Liputan6.com, Jakarta - Satelit European Remote Sensing 2 (ERS-2) milik Badan Antariksa Eropa (ESA) dikabarkan akan jatuh ke Bumi pada pertengah Februari 2024. Satelit yang diluncurkan ke orbit pada April 1995 ini telah dinonaktifkan lebih dari satu dekade lalu.
Melansir laman European Space Agency, satelit ERS-2 dinonaktifkan setelah kehabisan bahan bakar. Bahkan tanpa bahan bakar, observatorium Bumi raksasa ini masih berbobot sekitar 2.000 kilogram.
ESA mulai mempersiapkan kehancuran ERS-2, bahkan sebelum misi utamanya berakhir. ESA melakukan 66 kali pembakaran mesin pada Juli dan Agustus 2011.
Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi risiko tabrakan dengan satelit lain. Sekaligus untuk memastikan orbit satelit akan meluruh cukup cepat.
Baca Juga
Advertisement
Satelit ERS-2 ini telah mengumpulkan banyak data tentang berkurangnya es di kutub Bumi, perubahan permukaan tanah, kenaikan permukaan laut, pemanasan lautan, dan kimia atmosfer. Ia juga membantu memantau saat terjadi bencana alam.
Jatuhnya satelit ERS-2 merupakan hal yang cukup wajar. Objek yang jauh lebih berat bahkan pernah jatuh kembali ke Bumi.
Contohnya inti roket Long March 5B Tiongkok seberat 23 ton yang jatuh tak terkendali sekitar seminggu atau lebih setelah lepas landas. Jatuhnya ERS-2 berlangsung lebih lama dan berlangsung selama 13 tahun terakhir.
Namun satelit tersebut sekarang sudah cukup rendah untuk ditarik ke bawah dengan relatif cepat oleh hambatan atmosfer. Prosesnya akan semakin cepat dalam beberapa hari mendatang.
Satelit tersebut akan pecah ketika mencapai ketinggian sekitar 50 mil (80 km). Sebagian besar pecahan yang dihasilkan kemudian akan terbakar di atmosfer.
Sampah dari satelit ini juga tidak berbahaya dan tidak mengandung zat beracun atau radioaktif. ESA dilaporkan akan terus memberi informasi terbaru tentang kembalinya ERS-2 secara ke Bumi dalam beberapa hari mendatang.
(Tifani)