Urgensi Mempercepat Kehadiran Vaksin TBC Baru, Demi Capai Eliminasi Tuberkulosis di 2030

Menkes Budi Gunadi Sadikin mengatakan ada urgensi untuk mempercepat penyediaan vaksin TBC atau tuberkulosis yang baru.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 10 Feb 2024, 08:15 WIB
Ilustrasi perlu mempercepat pengadaan vaksin TBC baru untuk bisa mencapai eliminasi tuberkulosis di 2024. (unsplash)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Menkes RI) Budi Gunadi Sadikin mengatakan ada urgensi untuk mempercepat penyediaan vaksin TBC atau tuberkulosis baru.

Menurut Budi, kehadiran vaksin TBC yang baru bisa menjadi solusi perlindungan yang ekonomis dan bermanfaat bagi masyarakat menghadapi tuberkulosis. Termasuk mengurangi dampak ekonomi akibat biaya perawatan kesehatan dan kehilangan produktivitas.

“Apabila eliminasi TBC ingin dicapai pada 2030, kita hanya memiliki 3 tahun untuk mengembangkan vaksin TBC agar dapat mulai digunakan di 2028. Pengembangan vaksin harus dilakukan secara fokus,” ungkap Menkes Budi dalam ​​Stop TB Partnership (STP) Board Meeting ke 37 di Kota Brasilia, Brazil dalam keterangan tertulis Kemenkes RI.

Saat ini, yang ada baru vaksin Bacillus Calmette-Guerin (BCG) yang memberikan perlindungan parsial mencegah TBC berat pada bayi dan anak balita. Namun, tidak cukup untuk melindungi anak dan orang dewasa dari TBC.

Kandidat Vaksin TBC Baru

Saat ini, beberapa kandidat vaksin TBC yang sedang dikembangkan memiliki potensi untuk mencegah penyakit tuberkulosis pada anak dan orang dewasa. Diharapkan vaksin tersebut nantinya bisa menggantikan atau menguatkan vaksin BCG. Lalu, diharapkan bisa mencegah kekambuhan pada pasien yang telah menyelesaikan pengobatan, atau memperpendek durasi pengobatan.

Indonesia ikut berkontribusi dalam tiga uji klinis kandidat vaksin TBC. Pertama adalah vaksin yang dikembangkan Bill & Melinda Gates Foundation (BMGF). Vaksin yang awalnya dikembangkan oleh perusahaan farmasi asal Inggris, GSK, ini memanfaatkan protein rekombinan.

Untuk pengembangan vaksin ini, telah dilakukan penelitian epidemiologi di Indonesia yang mengungkapkan lebih dari 30% populasi sampel dalam penelitian ini mungkin telah terinfeksi TBC.


Keterlibatan Indonesia dalam Pengembangan Vaksin TBC Baru

Indonesia juga aktif dalam pengembangan vaksin TBC yang dikembangkan melalui kerja sama perusahaan farmasi asal China, CanSinoBio, dan perusahaan biofarmasi asal Indonesia, Etana. Pengembangan vaksin ini menggunakan vektor virus dan sedang uji klinis fase pertama.

Ketiga, vaksin yang dikembangkan oleh perusahaan bioteknologi asal Jerman, BioNTech, dan perusahaan farmasi asal Indonesia, Biofarma. Pengembangan vaksin ini menggunakan teknologi mRNA dan saat ini sedang penjajakan untuk lokasi uji klinis fase 2 di Indonesia.

“Saya percaya dengan investasi ini kita tidak hanya akan menyelamatkan nyawa, namun juga meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang” kata Menkes Budi.


Kasus TBC di Indonesia

Ilustrasi Bakteri TB (Tuberkulosis) (Sumber: Illumina Inc)

Indonesia mencapai notifikasi kasus tertinggi tuberkulosis (TBC) sepanjang sejarah pada 2022 dan 2023. Temuan kasus yang tinggi terjadi setelah pemerintah memperbaiki sistem deteksi dan pelaporan.

Lebih dari 724.000 kasus TBC baru ditemukan pada 2022 dan jumlahnya meningkat menjadi 809.000 kasus pada 2023.

Jumlah ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan kasus sebelum pandemi COVID-19 yang rata-rata penemuannya dibawah 600.000 per tahun.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya