAW sehingga kesabaran tersebut dapat dinilai pahala oleh Allah SWT.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul