Bikin Metaverse, Disney Akuisisi Saham Epic Games Setara Rp 23,39 Triliun

Disney akan akuisisi saham Epic Games senilai USD 1,5 miliar atau sekitar Rp 23,39 triliun untuk kembangkan metaverse.

oleh Agustina Melani diperbarui 12 Feb 2024, 16:21 WIB
Disney berpotensi membawa waralabanya ke metaverse.(Doc: Niantic)

Liputan6.com, Jakarta - Disney berpotensi membawa waralabanya ke metaverse. Disney umumkan kesepakatan dengan Epic Games, perusahaan di balik game metaverse Fortnite untuk memproduksi platform dengan kehadiran kekayaan intelektual (IP) perusahaan tersebut.

Dikutip dari Bitcoin.com, Disney akan akuisisi saham Epic senilai USD 1,5 miliar atau sekitar Rp 23,39 triliun (asumsi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.597). Akuisisi saham Epic itu untuk mendukung perusahaan dalam proyek multi-tahun.

Meski pengumuman itu menghindari penyebutan kata metaverse, tetapi Perseroan menggambarkan produk baru ini sebagai produk dengan alam semesta baru yang persisten yang akan menawarkan kesempatan bagi pengguna untuk bermain, menonton, belanja, dan terlibat dengan konten, karakter, dan cerita dari Disney, Pixar, Marvel, Star Wars, Avatar dan waralaba lainnya.

Platform ini akan mendapatkan keuntungan dari interaksi berdampingan dengan Fortnite, sehingga memberikan potensi audiens awal sekitar 400 juta pengguna terdaftar.

"Hal ini menandai masuknya Disney terbesar ke dalam dunia game dan menawarkan peluang pertumbuhan dan ekspansi yang signifikan. Kami tak sabar menanti penggemar merasakan kisah dan dunia Disney yang mereka sukai dengan cara baru yang inovatif,” ujar CEO Disney Bob Iger.

Dikutip dari Bitcoin, Disney menghindari kata metaverse mungkin terkait dengan kegagalan perusahaan sebelumnya dalam mengembangkan strategi metaverse yang dipimpin oleh mantan CEO Bob Chapek.

Meski demikian, rencana ini berakhir pada April 2023, ketika PHK berdampak pada 7.000 karyawan yang akibatkan pembubaran seluruh divisi metaverse perusahaan. Namun, aliansi ini memungkinkan perusahaan untuk mengambil percobaan baru dalam membangun kehadirannya di metaverse dengan keahliaan dari perusahaan game yang sudah mapan seperti Epic.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.


China Bentuk Grup Standarisasi untuk Metaverse

Ilustrasi bendera Republik Rakyat China (AP/Mark Schiefelbein)

Sebelumnya diberitakan, Pemerintah China bertujuan untuk menciptakan standar untuk platform metaverse. Dalam surat edaran yang dirilis pada 19 Januari. Standar ini bertujuan untuk menetapkan aturan untuk organisasi platform metaverse dan pengembangan Yuanverse, proyek metaverse China.

Dilansir dari Bitcoin.com, Rabu (24/1/2024), grup standardisasi akan diintegrasikan oleh beberapa entitas termasuk universitas China, dan perusahaan seperti Huawei, Tencent, Baidu, Netease, dan Sense Time. 

Proposal tersebut, didasarkan pada kebutuhan pengembangan industri dan manajemen industri, akan menerima masukan untuk rencana publisitas kelompok tersebut pada 18 Februari 2024.

Menurut para ahli, hype metaverse telah mereda dan digantikan oleh kecerdasan buatan (AI), teknologi baru lainnya, China tampaknya fokus untuk menjadi pemimpin di bidang ini. 

Pada September, empat kementerian China, termasuk Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi China (MIIT) mengeluarkan rencana tiga tahun untuk meningkatkan pengembangan dan pertumbuhan inisiatif metaverse di negara tersebut.

Rencana tersebut mengharapkan terobosan dapat dicapai pada 2025 dalam berbagai aplikasi, termasuk teknologi metaverse, industri, dan kasus penggunaan.

