Liputan6.com, Jakarta Saham raksasa pelayaran Maersk merosot pada Kamis (8/2) setelah memperingatkan prospek pendapatan tahun 2024 yang tidak pasti, terkait dengan kelebihan pasokan kapal kontainer imbas krisis logistik di Laut Merah.
Perkiraan suram ini terjadi setelah pendapatan Maersk pada 2023 lalu terpukul oleh kelebihan kapasitas di sektor pelayaran, yang menyebabkan penurunan tarif angkutan.
Advertisement
Melansir Channel News Asia, Jumat (9/2/2024) Maersk melaporkan penurunan laba bersih lebih dari tujuh kali lipat tahun lalu hingga USD 3,8 miliar, dibandingkan dengan USD 29,2 miliar pada tahun 2022.
Total pendapatannya kini hanya tercatat USD 51 miliar atau setara Rp 798,8 triliun dibandingkan USD 81,5 miliar atau Rp 1,2 kuadriliun pada tahun sebelumnya.
Tarif Angkutan Melonjak
Tarif pengangkutan melonjak pada tahun 2022 karena kekurangan kapasitas di tengah tingginya permintaan setelah berakhirnya pembatasan pandemi COVID-19.
“Permintaan yang tinggi akhirnya mulai menjadi normal seiring dengan berkurangnya kemacetan dan penurunan permintaan konsumen yang menyebabkan kelebihan persediaan,” kata Maersk dalam laporan pendapatannya.
“Koreksi ini mengakibatkan penurunan cepat dan tajam dalam volume dan tarif pengiriman mulai akhir kuartal ketiga tahun 2022, tambahnya.
“Tantangan kelebihan pasokan dalam industri pelayaran maritim diperkirakan akan terwujud sepenuhnya pada tahun 2024, ungkap Maersk.
Target Kinerja Diturunkan
Grup ini menurunkan perkiraan laba intinya pada tahun 2024, laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi, ke kisaran antara USD 1,0 miliar dan USD 6,0 miliar (Rp. 93,3 triliun).
“Ketidakpastian yang tinggi masih seputar durasi dan tingkat gangguan di Laut Merah, dengan durasi dari seperempat hingga satu tahun penuh tercermin dalam rentang panduan,” bener Maersk.
Harga saham Maersk merosot lebih dari 13 persen di bursa saham Kopenhagen setelah rilis laporan pendapatan, yang juga mencakup pengumuman penangguhan rencana pembelian kembali sahamnya.
Advertisement
Konflik Laut Merah
Ketua Robert Maersk Uggla dan CEO Vincent Clerc mengatakan dalam laporan pendapatannya bahwa "2023 berakhir dengan beberapa serangan yang merugikan terhadap kapal kargo di Laut Merah dan Teluk Aden".
“Kami merasa ngeri dengan meningkatnya konflik yang tidak menguntungkan ini,” ungkap mereka.
Seperti diketahui, Laut Merah biasanya membawa sekitar 12 persen perdagangan maritim global.