Liputan6.com, Jakarta Ada momen menarik ketika calon presiden (capres) nomor urut 02, Prabowo Subianto, diminta para pendukungnya di Sidoarjo, Jawa Timur, untuk berjoget.
Prabowo tidak langsung berjoget, melainkan meminta izin kepada kiai yang hadir terlebih dulu.
Advertisement
Peristiwa itu terjadi saat Prabowo melakukan kampanye akbar di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Jawa Timur, Jumat (9/2/2024). Saat hendak menutup pidato, Prabowo diminta oleh para pendukungnya untuk berjoget.
"Joget? Harus minta izin para kiai," ujar Prabowo saat hendak menutup pidato
"Rakyat minta saya joget, diizinkan enggak para kiai? Boleh?" ucap Prabowo.
Para kiai yang hadir pun mengizinkan Prabowo berjoget. Setelah diizinkan, Menteri Pertahanan itu pun langsung berjoget bersama para pendukungnya.
Adapun lagu yang dinyanyikan yakni berjudul 'Oke Gas', yang merupakan lagu kampanye pasangan Prabowo-Gibran di pilpres 2024 ini.
Mantan Danjen Kopassus itu juga mengajak para pejabat yang hadir untuk joget bersama. Mulai dari Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia, hingga Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Prabowo sendiri mengaku sempat khawatir dinilai sebagai capres yang tidak memiliki gagasan karena kerap berjoget. Kendati begitu, Prabowo tetap memenuhi permintaan pendukungnya untuk berjoget.
"Joget? Nanti saya dimarahi lagi. Katanya capres nomor 2 bisanya joget aja, enggak punya gagasan," pungkas Prabowo.
Prabowo Waswas Disebut Capres Suka Joget
Sebelumnya, saat menghadiri kampanye akbar bersama Partai Demokrat di Stadion Gajayana Malang, Jawa Timur pada Kamis (1/2/2024), Prabowo mengaku waswas disebut capres yang hobi joget.
"Saudara saudara terima kasih, saya merasa muda lagi. Tapi saya merasa waswas, cemas saya dikatakan kok capres joget-joget terus sih," ujar Prabowo.
Terkait hal itu, Prabowo meminta mereka yang keberatan menunjukkan undang-undang terkait larangan berjoget.
"Saya jawabnya gini, coba tunjuk dalam UUD 45 ada enggak larangan joget?" kata Prabowo.
Komentari Capres Hobi Joget, Anies: Emang Kita Mau Milih Penari? Pemimpin lah
Calon presiden (capres) nomor urut 01, Anies Baswedan, sebelumnya menilai pentingnya berkampanye dengan cara bertemu publik melalui diskusi, sehingga bisa bertukar pikiran. Dia menyoroti kampanye yang mengandalkan gimik seperti berjoget mulai berkurang.
Hal ini disampaikan Anies saat hadir dalam perayaan imlek bersama Komunitas Masyarakat Indonesia Tionghoa (KOMIT) di kawasan Glodok Chinatown, Jakarta Barat pada Senin malam, 29 Januari 2024. Di sana warga Tionghoa mengajaknya berdiskusi ala 'Desak Anies' dengan tajuk 'Kongkow Anies'.
"Nah, alhamdulillah sekarang dengan kita melakukan kegiatan tukar pikiran seperti ini, tampaknya kegiatan kampanye yang hanya joget-joget berkurang volumenya," kata Anies Baswedan.
Anies menyatakan, saat ini Indonesia tengah menjalankan kontestasi lima tahunan untuk memilih kepala negara. Oleh sebab itu, kata Anies, para calon kepala negara mestinya fokus menawarkan kualitas dan siap menghadapi publik dengan memberikan gagasan.
"Iya, karena ketika joget-joget yang datang juga tanya emang kita mau milih penari, pemimpin lah. Kita mau pilih orang buat ambil keputusan bukan? Saya mau tanya a, b, c, d, betul ditanyain," jelas Anies.
"Jadi kita ingin meningkatkan kualitas demokrasi di Indonesia, kita ingin meningkatkan kualitas pemilu di Indonesia, kita ingin meningkatkan kualitas kampanye. Jadi ketika kita bilang perubahan tidak dimulai ketika memerintah, dimulai saat berkampanye," sambung dia.
Advertisement
Anies Menilai Kampanye Lewat Diskusi Cara Menghormati Pemilih
Kampanye, lanjut Anies, adalah soal penyampaian gagasan untuk kemajuan bangsa. Pemimpin tidak sekadar dipilih dari tampilan baliho yang dipajang di ruang publik.
"Kalau sekadar untuk dipajang fotonya, pilih saja baliho yang paling keren. Betul tidak? Tapi kita mau pilih orang yang mau ambil keputusan atas nama rakyat, atas nama negara. Pertanyaannya, kita mau mengambil keputusan pakai apa memilihnya?" kata Anies Baswedan.
Maka itu, Anies memandang, menyerap aspirasi masyarakat lewat dialog dan diskusi amat penting. Dengan begitu, masyarakat juga diberikan pertimbangan untuk memutuskan siapa calon pemimpin yang dipilih usai saling bertukar pikiran.
"Nanti pada saat menjawab sambil mendengarkan bapak ibu bisa merasakan, saya setuju 100 persen atau 90 persen atau 80 persen atau 30 persen atau saya tidak setuju. Tapi yang pasti, calon nomor satu ini memberikan kesempatan bapak ibu untuk menakar berapa persen ada yang tidak ngasih kesempatan, kalau tidak kasih kesempatan dari mana kita tahu?" ucap Anies.
Anies menuturkan, kampanye lewat diskusi menjadi caranya menghormati pemilih. Pemilih dibiarkan mengetahui apa yang menjadi gagasan dan pemikirannya untuk Indonesia.