Para ahli memperkirakan investasi ini akan mendorong perkembangan industri metaverse di China, karena laporan memperkirakan pergerakan ini akan memposisikan negara tersebut sebagai pusat metaverse global, melampaui perkembangan di Barat.

 

 


Pemerintah UEA Luncurkan White Paper yang Fokus pada Regulasi Metaverse

Kripto atau Crypto. Foto: Unsplash/Raphael Wild

Sebelumnya diberitakan, Pemerintah Uni Emirat Arab (UEA) baru-baru ini meluncurkan buku putih atau White Paper yang diberi nama “Kerangka Tata Kelola Metaverse yang Bertanggung Jawab.” 

Menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh Menteri Negara Kecerdasan Buatan dan Ekonomi Digital UEA, Omar Sultan Al Olama, dokumen ini menyoroti pentingnya standar operasional terkait metaverse yang diterima secara global.

Menteri tersebut menambahkan buku putih, yang dibuat bersama dengan bursa kripto Okx, tidak hanya menggarisbawahi potensi metaverse tetapi juga area di mana komunitas global harus memperkuat kesiapannya. Namun, Al Olama memperingatkan ada beberapa hal yang masih membutuhkan dialog lebih lanjut dalam rencana ini. 

Penerimaan dan Legitimasi

Dalam buku putih setebal 35 halaman, penulis dokumen tersebut mendukung pentingnya pengaturan mandiri dan menjelaskan mengapa kerja sama internasional diperlukan.

“Penetapan prinsip pengaturan mandiri minimum bersama melalui kerja sama internasional adalah salah satu pendekatan yang mungkin dilakukan untuk mengatasi tantangan ini,” isi dokumen tersebut, dikutip dari Bitcoin.com, Senin (13/11/2023).

Para penulis dokumen menambahkan ketika hal ini dilakukan akan membantu ruang angkasa mengatasi masalah penerimaan dan legitimasi. 

Sementara itu, dalam pernyataan persnya, Kementerian UEA mengakui kesenjangan yang signifikan masih ada dan hal ini disebabkan oleh tidak adanya peraturan yang seragam atau kode etik global untuk beroperasi dalam ekosistem yang sedang berkembang ini.

 


Arus Masuk Bersih ETF Bitcoin Spot Sentuh Rp 140,5 Triliun

Ilustrasi kripto (Foto: Unsplash/Kanchanara)

Sebelumnya diberitakan, total arus masuk bersih ETF bitcoin Spot mencapai USD 9 miliar atau setara Rp 140,5 triliun (asumsi kurs Rp 15.611 per dolar AS)  pada Kamis, 8 Februari 2024  di tengah lonjakan harga mata uang kripto.

Dilansir dari Yahoo Finance, Senin (12/2/2024), arus masuk mencapai USD 405 juta atau setara Rp 6,3 triliun pada hari itu, total terbesar ketiga sejak SEC menyetujui produk baru pada awal Januari, menurut data Bloomberg. 

Bitcoin Trust GBTC milik Grayscale adalah yang paling aneh, mengalami arus keluar lebih dari USD 101 juta atau setara Rp 1,5 triliun untuk melanjutkan penurunan beruntunnya. 

Analis Bloomberg James Seyffart dalam analisisnya di X mengatakan 8 dari 10 ETF yang mulai diperdagangkan pada 11 Januari mengambil keuntungan pada Kamis dan Fidelity Wise Origin Bitcoin Fund (FBTC) secara resmi menjadi dana kedua yang melampaui USD 3 miliar atau setara Rp 46,8 triliun dalam AUM setelah iShares Bitcoin Trust dari BlackRock. 

FBTC dan IBIT menyumbang lebih dari USD 332 juta atau setara Rp 5,1 triliun dari gabungan arus keluar pada Kamis. GBTC telah mengalami pendarahan aset lebih dari USD 6,2 miliar atau setara Rp 96,7 triliun sejak debutnya sebagai ETF. 

Sebelumnya beroperasi sebagai perwalian sebelum SEC menyetujui konversinya bersama dengan persetujuan lainnya.

 

 

INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya