Liputan6.com, Jakarta - PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) mendapatkan kepercayaan dari Kementerian PUPR untuk membangun Jalan Tol IKN Seksi 3B-2, Segmen KKT Kariangau-Sp. Tempadung.
Pada proyek ini, Wijaya Karya bergabung dalam kerja sama operasi (KSO) bersama Waskita, Jakon dan PT PP dengan nilai porsi proyek WIKA sebesar Rp 1,2 Triliun. Pekerjaannya ditargetkan akan berlangsung hingga Juni 2025.
Advertisement
Proyek Jalan Tol IKN Seksi 3B-2 Segmen KKT Kariangau-Sp. Tempadung berada dalam ruas mainroad tol Seksi 3B sepanjang 7,3 km yang nantinya menjadi penghubung antara mainroad Jalan Tol IKN Seksi 3B dengan Jalan Kariangau.
Paket Jalan Tol ini bertujuan untuk mendukung dan meningkatkan konektivitas wilayah Kalimantan Timur khususnya dari dan menuju kawasan Ibu Kota Negara Nusantara. Jalan Tol ini juga akan memiliki dua jembatan khusus satwa yang berada di area tersebut.
Direktur Utama Wijaya Karya Agung Budi Waskito (BW) menyampaikan proyek Proyek Jalan Tol IKN Seksi 3B-2 Segmen KKT Kariangau-Sp. Tempadung menambah panjang daftar portofolio karya WIKA di IKN.
“Capaian ini sekaligus memotivasi WIKA untuk mengupayakan pembangunan proyek di IKN berlangsung pada tempo yang sama sehingga dapat selesai tepat waktu dengan kualitas yang baik,” kata Agung dalam keterangan resmi, Sabtu (10/2/2024).
Agung menambahkan, perolehan kontrak baru Proyek Jalan Tol IKN Seksi 3B-2 Segmen KKT Kariangau-Sp. Tempadung juga menunjukan kepercayaan serta dukungan yang terus diberikan oleh stakeholder.
"Begitu juga dengan adanya dukungan plafon bank garansi yang tertuang dalam Master Restructuring Agreement (MRA) antara WIKA dengan lembaga keuangan telah membuka ruang yang lebih luas bagi Perseroan untuk mengejar perolehan kontrak baru pada tahun 2024," ujar Agung
Dukungan ini menjadi sebuah pijakan yang baik bagi WIKA untuk melangkah ke depan sekaligus menuntaskan tugas-tugas yang telah dipercayakan sehingga masyarakat dapat merasakan manfaatnya secara lebih optimal.
Wijaya Karya dan 11 Lembaga Keuangan Sepakati Restrukturisasi Rp 20,58 Triliun
Sebelumnya diberitakan, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) dan 11 lembaga keuangan menyepakati Master Restructuring Agreement (MRA) dengan nilai outstanding sebesar Rp20,58 Triliun atau setara dengan jumlah 87,1% dari utang yang direstrukturisasi per posisi 23 Januari 2024.
Kesepakatan tersebut ditandatangani oleh Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Wijaya KaryaAdityo Kusumo dan Direktur HC Management WIKA Hadjar Seti Aji bersama pimpinan lembaga keuangan serta disaksikan langsung oleh Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo dan Direktur Utama Wijaya Karya Agung Budi Waskito di Jakarta, Senin, 23 Januari 2024.
Agung Budi Waskito (BW) menyampaikan, tercapainya kesepakatan tersebut menjadi satu langkah maju dalam proses restrukturisasi keuangan sekaligus mengakselerasi laju penyehatan Perseroan.
"Kesepakatan ini menunjukan bahwa upaya penyehatan WIKA mendapatkan dukungan sepenuhnya dari Kementerian BUMN serta para lembaga keuangan yang bekerja sama dengan WIKA selama ini. Mereka percaya bahwa WIKA mampu untuk pulih dan mau ambil andil dalam gerakan tersebut," ujar Agung BW, seperti dikutip dari keterangan resmi, Rabu (24/1/2024).
Dengan tercapainya MRA, WIKA kini dapat fokus untuk melanjutkan metode stream penyehatan lainnya demi mewujudkan fundamental yang kuat dan menjalankan bisnis secara berkelanjutan.
Ia menuturkan, Perseroan juga bertekad untuk mendorong aktivitas operasi sekaligus menuntaskan proyek-proyek strategis yang telah dipercayakan kepada Perseroan dengan baik.
"Dengan begitu, apa yang kita capai bersama pada hari ini dapat menghantarkan kita semua pada hasil yang optimal yang juga bermanfaat bagi WIKA, pemegang saham, lembaga keuangan, juga Bangsa dan Tanah Air," ungkap Agung BW.
Advertisement
Perkembangan Stream Penyehatan WIKA
Selain restrukturisasi keuangan, metode stream penyehatan yang telah dirumuskan oleh WIKA menunjukan progress yang impresif.
Metode penguatan struktur permodalan telah mendapatkan dukungan dari Pemerintah melalui Peraturan Presiden RI No 76 Tahun 2023 tentang Rincian APBN Tahun Anggaran 2024 dan persetujuan Penambahan Modal dengan memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) lewat RUPSLB 12 Januari 2024.
Perseroan juga mengambil langkah perbaikan portfolio orderbook yang mana pada saat ini, 93% dari proyek yang dikerjakan WIKA telah menggunakan mekanisme monthly progress payment sehingga proyek-proyek yang dimiliki Perseroan mampu beroperasi secara mandiri, berubah signifikan dibandingkan tahun 2016 yang mana proyek dengan mekanisme tersebut hanya sebesar 40% dari total portfolio WIKA.
Penguatan Tata Kelola dan Manajemen Risiko dengan 3 program telah terealisasi pada 2023 oleh Perseroan yaitu pemuktahiran sistem ERP secara menyeluruh baik di proyek yang dikerjakan WIKA dengan mekanisme KSO (kerjasama operasi) dan non KSO, penerapan four eyes principles, dan aktivasi Digital Control Tower (DCT) sebagai fasilitas pemantauan kinerja perusahaan secara real time dengan mengintegrasikan aplikasi untuk memperoleh data-data sehingga keputusan dapat diambil dengan cepat dan lebih akurat.
Realisasi Program
Metode percepatan penagihan piutang bermasalah juga telah membuahkan hasil dengan dibentuknya Divisi Asset Management yang bertanggung jawab langsung kepada Direksi dan terbukti telah menunjukan penurunan nilai piutang bermasalah sebesar 21% hingga September 2023 dibandingkan Desember 2022.
Agung BW menyampaikan, realisasi dari berbagai program tersebut menunjukan metode penyehatan sebagai bagian dari transformasi yang tengah berlangsung are on the right track dan diyakini mampu membawa WIKA kembali pada kejayaan sekaligus mencapai keberlanjutannya.
"Untuk itu, kami mengapresiasi dukungan yang telah ditunjukan oleh stakeholders, baik pemerintah, project owner, pemegang saham, lembaga keuangan, pemegang surat berharga serta masyarakat luas. Ini menunjukan kesungguhan kami dalam melakukan transformasi sehingga WIKA bisa menjadi lebih kuat dan siap melangkah lebih jauh di masa depan," ujar Agung BW.
Advertisement