Liputan6.com, Jakarta Harga emas melemah pada hari Kamis, terpukul oleh penguatan dolar AS. Selain itu, pengegrak harga emas dunia lainnya yaitu peningkatan imbal hasil obligasi karena berkurangnya harapan penurunan suku bunga lebih awal dari Federal Reserve AS.
Dikutip dari CNBC, Jumat (9/2/2024, harga emas turun 0,06% menjadi USD 2,032.99 per ounce. Sementara emas berjangka AS menetap 0,2% lebih rendah pada USD 2,048.3 per ounce.
Indeks dolar AS naik 0,1%, membuat emas batangan lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Advertisement
“Kenyataannya di lapangan adalah perekonomian AS masih cukup kuat dan itu berarti The Fed hanya mempunyai sedikit keleluasaan pada tahap ini untuk mulai menurunkan suku bunganya,” kata Bart Melek, kepala strategi komoditas di TD Securities.
“Agar emas bisa menguat, kita harus mulai melihat bukti bahwa perekonomian memang melambat secara signifikan dan inflasi cenderung lebih rendah secara berkelanjutan,” tambah Melek.
Keputusan The Fed
Beberapa pembicara The Fed pada hari Rabu memberikan berbagai alasan mengapa mereka merasa tidak terlalu mendesak untuk segera memulai pelonggaran kebijakan di Amerika, atau mengambil langkah cepat setelah hal tersebut dilakukan.
Pedagang sekarang melihat sekitar 61% kemungkinan penurunan suku bunga oleh The Fed pada bulan Mei, menurut CME FedWatch Tool. Suku bunga yang lebih rendah mengurangi biaya peluang untuk memegang emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil.
Prediksi Harga Emas Dunia, Siap-Siap Bertahan di Level Segini
Setelah para pedagang menyaksikan salah satu minggu paling tidak penting untuk logam mulia dalam beberapa bulan, drama kembali terjadi di pasar emas pekan lalu, dengan pergerakan besar sebagai respons terhadap data penting dan pidato pejabat The Fed.
Dikutip dari Kitco, Senin (5/2/2024), harga emas dunia memulai perdagangan pekan lalu pada level USD 2.024 per ounce di pasar spot, trennya perlahan namun terus meningkat pada paruh pertama minggu lalu sebelum pernyataan FOMC dan konferensi pers Ketua Fed Powell pada Rabu sore lalu memupuskan semua harapan penurunan suku bunga musim semi dan membuat harga emas turun tajam.
Kemudian, pada Kamis pagi, harga emas berbalik arah dan melonjak ke level tertinggi pada pekan lalu di USD 2.064.28, dan harga emas terus diperdagangkan hingga laporan data pekerjaan AS pada Jumat pagi muncul hampir dua kali lipat dari konsensus, dan mendorong harga emas kembali turun hingga memantul pada USD 2.030 per ounce.
Advertisement
Masih Bakal Melemah
Kepala Dealer Logam Mulia di Alliance Financial, Frank McGhee berpendapat bahwa harga emas masih akan melemah.
“Pasar salah menilai mengingat berlanjutnya kekuatan di pasar tenaga kerja AS dan kalender tahun pemilu,” katanya.
Sementara itu, Direktur Divisi Lindung Nilai Komersial di Walsh Trading John Weyer mengatakan harga emas diperkirakan akan tetap berada pada kisaran USD 2.000. “Saya pikir mereka tidak akan bergerak terlalu jauh dari sana,” katanya.
“Masih ada kekhawatiran inflasi yang cukup untuk menopang hal ini. Namun sisi positifnya, saya pikir (harga emas) USD 2.150 hingga USD 2.200, kita akan mengujinya lagi pada berita acara dunia yang berkelanjutan. Jika datanya berubah, harga emas bisa melampaui USD 2.200. Tetapi saat ini, saya pikir kita berada dalam kisaran USD 2.000 hingga USD 2.200," tuturnya.