Resensi Film One True Loves: Habis Dilamar, Wanita Ini Ditelepon Suami Sah Yang Tewas 4 Tahun Silam

Dikisahkan, Emma menolak saat diminta orang tuanya mengelola toko buku. Mimpinya adalah keliling dunia dan mengabadikan setiap momen dalam jurnal perjalanan yang dipublikasikan majalah traveling. Jesse mendukung cita-cita ini. Keduanya lantas menikah.

Tak lama setelahnya, Jesse terbang dengan helikopter lalu mengalami kecelakaan di perairan Pasifik. Dua pilot tewas dan Jesse tak ditemukan. Pencarian dihentikan pada hari ketujuh. Emma pun pulang ke rumah orang tua.

Setengah mati ia melakukan penerimaan diri lalu melanjutkan hidup dengan mengelola toko buku. Suatu hari, Emma pergi ke toko alat musik dan bertemu Sam, teman SMA yang kini mengajar orkestrasi di sekolah.

One True Loves adalah drama rumahan yang mengusung cinta, kehilangan, penerimaan diri, dan upaya melanjutkan hidup. Serta, tentu saja kasih dalam keluarga yang tanpa syarat. Dituturkan dengan manis, Andy Fickman mempresentasikan karakter utama beproses.

Dari menolak kenyataan, dikuatkan keluarga, hingga akhirnya mencoba melanjutkan hidup lengkap dengan konflik sampingan seperti kebencian adik beradik di masa lalu yang melunak bersama proses penyembuhan luka batin.

Di awal, Emma barangkali bukan karakter yang mengundang empati. Di usia yang tak muda lagi, ia masih saja galau. Beruntung, perputaran konflik membuat tokoh yang jadi inti cerita ini menemukan jati diri dengan sistem pendukung lumayan solid.

Yang sejak awal mencuri perhatian memang Sam. Mapan, dewasa, punya kepribadian relatif tenang. Di menit awal, Sam definisikan sebagai “orang baik” meski ia berkukuh bahwa menjadi orang baik di dunia ini adalah hal lumrah.

Jesse diletakkan dalam posisi “korban” di awal, lalu perkembangan karakternya digiring ke arah lain untuk mendapatkan akhir yang bersifat “win-win solution.” Sejujurnya, One True Loves tak menyajikan sesuatu yang baru dalam cerita cinta segitiga.

Kita tak mendapat gambaran utuh soal latar belakang Sam. Sebatang kara tapi mapan. Entah dibentuk oleh siapa dan apa pokoknya dia baik sekaligus lovable. Pun tak ada gambaran detail insiden yang menimpa Jesse hingga jadi seorang penyintas.

Fokus film ini ke tema psikologi cinta, kehilangan, penerimaan diri, dan melanjutkan hidup. Meski begitu, Andy Fickman tahu persis bagaimana mengemas One True Loves jadi kisah klasik yang menhibur. Rahasianya memaksimalkan adegan Sam yang diayun bimbang.

Khususnya setelah Jesse “bangkit dari kematian.” Adegan di ruang kelas dengan memanfaatkan murid dan sesama pengajar berhasil mencairkan suasana. Tak sekadar lucu, adegan ini menyisipkan sebuah sudut pandang yang kerap tak disadari khalayak.

Bahwa dalam kisah viral ini, yang dianggap pahlawan tetap Jesse dan Emma. Sam ogah dijadikan pemeran pendukung di mata publik. Belum lagi, ia khawatir jika calon istri balik ke suami sah. Tema lumayan berat yang bisa diolah menjadi komedi.

One True Loves memang bukan film sempurna. Sejumlah konfliknya terkesan disederhanakan. Namun, sentuhan tema cinta, kehilangan, penerimaan diri, dan melanjutkan hidup masih berhasil membuat kita terhibur. Hati pun terasa hangat berkat ending-nya.

Pemain: Phillipa Soo, Simu Liu, Luke Bracey, Michaela Conlin, Michael O'Keefe, Lauren Tom

Produser: Adam Beasley, Sarah Halley Finn, Arianne Fraser, Petr Jákl, Ryan Donnell Smith, Willie Kutner, Betsy Sullenger, Andy Fickman, Michael Jefferson

Sutradara: Andy Fickman

Penulis: Taylor Jenkins Reid, Alex Jenkins Reid

Produksi: R.U. Robot, Highland Film Group, BuzzFeed Studios, Volition Media, Blue Rider Media, Thomasville Pictures

Durasi: 1 jam, 40 menit