19 Februari 2001: Geger Dugaan Penyakit Mulut dan Kuku di Rumah Potong Hewan Inggris

Pada pemeriksaan ini, 27 ekor babi yang menunjukkan gejala penyakit mulut dan kuku di rumah pemotongan hewan di Essex, Inggris.

oleh Fitria Putri Jalinda diperbarui 19 Feb 2024, 06:00 WIB
Ilustrasi hewan ternak terkena penyakit mulut dan kuku di Inggris. (Istimewa)

Liputan6.com, Essex - Sebuah rumah pemotongan hewan di Essex, Inggris diberi tanda sebagai zona eksklusi -wilayah yang ditetapkan untuk berbagai tujuan spesifik kasus- sepanjang 8 kilometer. Gara-garanya diduga terdeteksi kasus penyakit mulut dan kuku hewan.

Jika dugaan tersebut benar, maka kasus ini menjadi kasus penyakit hewan pertama di Inggris selama 20 tahun terakhir.

Juru bicara Kementerian Pertanian, Perikanan, dan Pangan Inggris pada 19 Februari 2001 menyatakan penemuan ini terjadi saat pemeriksaan rutin di lokasi rumah pemotongan hewan di Essex oleh Dinas Kesehatan Hewan Negara. 

Zona eksklusi itu akan mencegah pengangkutan babi, domba, kambing, dan sapi selama proses penyelidikan berlangsung. 

Mengutip dari BBC on This Day, pada pemeriksaan tersebut terdapat 27 ekor babi yang menunjukkan gejala penyakit mulut dan kuku. Diketahui bahwa babi-babi ini diambil dari dua peternakan, yaitu di Buckinghamshire dan di Pulau Wight, kedua daerah tersebut juga sudah menetapkan zona eksklusi.

Penyakit mulut dan kuku adalah penyakit yang sangat menular dan dapat menyerang sapi, babi, domba, dan kambing. Penyakit ini ditandai dengan area mulut hewan yang melepuh sehingga menyebabkan peningkatan air liur dan ketimpangan.

Kasus terakhir penyakit ini terjadi di Inggris pada tahun 1981. Wabah besar terakhir terjadi pada tahun 1967 ketika 442.000 hewan disembelih.​

Para peternak didesak untuk memeriksa hewan-hewan mereka untuk mengetahui tanda penyakit tersebut termasuk jika hewan mereka mengalami kehilangan nafsu makan.

Food Standards Agency (Badan Standar Makanan mengatakan jika wabah ini benar-benar terjadi, tidak akan berdampak pada rantai makanan. 


Penyebaran Penyakit Kuku dan Mulut Pada Hewan Ternak

Pedagang memotong daging sapi di Pasar Senen, Jakarta Pusat, Selasa (31/5/2022). Maraknya kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak seperti sapi dan kambing sejak beberapa waktu lalu, serta ditambah masih tingginya harga berimbas pada merosotnya penjualan daging di Pasar Senen hingga 50 persen. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Menteri Pertanian Inggris pada saat itu, Nick Brown, mengatakan jika penyakit menular menular ini sudah terkonfirmasi, maka penting untuk mengendalikan penyakit ini secepat mungkin.

Juru bicara Persatuan Petani Nasional Inggris, Peter Stewart, mengatakan penyakit mulut dan kuku adalah salah satu penyakit yang paling mematikan pada babi dan sapi.

"Ini karena kecepatan penyebarannya dan seluruh kawanan harus dimusnahkan sepenuhnya. Ini adalah penyakit yang sangat, sangat mengkhawatirkan.” ujar Peter. 

Penyakit kaki dan mulut dikonfirmasi di Cheale Abbatoir di Brentwood, Essex, oleh kepala petugas dokter hewan, Jim Scudamore, dua hari setelah 19 Februari 2001.

Komisi Eropa dengan segera melarang semua ekspor susu, daging, dan ternak dari Inggris sampai penyakit tersebut dapat diatasi.

Sebanyak 300 hewan di rumah potong hewan disembelih dalam upaya mengendalikan wabah tersebut, namun penyebaran penyakit ini di seluruh Inggris berlangsung cepat dan dalam kurun waktu hampir satu tahun, lebih dari 2.000 hewan didiagnosis mengidap penyakit mulut dan kuku.


Kerugian dari Penyakit Mematikan Ini: 4 Juta Hewan Disembelih hingga Rp40 T

Pengiriman sapi NTT ke luar daerah. (Foto: Ola Keda/Liputan6.com)

Secara total, hampir empat juta hewan di Inggris disembelih. Penyakit ini merugikan industri pertanian antara £800 juta atau Rp13 miliar hingga £2,4 miliar sekitar Rp40 triliun, dan menghancurkan mata pencaharian ribuan peternak. 

Wabah ini juga membawa kehancuran bagi sebagian besar industri pariwisata dan perekonomian pedesaan. Badan Pedesaan memperkirakan biaya pariwisata antara £2 miliar dan £3 miliar atau sekitar Rp40-50 triliun. 

Inggris dinyatakan bebas penyakit mulut dan kuku pada bulan Januari 2002. Laporan Royal Society mengenai wabah tersebut diterbitkan pada bulan Juli 2002 yang menyatakan bahwa kebijakan pemusnahan massal tidak cukup untuk membendung penyakit ini dan vaksinasi harus dipertimbangkan di masa depan.

Penyakit ini diperkirakan beredar di 77% populasi ternak global, di Afrika, Timur Tengah dan Asia, serta di wilayah tertentu di Amerika Selatan. Negara-negara yang saat ini bebas PMK tanpa vaksinasi tetap berada dalam ancaman serangan penyakit PMK.


Penyakit PMK di Indonesia

Penyakit mulut dan kuku (PMK) saat ini juga menghantui masyarakat Indonesia, khususnya untuk para peternak dan pedagang. Beberapa waktu lalu, penyakit ini menyerang banyak hewan ternak mulai dari skala kecil hingga besar.

Akibatnya banyak kerugian dan ketakutan yang dialami masyarakat yang menggantungkan hidup mereka dengan hewan ternak. Pemerintah melakukan banyak usaha demi memberantas penyakit ini dan melindungi hewan-hewan ternak yang belum terjankit.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan pemberian vaksin kepada hewan-hewan ternak agar penyebaran virus tidak semakin meluas. Pada 26 Agustus 2022, 1 juta dosis vaksin penyakit mulut dan kuku (PMK) yang disediakan Pemerintah Australia telah tiba di Indonesia.

Nantinya dosis vaksin PMK tersebut akan didistribusikan pihak otoritas Indonesia kepada daerah-daerah yang paling membutuhkan dimana pada daerah tersebut banyak ditemukan kasus hewan ternak dengan penyakit mulut dan kuku (PMK).

Australia memberikan bantuan berupa pasokan vaksin untuk negara Indonesia atas tujuan dan bagian dari pendekatan tiga cabang yang dilakukan oleh pemerintah Australia agar wilayah mereka terbebas dari wabah dan penyakit mulut dan kuku (PMK).

Infografis Vaksinasi PMK Hewan Ternak Digencarkan Jelang Idul Adha. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya