Indeks S&P 500 Catat Rekor Penutupan Tertinggi Pertama dalam 2 Tahun

Penutupan tersebut mengkonfirmasi indeks S&P 500 telah berada dalam pasar bullish sejak ditutup pada level terendahnya pada 12 Oktober 2022.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 10 Feb 2024, 12:08 WIB
Indeks S&P 500, membukukan rekor penutupan tertinggi pada Jumat, 9 Februari 2024 untuk pertama kalinya dalam dua tahun, didorong oleh reli saham pembuat chip dan saham teknologi. (Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

Liputan6.com, New York - Indeks S&P 500, membukukan rekor penutupan tertinggi pada Jumat, 9 Februari 2024 untuk pertama kalinya dalam dua tahun, didorong oleh reli saham pembuat chip dan saham teknologi di tengah optimisme seputar kecerdasan buatan.

Dilansir dari Yahoo Finance, Sabtu (10/2/2024), penutupan tersebut mengkonfirmasi indeks S&P 500 telah berada dalam pasar bullish sejak ditutup pada level terendahnya pada 12 Oktober 2022, menurut sebuah ukuran yang juga menempatkan tanggal tersebut sebagai akhir dari pasar bearish.

Dalam aksi jual antara rekor penutupan tertingginya di 4.796,56 pada 3 Januari 2022 dan terendah pada Oktober 2022, S&P 500 anjlok 25%. Pada Jumat, S&P 500 melonjak 1,23% untuk mengakhiri sesi di 4.839,81 poin.

Nvidia (NVDA), naik 4,2% dan Advanced Micro Devices (AMD), menguat lebih dari 7% setelah pembuat server Super Micro Computer (SMCI), terangkat pada kuartal kedua perkiraan keuntungan, membuat sahamnya melonjak 36%.

Investor mentransaksikan saham Nvidia senilai USD 31 miliar atau setara Rp 483,9 triliun (asumsi kurs Rp 15.611 per dolar AS) dan saham AMD senilai USD 23 miliar atau setara Rp 359 triliun, turnover lebih tinggi dibandingkan perusahaan lain mana pun di Wall Street, menurut data LSEG.

Indeks Semikonduktor Philadelphia SE (SOX), melonjak 4% ke rekor tertinggi, sedangkan indeks sektor teknologi informasi S&P 500 (SPLRCT), melonjak lebih dari 2% ke rekor tertinggi.

Microsoft (MSFT), dan Apple (AAPL),dua perusahaan paling berharga di dunia, keduanya naik lebih dari 1%. 


Penutupan Wall Street pada 9 Februari 2024

Director of Trading Floor Operations Fernando Munoz (kanan) saat bekerja dengan pialang Robert Oswald di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan saham Jumat, 9 Februari 2024. Wall street bervariasi setelah revisi inflasi Desember lebih rendah dari yang dilaporkan pertama kali.

Sementara itu, indeks S&P 500 ditutup di atas level penting 5.000 seiring laba perusahaan yang kuat dan berita makro ekonomi. Demikian dikutip dari CNBC, Sabtu (10/2/2024).

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 naik 0,57 persen ke posisi 5.026,61. Indeks Nasdaq bertambah 1,25 persen ke posisi 15.990,66. Indeks Dow Jones melemah 54,64 poin atau 0,14 persen ke posisi 38.671,69.

Selama sepekan, indeks S&P 500 bertambah 1,4 persen, sedangkan indeks Nasdaq naik 2,3 persen. Sementara itu, indeks Dow Jones mendatar. Rata-rata indeks acuan mencatat kenaikan dalam lima minggu berturut-turut dan 14 minggu mencatat kinerja positif dalam 15 minggu.

"Pada akhirnya, kita masih melihat kabar baik di bidang perekonomian dan pasar bereaksi terhadap hal itu. Semakin lama cerita ini berlangsung, semakin besar kemungkinan bagi pasar kalau kita benar-benar akan bertahan di sini,” ujar Co-Chief Investment Envestnet, Dana D’Auria.


Didukung Laporan Keuangan yang Solid

Bursa saham Amerika Serikat atau wall street melemah pada perdagangan Rabu, 3 Mei 2023 setelah the Federal Reserve dongkrak suku bunga. (Foto: Markus Spiske/Unsplash)

Musim laba yang solid, data inflasi yang mereda dan ekonomi yang tangguh telah mendorong reli pasar pada 2024. Hal ini juga mendorong indeks S&P untuk ditutup di atas level 5.000 setelah pertama kali menyentuh posisi tersebut pada sesi perdagangan Kamis pekan ini. Indeks S&P 500 pertama kali melampaui angka 4.000 pada April 2021.

Chief Technical Strategist LPL Financial, Adam Turnquist menuturkan, penutupan di atas level yang diawasi dengan ketat ini tidak diragukan lagi akan menjadi berita utama dan semakin menambah ketakutan akan kehilangan atau fear of missing out (FOMO).

"Di luar potensi peningkatan sentimen, angka 5.000 sering kali memberikan area psikologis support atau resistance bagi pasar,” ujar Adam.

 

INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya