Liputan6.com, Jakarta - Pasar saham acap memberikan respons positif saat gelaran pemilihan umum (pemilu). Secara historis, kinerja bursa saham cenderung positif, khususnya enam bulan menjelang pemilu.
Pengamat Pasar Modal, Lanjar Nafi mengatakan, dalam lima periode tahun pemilu terakhir performance IHSG bergerak menguat cukup signifikan. Hal itu disebut akan menjadi pemicu optimisme investor pada 2024.
Advertisement
Sebagai gambaran, pada 1999, IHSG tumbuh 70,06 persen dengan pertumbuhan kapitalisasi pasar 157,11 persen. Pada pemilu selanjutnya yakni 2004, IHSG naik 44,56 persen dan 47,70 persen pada kapitalisasi pasar.
Pada 2009, IHSG naik 86,98 persen dan kapitalisasi pasar tumbuh 87,59 persen. Pada 2014, IHSG naik 22,29 persen dengan kapitalisasi pasar tumbuh 23,92 persen. Terakhir, pada 2019 lalu IHSG naik tipis 1,70 persen dengan kenaikan kapitalisasi pasar 3,44 persen.
Kinerja pasar modal pada periode tersebut salah satunya ditopang kenaikan tingkat konsumsi oleh pengeluaran partai politik maupun calon kandidat terpilih yang meningkat jelang pemilu.
Kinerja beberapa sektor berpotensi tumbuh positif, seperti sektor barang konsumen, layanan komunikasi, keuangan, dan lain-lain.
"Banyaknya perputaran uang yang terjadi pada sektor konsumer, perbankan, periklanan hingga teknologi jadi indikator utama. Hanya saja sebelum hasil pemilu diumumkan, biasanya investor akan mengambil langkah aman dan jadikan hal tersebut untuk merealisasikan keuntungan atau rebalancing jangka pendek," kata Lanjar kepada Liputan6.com, Jumat (9/2/2024).
Untuk itu, lanjut Lanjar, strategi yang dapat di cermati oleh investor saat ini adalah menunggu kondusifitas politik dan mendiversifikasi instrumen investasi terlebih dahulu ke aset yang lebih defensif. Selain itu, skenario apakah pemilu akan berlangsung dalam satu putaran atau dua putaran, juga perlu dipertimbangkan untuk menyusun strategi investasi.
Terlepas dari siapapun yang terpilih, Lanjar mengatakan apabila pemilu terjadi satu putaran saja, jelas kondisi perbaikan politik dalam negeri akan cepat selesai. Sehingga kepercayaan investor meningkat dan mencari peluang yang lebih besar pada aset berisiko.
"Untuk IHSG saat pemilu, berpotensi bergerak pada kisaran 7.170-7.338," imbuh dia.
Kisaran IHSG
Pengamat Pasar Modal yang juga founder Traderindo.com, Wahyu Laksono memiliki pandangan serupa. Menurut dia, sentimen pemilu secara global cukup kondusif. Untuk itu, ia memperkirakan IHSG bisa menyentuh level 7.500.
"IHSG untuk pemilu tahun ini cukup optimis, lah. Di kisaran 6.800-7.500. Harga medium wajar di 7.100-7.300," ujar Wahyu.
Pada 2024, bukan hanya Indonesia yang mengadakan pemilu. Melainkan juga sejumlah negara lain, salah satunya Amerika Serikat. Namun, khusus di dalam negeri, Wahyu mengatakan investor juga menanti kelanjutan mega proyek Ibu Kota Nusantara (IKN).
"Pasar modal hanya butuh kepastian. Investor terkait atau yang potensial terlibat IKN akan wait and see. Ekonomi politik hukum secara umum akan cenderung sama siapapun pemenangnya, karena yang lebih dilihat adalah kepastiannya. Setelah kepastian didapat, maka pasar modal akan berjalan sesuai konteks dan kondisi ekonomi politik hukum yang ada," ujar Wahyu.
Advertisement
BEI Minta Investor Rasional Hadapi Pemilu
Sebelumnya diberitakan, gelaran pesta demokrasi tahun ini rupanya ikut mempengaruhi pandangan investor pasar modal. Umumnya, investor melakukan wait and see terkait langkah investasi selanjutnya, memperhatikan kebijakan yang ditelurkan pemimpin baru. Sebagai gambaran, belum lama ini sejumlah perusahaan terafiliasi partai politik ramai melakukan IPO di Bursa.
Beberapa petinggi emiten juga tampak memiliki tendensi ke salah satu pasangan calon presiden (capres)-calon presiden (cawapres). Merujuk kondisi tersebut, Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI), Jeffrey Hendrik mengimbau agar investor tetap rasional dalam memperhitungkan strategi investasinya.
"Kita sampaikan kepada publik untuk selalu mengambil keputusan investasi secara rasional, itu yang paling penting. Dan untuk bisa mengambil keputusan secara rasional tentu dibutuhkan skill dan dibutuhkan data,” kata Jeffrey dalam Edukasi Wartawan Pasar Modal, Kamis (25/1/2024).
Rasionalitas, lanjut Jeffrey, harus tetap dijaga meski pasar dalam keadaan sideways, market bearish, maupun market bullish. Dalam catatannya, investor cenderung lengah saat market atau pasar sedang bullish.
Selain itu, investor juga harus memperhatikan pengumuman atau notifikasi khusus yang disampaikan bursa seperti unusual market activity (UMA) hingga pemberhentian perdagangan saham atau suspensi.
"Kalau memang para investor memutuskan mau wait and see, atau ada beberapa investor yang justru mengatakan ini adalah waktunya untuk mengambil keputusan dengan mengantisipasi apapun yang akan terjadi di depan, itu adalah keputusan masing-masing investor. Investor harusnya melihat prospek jangka panjang," kata Jeffrey.
Kinerja IHSG
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara historis mencatatkan kinerja solid pada momentum pemilu. Sebagai gambaran, pada 1999 IHSG tumbuh 70,06 persen dengan pertumbuhan kapitalisasi pasar 157,11 persen. Pada pemilu selanjutnya yakni 2004, IHSG naik 44,56 persen dan 47,70 persen pada kapitalisasi pasar. Pada 20229, IHSG naik 86,98 persen dan kapitalisasi pasar tumbuh 87,59 persen.
Pada 2014, IHSG naik 22,29 persen dengan kapitalisasi pasar tumbuh 23,92 persen. Terakhir, pada 2019 lalu IHSG naik tipis 1,70 persen dengan kenaikan kapitalisasi pasar 3,44 persen.
"Kegiatan pemilu adalah kegiatan yang sudah kita lakukan berkali-kali sepanjang keberadaan Bursa Efek Indonesia. Dan tetap banyak investor kita yang sukses sampai dengan hari ini. Artinya bagaimana investor melakukan analisis," tutup Jeffrey.
Advertisement