Kim Jong Un Sebut Dirinya Berhak untuk Hancurkan Korea Selatan

Pemimpin Korea Utara mempunyai kebiasaan melancarkan provokasi yang bertepatan dengan pemilu di Korea Selatan.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 10 Feb 2024, 18:00 WIB
Pemimpin Kim Jong Un mengawasi uji coba rudal tersebut, yang disebut "Pulhwasal-3-31," yang identik dengan rudal jelajah strategis yang menurut Korea Utara pekan lalu sedang dalam pengembangan. (Korean Central News Agency/Korea News Service via AP)

Liputan6.com, Pyongyang - Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengatakan bahwa dia memiliki hak hukum untuk memusnahkan Korea Selatan, dalam langkah terbarunya untuk mengancam tetangganya setelah memulai tahun 2024 ini dengan menghilangkan konsep unifikasi damai dari kebijakan nasional negaranya.

Kim yang menyampaikan hal tersebut dalam kunjungan ke Kementerian Pertahanan dalam rangka perayaan ulang tahun militer juga mengungkap bahwa "boneka" Korea Selatan menolak upaya kerja sama dengan Pyongyang, dan bertekad melenyapkan tetangganya, kantor berita resmi Korea Central News Agency (KCNA) melaporkan pada hari Jumat 9 Februari 2024.

"Korea (Selatan) dapat diserang dan dihancurkan kapan saja," ungkap KCNA mengutip pertanyaannya.

Sehari sebelumnya, KCNA mengatakan parlemen Korea Utara menghapuskan undang-undang kerja sama ekonomi dengan Korea Selatan, sehingga memperdalam perselisihan antara kedua negara bertetangga tersebut.

Dilansir SCMP, Sabtu (10/2/2024), sejak awal tahun ini, rezim Kim telah melancarkan kampanye tekanan terhadap Korea Selatan dengan tindakan yang mencakup uji coba rudal jelajah, ancaman terhadap Seoul, dan merobohkan sebuah monumen di Pyongyang yang melambangkan harapan unifikasi.

Pemerintahan Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol mengatakan mereka yakin Korea Utara akan berusaha meningkatkan profilnya menjelang pemilihan parlemen pada bulan April.

Pemimpin Korea Utara mempunyai kebiasaan melancarkan provokasi yang bertepatan dengan pemilu di Korea Selatan.

Ketegangan di Semenanjung Korea mengalami eskalasi dalam beberapa bulan terakhir saat Kim Jong Un meningkatkan demonstrasi senjata dan ancamannya, sementara Amerika Serikat (AS), Korea Selatan, dan Jepang di lain sisi memperkuat latihan militer gabungan mereka sebagai responsnya.


Musuh Asing Paling Bermusuhan

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un (tengah kiri) dan putrinya diduga bernama Ju Ae (tengah kanan) menghadiri parade militer untuk memperingati 75 tahun berdirinya Tentara Rakyat Korea di Lapangan Kim Il Sung, Pyongyang, Korea Utara, 8 Februari 2023. Parade militer besar-besaran tersebut memamerkan perangkat keras terbaru dari persenjataan nuklir Korea Utara yang berkembang pesat. (STR/KCNA VIA KNS/AFP)

KCNA melaporkan pula bahwa Kim Jong Un mengatakan dia mengambil inisiatif untuk menghilangkan kepura-puraan dialog dan kerja sama yang tidak realistis dengan boneka Korea Selatan yang berupaya meruntuhkan negara yang dipimpinnya.

Dalam kunjungannya ke Kementerian Pertahanan Korea Utara, KCNA mengatakan Kim Jong Un didampingi putrinya, Kim Ju Ae, yang diyakini beberapa ahli sedang dipersiapkan sebagai pemimpin masa depan.

Pernyataan Kim Jong Un pada Kamis (8/2) muncul beberapa pekan setelah dia menyatakan kepada parlemen bahwa Korea Utara mengabaikan tujuan lamanya, yaitu unifikasi secara damai dengan Korea Selatan dan memerintahkan penulisan ulang konstitusi negara untuk menjadikan Korea Selatan sebagai musuh asing yang paling bermusuhan.

Sejak saat itu, Korea Utara telah menutup departemen-departemen pemerintah yang menangani urusan dengan Korea Selatan, merobohkan monumen unifikasi, dan menghapuskan undang-undang yang mengatur proyek-proyek ekonomi kedua negara di masa lalu.


Kim Jong Un Ingin Negosiasi Langsung dengan AS?

Korea Utara menunjukkan foto-foto yang menampilkan rudal balistik antarbenua terbesar miliknya, Hwasong-17, dan ICBM berbahan bakar padat Hwasong-18. (Korean Central News Agency/Korea News Service via AP)

Sejumlah ahli menuturkan upaya Kim Jong Un mengkalibrasi ulang hubungan dengan Korea Selatan, yang terjadi di tengah uji coba senjata berkemampuan nuklir yang menargetkan negara tetangganya dan AS, pada akhirnya bertujuan memaksa negosiasi langsung dengan AS. Tujuan jangka panjangnya adalah memaksa AS menerima gagasan Korea Utara sebagai negara dengan kekuatan nuklir dan menegosiasikan konsesi keamanan serta ekonomi dari posisi yang kuat.

Analis lain mengatakan Kim Jong Un mungkin ingin meningkatkan ketegangan dengan Korea Selatan untuk menjaga rasa ancaman eksternal terhadap audiens domestiknya. Pemerintahan Kim Jong Un baru-baru ini memperkuat kampanye untuk menghilangkan pengaruh budaya pop dan bahasa Korea Selatan di antara penduduknya, yang menurutnya bermanfaat untuk memperkuat identitas nasional Korea Utara dan memperpanjang kekuasaan dinasti keluarganya.

Dalam wawancara yang direkam sebelumnya dengan televisi lokal yang disiarkan pada Senin, Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol menggambarkan pemerintahan Kim Jong Un sebagai aktor tidak rasional yang memberikan tekanan lebih lanjut pada perekonomian Korea Utara yang rusak dengan secara agresif memperluas koleksi senjata nuklir dan rudal.

Hasil Utama KTT Korea Utara-Korea Selatan adalah Perang Korea Berakhir (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya