Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Amerika Serikat (AS) di bawah Presiden Joe Biden yang sebelumnya terang-terangan ingin memblokir TikTok, kini malah menggunakan platform video pendek asal China tersebut untuk melakukan kampanye.
Diwartakan Mashable, Selasa (13/2/2024), tujuan utama Joe Biden membuat akun TikTok adalah ingin menggaet pemilih muda.
Advertisement
Dalam video pertama Biden, yang diposting saat Super Bowl, dia menjawab pertanyaan seperti "Jason Kelce atau Travis Kelce", "Permainan atau iklan", dan "Trump atau Biden".
Kamu bisa menebak jawabannya di akhir video. Klip video pendek TikTok tersebut, yang ditonton lebih dari 6,8 juta kali, diberi judul sederhana: "Lol hey guys".
Strategi ini mungkin agak konyol, mengingat pada Maret 2023, pemerintahan Biden meminta TikTok untuk memutuskan hubungan dengan perusahaan induknya, Bytedance. Jika menolak, TikTok akan dilarang di negara tersebut.
Sejumlah lembaga federal di AS bahkan memerintahkan semua pejabatnya untuk menghapus aplikasi TikTok dari perangkat profesional mereka.
Di sisi lain, beberapa tokoh Partai Demokrat memiliki akun TikTok aktif untuk memposting konten politik, termasuk Alexandria Ocasio-Cortez dan Cory Booker.
Para penasihat kampanye Joe Biden mengatakan kepada media lokal Axios bahwa mereka berupaya menyampaikan pesan ke semua platform menjelang pemilu 2024.
“Dalam ekosistem media yang semakin terfragmentasi dan terpersonalisasi dibandingkan sebelumnya, sangatlah penting untuk menyampaikan pesan kita di setiap channel dan platform,” kata mereka.
Para penasihat menambahkan bahwa mereka menerapkan protokol keamanan canggih untuk menjamin keamanan di media sosial.
AI Palsukan Suara Joe Biden Buat Sesatkan Pemilih di AS
Sebelumnya, Komisi Komunikasi Federal atau FCC Amerika Serikat sepakat untuk membuat larangan terhadap panggilan otomatis (robocall) yang menggunakan teknologi kloning suara.
Pelarangan ini dilakukan setelah gelombang panggilan otomatis menggunakan teknologi suara hasil buatan AI yang diklaim sebagai suara Joe Biden. Adanya pemalsuan suara Joe Biden ini diduga dipakai untuk menyesatkan pemilih selama tahun pemilihan presiden AS.
"Hari ini Komisi Komunikasi Federal mengumumkan larangan terhadap panggilan yang dibuat dengan suara yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan, di bawah undang-undang perlindungan konsumen telepon," kata FCC dalam pengumuman, dikutip dari 9To5Mac, Sabtu (10/2/2024).
Aturan tersebut, menurut FCC, bakal berlaku sesegra mungkin.
"Aturan ini membuat teknologi kloning suara yang dipakai dalam penipuan panggilan telepon otomatis, ditujukan kepada konsumen sebagai hal ilegal," kata FCC.
Dengan demikian, Penasihat Hukum Negara Bagian di seluruh AS bisa menindak pelaku jahat di balik panggilan telepon otomatis yang memakai suara hasil buatan AI tersebut.
Sebelumnya, outlet berita CBS News melaporkan, terjadi 25.000 panggilan telepon otomatis atau robocall yang memakai suara palsu, untuk menyesatkan para pemilih potensial di New Hampshire.
Advertisement
Ada 25.000 Panggilan Otomatis Pakai Suara Palsu Joe Biden
Langkah FCC ini dilakukan sebelum pemilihan presiden. Bulan lalu, panggilan telepon otomatis dengan suara orang menyamar sebagai Predien Biden mendorong pemilih untuk tidak memberikan suara dalam pesta rakyat. Diperkirakan, 5.000 hingga 25.000 panggilan dengan suara palsu Joe Biden dilakukan di New Hampshire.
Sementara itu, Jaksa Agung New Hampshire mengatakan, "rekaman yang dihasilkan oleh AI yang dibuat menyerupai presiden dikaitkan dengan dua perusahaan di Texas dan penyelidikannya tengah berlangsung saat ini.
Melarang panggilan telepon otomatis atau robocall yang menggunakan kloningan suara tidak secara otomatis bakal mencegah insiden-insiden penipuan serupa di masa depan.
Oleh karenanya, FCC memberi wewenang kepada jaksa negara bagian untuk menerapkan sanksi denda kepada pelaku pelanggaran.
Infografis Joe Biden Prediksi Jakarta Tenggelam 10 Tahun Lagi. (Liputan6.com/Abdillah)
Advertisement