Liputan6.com, Jakarta - Abah Jajang, yang dikenal karena menolak menjual rumahnya yang berpemandangan Curug Citambur setelah ditawar Rp2,5 miliar, dianugerahi penghargaan tokoh lingkungan dan ekonomi oleh Pemerintah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
"Pemerintah daerah memberi penghargaan untuk Abah Jajang sebagai tokoh lingkungan dan ekonomi atas keteguhannya tidak menjual rumah yang akhirnya jadi objek wisata di Cianjur yang pengelolaannya diserahkan pada warga sekitar sehingga membantu perekonomian desa," kata Bupati Cianjur Herman Suherman, dikutip dari Antara, Kamis (8/2/2024).
Advertisement
Menurut Bupati, salah satu warga Desa Karangjaya, Kecamatan Pasirkuda ini berhasil mempertahankan potensi wisata yang dimiliki dengan tidak menjual rumahnya. Herman menyebut, harga rumah dan tanah seluas 800 meter di Kampung Rawadewa milik Abah Jajang sebenarnya bernilai tidak lebih dari Rp1 miliar.
Abah Jajang mempertahankan rumahnya karena ingin menambah saudara dari berbagai daerah yang akhirnya mendatangkan pemasukan baginya dan warga sekitar. Peningkatan ekonomi bagi warga sekitar disebut terasa sejak rumah Abah Jajang viral di media sosial pada 2022.
"Rumah Abah Jajang pernah dikunjungi Gubernur Jabar Ridwan Kamil, petinggi TNI, dan tentunya wisatawan dari dalam dan luar negeri, seperti turis Australia, Arab Saudi, Abu Dhabi, hingga Mesir," katanya.
Seiring tingginya angka kunjungan, perekonomian warga sekitar disebut meningkat karena banyak rumah warga jadi homestay bagi wisatawan dalam dan luar negeri. Pemkab Cianjur membentuk kelompok sadar wisata (Pokdarwis) khusus di rumah Abah Jajang untuk membantu pengelolaan potensi wisata di bawah pembinaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Cianjur.
Sudah Ada yang Menawar Lebih dari Rp2,5 Miliar
Abah Jajang mengatakan bahwa semula, ia mempertahankan rumah tersebut agar memiliki banyak saudara dan memanjangkan tali silaturahmi dengan setiap wisatawan yang datang. "Kalau yang menawar sampai sekarang masih ada, bahkan ada yang menaikkan harga lebih dari Rp2,5 miliar," akunya.
Namun, ia bertekad tidak akan pernah menjual rumah dan tanah yang diviralkan cucunya di media sosial itu, karena sudah jadi pusat perhatian wisatawan dan pusat perekonomian baru di Kecamatan Pasirkuda.
Faktanya, ketenaran ini datang dalam kondisi tidak selalu mulus. Konten memperlihatkan halaman rumah Abah Jajang yang tidak lagi berumput hijau dan jauh dari kesan asri sempat beredar luas di jagat maya, mengundang komentar pro kontra warganet. Hingga pada akhir tahun lalu, kondisi terkini rumah Abah Jajang kembali jadi sorotan setelah video yang diunggah akun TikTok, @aipputraa, jadi viral.
Rekaman berdurasi 28 detik itu memperlihatkan halaman rumah yang kembali asli, dengan tenda berdiri di sana. Nuansa itu selaras dengan hijau belukar dan pepohonan yang membingkai lanskap air terjun di kejauhan. Klip tersebut sudah mencatat hampir 10 juta penayangan saat artikel ditulis pada 9 November 2023.
Advertisement
Bersyukur Kembali Asri
Di kolom komentar, beberapa pengguna kembali mempertanyakan mengapa rumah tersebut enggan dijual sang pemilik. "Kayaknya kalau udah tua memang mikirnya beda. Maunya hidup sehari-hari tenang, cukup. Kalau dijual, nanti mau pindah ke mana?" kata salah satu warganet berspekulasi.
"Syukurlah kayaknya udah kembali asri kayak pertama kali di video viral itu," sahut yang lain. Sejak rumah abah Jajang viral di media sosial, warganet sebenarnya telah menyuarakan kekhawatiran akan terusiknya pemandangan dan ketenangan pemilik tempat tinggal tersebut.
Tidak butuh waktu lama, keresahan tersebut jadi nyata pada awal tahun 2023. Lewat video yang beredar di media sosial, tampak suasana rumah Abah Jajang, baik di halaman maupun sekitar tempat tinggal tersebut, ramai pengunjung. "Dan ... sesuai prediksi," tulis akun Twitter @PartaiSocmed saat membagikan video tersebut, 9 April 2023.
Akun itu kemudian menyinggung akun Twitter, yang sekarang sudah hilang, tentang konten berkemah di rumah abah. "Mbak @4nneve pernah tahu kejadian di Wonosari tahun 2015 ini tidak? Gara-gara diviralkan, taman bunga amaryllis itu hancur oleh ulah pengunjung yang hanya peduli bikin selfie."
Tuai Pro Kontra
"Bayangkan jika orang berduyun-duyun camping di rumah Abah, lalu nyampah dan corat-coret di sana," sambung akun itu. "Tapi jika memang abahnya tidak keberatan (atau tidak enakan hati) sebaiknya yang camping jangan cuma kasih dodol. Tahu dirilah, bayar minimal 200 ribu semalam per orang."
"Pengunjung biasa cukup bayar 50 ribu per orang. Kalian dapet konten sedangkan si Abah dapat pemasukan. Adil," ia melanjutkan. Sebelum ini beredar video memperlihatkan sekelompok orang ide berkemah di halaman rumah abah. Aksi ini pun menuai pro kontra publik.
"Yang mau camping di Rumah Abah monggo disimak," tulis akun Twitter @4nneve, 2 April 2023. Di cuitan tersebut, terdapat video berdurasi 59 detik yang memperlihatkan kegiatan berkemah di halaman rumah Abah Jajang.
Terdengar narasi videonya, "Ngabuburit ke rumah abah sekalian sahur dan camping." Rekaman klip tersebut kemudian memperlihatkan seorang lelaki membawa oleh-oleh berupa penganan wajik untuk si pria pemilik rumah.
Mendapati konten tersebut, beberapa warganet setuju karena dianggap bisa memberi manfaat ekonomi bagi si pemilik rumah maupun warga sekitar. Namun, tidak sedkit juga yang menganggap ini sebagai "awal dari sebuah kehancuran."
Advertisement