UNICEF: 700 Ribu Anak di Sudan Alami Kekurangan Gizi, Puluhan Ribu Terancam Meninggal

Kondisi di Sudan diperparah dengan perang yang telah berlangsung selama 10 bulan.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 13 Feb 2024, 11:03 WIB
Nybol Madut duduk bersama anak-anaknya di tempat penampungan di Sudan Selatan (22/11). Mereka menderita krisis air bersih dan kelaparan karena minimnya persediaan pangan. (AFP Photo/Albert Gonzalez Farran)

Liputan6.com, Khartoum - Data terbaru dari Badan PBB untuk Anak-anak, UNICEF, mengungkapkan bahwa setidaknya 700 ribu anak di Sudan mengalami malnutrisi atau kekurangan gizi terburuk tahun ini, dan puluhan ribu anak bisa meninggal.

Kondisi yang semakin parah tersebut disebabkan oleh perang antara angkatan bersenjata Sudan dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter yang sudah berlangsung selama 10 bulan dan menghancurkan infrastruktur di negara itu. Hal ini memicu ancaman kelaparan yang terus meningkat dan membuat jutaan orang mengungsi di dalam dan luar negeri.

"Konsekuensi yang terjadi dalam 300 hari terakhir berarti lebih dari 700.000 anak kemungkinan besar akan menderita malnutrisi paling mematikan tahun ini," ujar juru bicara UNICEF James Elder, seperti dikutip Al Jazeera, Selasa (13/2/2024).

"UNICEF tidak akan mampu merawat lebih dari 300.000 orang tanpa peningkatan akses dan dukungan tambahan. Kalau begitu, puluhan ribu orang kemungkinan besar akan mati," tambahnya.

Elder mendefinisikan bentuk malnutrisi yang paling berbahaya adalah malnutrisi akut yang parah, yang membuat seorang anak lebih mungkin meninggal karena penyakit seperti kolera dan malaria. Dia mengatakan 3,5 juta anak diperkirakan menderita kekurangan gizi akut yang parah.

Lebih lanjut, Elder mengatakan bahwa hanya dalam satu tahun, kasus pembunuhan, kekerasan seksual, dan perekrutan anak-anak untuk berperang, meningkat hingga "500 persen".

"Itu setara dengan jumlah anak-anak yang dibunuh, diperkosa, atau direkrut dalam jumlah yang sangat besar. Dan angka-angka ini hanyalah puncak gunung es," katanya, seraya menegaskan kembali perlunya gencatan senjata dan bantuan lebih lanjut.


Perlunya Akses Kemanusiaan

Seorang anak pengungsi Ethiopia beristirahat di wilayah Qadarif, Sudan, Rabu (18/11/2020). Pertempuran yang kian meluas di perbatasan Ethiopia dan Sudan mengancam wilayah Tanduk Afrika. (AP Photo/Marwan Ali)

Direktur eksekutif UNICEF, Catherine Russell, pun mengiyakan hal tersebut.

"Kombinasi mematikan dari malnutrisi, pengungsian massal, dan penyakit berkembang pesat," katanya.

"Kita memerlukan akses kemanusiaan yang aman, berkelanjutan, dan tanpa hambatan melintasi garis konflik dan lintas batas – dan kita memerlukan dukungan internasional untuk membantu mempertahankan layanan dan sistem penting yang diandalkan anak-anak untuk bertahan hidup," seru dia.


Kurangnya Dana Bantuan

Anak-anak berdiri di antara atap rumah yang hancur akibat banjir di kamp pengungsi Yusuf Batir di Maban, Sudan Selatan, pada 25 November 2019 -- UNICEF mengatakan puluhan juta anak mengungsi akibat bencana iklim dari tahun 2016 hingga 2021. (AFP/Alex McBride)

UNICEF meminta dana sebesar USD840 juta untuk membantu lebih dari 7,5 juta anak di Sudan tahun ini, namun Elder menyesalkan kurangnya dana yang dikumpulkan dalam permohonan sebelumnya.

"Meskipun besarnya kebutuhan, tahun lalu, pendanaan yang diminta UNICEF untuk hampir tiga perempat anak-anak di Sudan tidak kunjung datang," kata Elder.


PBB: Dunia Harus Berhenti Tutup Mata

Dua anak laki-laki, ditutupi kelambu, tidur di Pusat Rumah Sakit Fontaine, yang merawat anak-anak kurang gizi di lingkungan Cite Soleil di Port-au-Prince, Haiti, Senin, 29 Mei 2023. (AP Photo/Ariana Cubillos)

PBB sebelumnya telah mendesak negara-negara untuk tidak melupakan warga sipil yang terjebak dalam perang di Sudan, dan meminta dana sebesar USD 4,1 miliar untuk memenuhi kebutuhan kemanusiaan mereka dan mendukung pengungsi yang telah melarikan diri ke negara-negara tetangga.

Setengah dari populasi Sudan – sekitar 25 juta orang – membutuhkan bantuan dan perlindungan kemanusiaan, sementara lebih dari 1,5 juta orang telah mengungsi ke Republik Afrika Tengah, Chad, Mesir, Ethiopia dan Sudan Selatan, menurut PBB.

"Dunia harus berhenti menutup mata," katanya.

"Di manakah rasa kemanusiaan kita jika kita membiarkan situasi ini terus berlanjut."

Infografis Penyebab Perang Bersaudara Berkecamuk di Sudan. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya