Jelang Pilpres AS, Joe Biden Dulang Suara Pemilih Muda Lewat Aplikasi TikTok

Petahana Joe Biden tengah memanfaatkan kampanye lewat media sosial TikTok, yang baru-baru ini dikecam keras oleh AS, demi menarik suara dari pemilih muda.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 13 Feb 2024, 17:00 WIB
Presiden AS Joe Biden menegaskan bahwa dirinya adalah seorang Zionis. Dok: YouTube White House

Liputan6.com, Washington - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden akhirnya memiliki akun TikTok usai tim kampanyenya mengunggah video pertama dalam akun resmi tersebut.

Akun dengan nama "@bidenhq" itu mengunggah video pendek dengan caption "lol hey guys" selama Super Bowl pada Minggu (11/2/2024).

Akun TikTok Biden tidak akan dijalankan oleh presiden sendiri, namun oleh tim kampanyenya jelang pemilu AS 2024.

Dalam video tersebut, Biden ditanya soal dukungannya kepada Kansas City Chiefs atau San Francisco 49ers. Selain itu, dia juga ditanya tentang teori konspirasi Taylor Swift dan Superbowl yang menyatakan bahwa hubungannya dengan Travis Kelce, bintang Kansas City Chiefs, merupakan skenario untuk mencurangi pertandingan kejuaraan NFL dan membantu Biden terpilih kembali pada November ini.

Munculnya akun tersebut lantas menuai kontroversi sebab aplikasi media sosial China itu dilarang oleh sebagian besar perangkat pemerintah AS karena masalah keamanan.

Dilansir BBC, Selasa (13/2), presiden menandatangani undang-undang pada tahun 2022 yang memblokir sebagian besar perangkat pemerintah federal untuk menggunakan TikTok. Beberapa negara bagian juga telah mengadopsi langkah tersebut.

Anggota parlemen dari kedua kubu telah menyerukan agar aplikasi yang dimiliki oleh perusahaan Tiongkok, ByteDance, agar dilarang di AS karena kekhawatiran pemerintah di Beijing mungkin dapat mengakses data pengguna.

Meski begitu, platform media sosial ini tetap populer di kalangan generasi muda AS, kelompok demografi yang menjadi salah satu target utama untuk pemilu AS November mendatang.


Jadi Satu-satunya Cara untuk Jangkau Pemilih Muda

Ilustrasi: Aplikasi TikTok (Liputan6.com/ Agustin Setyo Wardani)

Michael Starr Hopkins, ahli strategi Partai Demokrat yang bekerja pada kampanye Barack Obama dan Hillary Clinton, mengatakan bahwa banyak anggota Partai Demokrat yang ragu menggunakan TikTok untuk menjalin hubungan lebih dekat dengan para pemilih karena masalah keamanan data.

Namun dia mengatakan bahwa para kandidat harus menghadapi kenyataan bahwa ini adalah platform di mana mereka dapat menjangkau orang-orang dari semua demografi.

"Anda harus menemui para pemilih di mana pun mereka berada. Jika mereka menggunakannya, dan kita tidak boleh dirugikan jika Partai Republik memanfaatkannya," katanya.


Targetkan Dapat Suara dari Pemilih Muda

Presiden Amerika Serikat Joe Biden dalam konferensi pers di Gedung Putih pada Jumat, 19 Januari 2022. (Dok. AP Photo/Susan Walsh)

Kampanye Biden pada tahun 2024 diharapkan dapat kembali meraih suara tinggi dari para pemilih muda, yang membantunya meraih kemenangan dalam pemilu terakhir.

Menurut Pusat Informasi & Penelitian Pembelajaran dan Keterlibatan Kewarganegaraan di Universitas Tufts, sekitar 50 persen dari blok tersebut memberikan suara pada tahun 2020. Sementara itu, sekitar 65 persen pemilih berusia antara 18 hingga 24 tahun memberikan suara mereka untuk presiden dari Partai Demokrat.

Beberapa survei menunjukkan bahwa para pemilih muda, yang cenderung menganggap Biden terlalu pro-Israel, menjadi tidak puas dengan cara Biden menangani perang di Gaza. Sementara itu, yang lain merasa dia belum berbuat cukup banyak dalam masalah pinjaman mahasiswa.

Hal yang paling mengkhawatirkan bagi para ahli strategi Partai Demokrat adalah beberapa survei bahkan menunjukkan bahwa Biden tertinggal dari pesaingnya, mantan Presiden Donald Trump, yang berusia 77 tahun, di kalangan pemilih muda.

Tim kampanye Biden tampaknya sangat menyadari masalah ini.


Berbagai Cara Kampanye Biden Dapat Suara

Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo atau Jokowi bertemu Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden di Washington DC, Senin (13/11/2023). Jokowi menyatakan, status kemitraan Indonesia-AS meningkat menjadi Comprehensive Strategic Partnership atau CSP. (Foto: Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden)

Kyle Tharp, penulis buletin politik FWIW, yang melacak tren digital, pengeluaran dan strategi dalam pemilu AS, mengatakan kampanye Biden telah memanfaatkan selebriti, influencer, dan nama-nama besar di media sosial untuk menyampaikan pesan politik mereka kepada kelompok masyarakat yang lebih muda.

Meskipun pemilih muda cenderung memilih Demokrat, Tharp menyebut bahwa dukungan mereka "akan menentukan keberhasilan atau kegagalan pemilu kali ini".

Terhubung dengan pemilih muda adalah kunci kemenangan bagi Biden.

Usia presiden berusia 81 tahun ini juga menjadi kekhawatiran utama bagi para pemilih dari segala usia, dan jajak pendapat menunjukkan bahwa 75 persen dari pemilih dalam pemilu AS percaya bahwa ia terlalu tua untuk menjabat.

Infografis Trump Vs Biden Klaim Kemenangan Pemilu AS 2020 (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya