Liputan6.com, Islamabad - Dua petugas keamanan tewas dan sembilan lainnya luka-luka akibat ledakan bom Kamis (8/2/2024) di luar tempat pemungutan suara (TPS) di Pakistan barat daya, kata seorang pejabat keamanan provinsi.
"Ada ledakan di Kota Lajja yang menyebabkan dua orang kami menjadi martir dan sembilan lainnya terluka,” kata seorang pejabat pasukan paramiliter provinsi Pakistan Levies di Balochistan, kepada media melalui pesan teks, seperti dikutip dari AFP.
Advertisement
Kementerian dalam negeri Pakistan mengatakan pihaknya mengambil langkah-langkah keamanan setelah sedikitnya 26 orang tewas dalam dua ledakan di dekat kantor kandidat pemilu Pakistan di provinsi barat daya Balochistan sehari sebelumnya pada hari Rabu (7/2).
ISIS kemudian mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Beberapa kelompok, termasuk militan Islam Taliban Pakistan dan kelompok separatis dari Balochistan, diketahui juga menentang negara Pakistan dan telah melakukan serangkaian serangan dalam beberapa bulan terakhir.
Serangan-serangan itu terjadi meskipun puluhan ribu polisi dan pasukan paramiliter dikerahkan di seluruh Pakistan untuk memastikan polisi menyusul peningkatan serangan militan baru-baru ini, khususnya di Balochistan.
Adapun Pakistan dilanda gelombang kekerasan menjelang pemilihan umum.
Pada Senin 5 Februari, setidaknya 10 personel polisi tewas dan enam lainnya terluka dalam serangan menjelang fajar yang dilakukan militan di kantor polisi, wilayah barat laut Draban.
Pekan lalu, seorang kandidat anggota dewan nasional ditembak mati di Khyber-Pakhtunkhwa, dan pemimpin politik lainnya ditembak mati pada hari yang sama di kantor pemilu partainya di Balochistan.
Pemilu Pakistan, Akses Internet dan Layanan Seluler Distop Sementara
Pakistan untuk sementara waktu menghentikan layanan seluler ketika jutaan orang pergi ke tempat pemungutan suara untuk memilih pemerintahan baru.
Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Pakistan mengatakan tindakan tersebut memang diperlukan, mengingat adanya insiden teror yang terjadi baru-baru ini di negara tersebut.
Menurut laporan BBC, Kamis (8/2/2024), panggilan telepon dan layanan data telah ditangguhkan, meskipun jaringan Wifi masih berfungsi pada momen pemilu Pakistan kali ini.
Seorang pemilih mengatakan kepada BBC bahwa mereka terkejut dengan keputusan tersebut, dan mengatakan "pemilih harus difasilitasi daripada [harus menghadapi] rintangan seperti itu".
Yang lain mengatakan dia mengharapkan pemutusan total akses internet.
Pakistan pernah menutup akses internet untuk mengontrol arus informasi – meskipun penutupan sebesar ini belum pernah terjadi sebelumnya, terutama selama pemilu.
Untuk membenarkan tindakan tersebut, juru bicara Kementerian Dalam Negeri mengatakan, "Sebagai akibat dari insiden terorisme baru-baru ini di negara ini, banyak nyawa yang hilang. Tindakan keamanan sangat penting untuk menjaga situasi hukum dan ketertiban dan untuk menghadapi potensi ancaman".
Peristiwa ini terjadi ketika dua ledakan bom menewaskan 28 orang di Provinsi Balochistan yang bergolak pada hari Rabu.
Oleh karena itu, negara ini berada dalam kondisi siaga tinggi, dengan adanya pengamanan ketat di tempat pemungutan suara di seluruh negeri. Salah satu stasiun di Lahore memiliki penjaga bersenjata di pintu masuk dan petugas militer berkeliaran di sekitar area tersebut.
Advertisement
Aturan Ketat Pemilu Pakistan
Aturan ketat seputar liputan pemilu – termasuk apa yang bisa dikatakan mengenai kandidat, kampanye, dan jajak pendapat – tetap berlaku hingga akhir pemungutan suara pada pukul 17.00 waktu setempat (12.00 GMT). Tidak jelas seberapa cepat hasilnya akan diumumkan, tetapi hasil tersebut harus diumumkan dalam waktu dua minggu setelah pemungutan suara.
Sebanyak 128 juta orang terdaftar untuk memberikan suara mereka, dan hampir setengahnya berusia di bawah 35 tahun. Lebih dari 5.000 kandidat – 313 di antaranya adalah perempuan – memperebutkan 336 kursi dalam pemilu kali ini.
2 Partai Besar PML-N dan PPP Bersaing dengan PTI hingga Simbol Pemilu
Pakistan Muslim League (PML-N)/Liga Muslim Pakistan yang menaungi Nawaz dan Pakistan People's Party (PPP)/Partai Rakyat Pakistan (PPP) dianggap sebagai dua partai besar yang ikut serta dalam pemungutan suara tersebut.
Namun, memilih kandidat dari partai Pakistan Tehreek-e-Insaf (PTI) yang dipimpin Imran Khan menjadi lebih sulit, setelah partai tersebut dilarang menggunakan simbol tongkat kriket yang digunakan oleh semua kandidatnya.
Simbol pemilu memainkan peran penting di negara yang lebih dari 40% penduduknya tidak bisa membaca.
Tindakan ini telah memaksa para kandidat yang didukung PTI, yang mencalonkan diri sebagai calon independen, untuk menggunakan simbol-simbol lain, termasuk simbol-simbol seperti kalkulator, pemanas listrik, dan dadu.
PTI menuduh taktik lain juga digunakan untuk mencegah kandidat mereka memenangkan kursi, termasuk dikurung, dilarang mengadakan demonstrasi, dan dipaksa bersembunyi.
Advertisement