Liputan6.com, Pyongyang - Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menegaskan kembali bahwa dia tidak mempunyai keinginan untuk berdiplomasi dengan Korea Selatan dan bahwa Korea Utara akan memusnahkan saingannya jika memprovokasi. Hal tersebut dilaporkan media pemerintah Korea Utara, KCNA, pada Jumat (9/2/2024).
Saat berkunjung ke Kementerian Pertahanan Korea Utara pada Kamis (8/2), Kim Jong Un mengatakan tindakannya baru-baru ini untuk memutuskan hubungan dengan Korea Selatan memungkinkan militernya mengambil sikap yang lebih agresif dengan menjamin keabsahan untuk menyerang dan menghancurkan (Korea Selatan) kapan pun hal tersebut dilakukan.
Advertisement
Ketegangan di Semenanjung Korea mengalami eskalasi dalam beberapa bulan terakhir saat Kim Jong Un meningkatkan demonstrasi senjata dan ancamannya, sementara Amerika Serikat (AS), Korea Selatan, dan Jepang di lain sisi memperkuat latihan militer gabungan mereka sebagai responsnya.
Meskipun sebagian besar pejabat dan pakar Korea Selatan meremehkan kemungkinan bahwa Kim Jong Un benar-benar berniat terlibat dalam perang, kekhawatiran mengenai provokasi militer langsung semakin meningkat dengan keyakinan Korea Utara mencoba meningkatkan tekanan pada tahun pemilu di Korea Selatan dan AS. Demikian dilansir AP.
Musuh Asing Paling Bermusuhan
KCNA melaporkan pula bahwa Kim Jong Un mengatakan dia mengambil inisiatif untuk menghilangkan kepura-puraan dialog dan kerja sama yang tidak realistis dengan boneka Korea Selatan yang berupaya meruntuhkan negara yang dipimpinnya.
Dalam kunjungannya ke Kementerian Pertahanan Korea Utara, KCNA mengatakan Kim Jong Un didampingi putrinya, Kim Ju Ae, yang diyakini beberapa ahli sedang dipersiapkan sebagai pemimpin masa depan.
Pernyataan Kim Jong Un pada Kamis muncul beberapa pekan setelah dia menyatakan kepada parlemen bahwa Korea Utara mengabaikan tujuan lamanya, yaitu unifikasi secara damai dengan Korea Selatan dan memerintahkan penulisan ulang konstitusi negara untuk menjadikan Korea Selatan sebagai musuh asing yang paling bermusuhan.
Sejak saat itu, Korea Utara telah menutup departemen-departemen pemerintah yang menangani urusan dengan Korea Selatan, merobohkan monumen unifikasi, dan menghapuskan undang-undang yang mengatur proyek-proyek ekonomi kedua negara di masa lalu.
Advertisement
Kim Jong Un Ingin Negosiasi Langsung dengan AS?
Sejumlah ahli menuturkan upaya Kim Jong Un mengkalibrasi ulang hubungan dengan Korea Selatan, yang terjadi di tengah uji coba senjata berkemampuan nuklir yang menargetkan negara tetangganya dan AS, pada akhirnya bertujuan memaksa negosiasi langsung dengan AS. Tujuan jangka panjangnya adalah memaksa AS menerima gagasan Korea Utara sebagai negara dengan kekuatan nuklir dan menegosiasikan konsesi keamanan serta ekonomi dari posisi yang kuat.
Analis lain mengatakan Kim Jong Un mungkin ingin meningkatkan ketegangan dengan Korea Selatan untuk menjaga rasa ancaman eksternal terhadap audiens domestiknya. Pemerintahan Kim Jong Un baru-baru ini memperkuat kampanye untuk menghilangkan pengaruh budaya pop dan bahasa Korea Selatan di antara penduduknya, yang menurutnya bermanfaat untuk memperkuat identitas nasional Korea Utara dan memperpanjang kekuasaan dinasti keluarganya.
Dalam wawancara yang direkam sebelumnya dengan televisi lokal yang disiarkan pada Senin, Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol menggambarkan pemerintahan Kim Jong Un sebagai aktor tidak rasional yang memberikan tekanan lebih lanjut pada perekonomian Korea Utara yang rusak dengan secara agresif memperluas koleksi senjata nuklir dan rudal.
"Kita perlu mengingat hal ini ketika kita bersiap melawan ancaman atau provokasi keamanan dari mereka, mempersiapkan tidak hanya tindakan berdasarkan penilaian rasional tetapi juga tindakan berdasarkan kesimpulan yang tidak rasional," kata Yoon Suk Yeol.