BEI Belum Kantongi BUMN di Pipeline IPO hingga 15 Februari 2024

Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menuturkan, IPO BUMN tergantung dari kesiapan BUMN.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 15 Feb 2024, 12:06 WIB
<p>Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna (Foto: Liputan6.com/Pipit IR)</p>
Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat puluhan perusahaan siap debut di Bursa. Lalu apakah ada BUMN dan anak usaha BUMN? (Foto: Liputan6.com/Pipit IR)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat puluhan perusahaan siap debut di Bursa. Namun, hingga saat ini, Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna mengatakan belum ada perusahaan BUMN yang berada pada pipeline pencatatan umum perdana saham (initial public offering) di Bursa.

"Saat ini belum ada BUMN di pipeline. Kita harap dari BUMN dan anak BUMN juga dapat tercatat di pasar modal. " kata Nyoman kepada wartawan, Kamis (15/2/2024).

Nyoman menambahkan, sebelumnya pihak BEI dan Kementerian BUMN telah melakukan perjanjian untuk akomodasi perusahaan pelat merah debut di Bursa. Itu merupakan bagian dari komitmen Bursa untuk membawa perusahaan-perusahaan BUMN naik kelas dengan tata kelola yang baik dan transparan. Sayangnya, hingga saat ini belum ada hilal perusahaan BUMN yang akan IPO dalam waktu dekat.

"Jadi IPO BUMN ini tergantung kesiapan dari BUMN dan subsidiary-nya. tentunya yang kita lakukan adalah support dari sisi sharing-sharing hal-hal yang dapat kita berikan. Sehingga meningkatkan kesiapan mereka untuk bisa masuk ke pasar modal, melihat berbagai sisi atau angle sesuai dengan ekspektasi dari investor. Sehingga harapan kita nanti menjadi sukses di pasar modal," imbuh Nyoman. 

Per 7 Februari 2024 Bursa mencatat sebanyak 24 perusahaan berada dalam pipeline IPO. Berdasarkan klasifikasi aset, perusahaan skala menengah dengan aset berkisar Rp 50- Rp 250 miliar mendominasi sebanyak 17 perusahaan Kemudian 4 perusahaan skala besar dengan aset di atas Rp 250 miliar. Sisanya, 3 perusahaan dengan aset skala kecil di bawah Rp 50 miliar.

 

 


Tren IPO BUMN Bakal Sepi pada Tahun Politik

Karyawan memfoto layar pergerakan IHSG, Jakarta, Rabu (3/8/2022). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia, Rabu (3/08/2022), ditutup di level 7046,63. IHSG menguat 58,47 poin atau 0,0084 persen dari penutupan perdagangan sehari sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya diberitakan, PT BRI Danareksa Sekuritas (BRIDS) meyakini tren penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) masih akan positif pada tahun politik. Sebaliknya, penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) BUMN diprediksi sepi pada periode tersebut. 

Direktur Utama BRIDS Laksono Widodo menuturkan, pihaknya bakal memboyong paling tidak lima perusahaan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan tersebut berasal dari berbagai sektor mulai dari manufaktur hingga teknologi dengan total aset di atas Rp 250 miliar.

Dengan demikian, ia menargetkan paling tidak lima IPO tersebut bisa dilaksanakan pada 2024. Terlebih, Indonesia memasuki pesta demokrasi, tahun pemilu, kondisi pasar modal masih sangat dinamis ditambah dengan kondisi geopolitik dan suku bunga.

"Akan tetapi kami sudah punya lima pipeline, kalau market mendukung, bisa menjadi IPO yang baik," ujar dia saat ditemui di BEI, Selasa (24/10/2023).

Namun, dalam pipeline tersebut tidak termasuk perusahaan dari BUMN seperti Pertamina Hulu Energy (PHE). Pasalnya, banyak faktor yang bakal memberikan pengaruh terhadap pengambilan keputusan IPO.

"Enggak ada BUMN, (PHE) belum masuk di lima itu (pipeline). Mungkin kalau kita belajar dari tahun lalu, pasti nanti ada proyek besar yang pengambilan keputusan dilakukan oleh pemerintah. Mungkin ada delay (ditunda)," imbuhnya. 

Meski demikian, ia memprediksi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang IPO bakal sepi. Sebab, pemerintah berpotensi menunda IPO BUMN  jelang pemilihan umum (pemilu) 2024. 

 


Sentimen yang Pengaruhi Pasar Modal

Pejalan kaki melintas dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG sore ini ditutup di zona hijau pada level 6.296 naik 21,62 poin atau 0,34 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

“Sekarang ini pemerintah tengah masuk masa recess, jadi belum ada yang mau ambil keputusan. Bisa ditanyakan ke Kementerian BUMN," kata Laksono.

Dia pun berhadap agar IPO tidak sepi, karena BRIDS berniat membantu perusahaan BUMN untuk. Di sisi lain, ia mencermati tren IPO secara keseluruhan pada tahun depan akan dipengaruhi sejumlah faktor. Memasuki tahun pemilu biasanya ada sedikit wait and see terkait dengan pemerintahan yang baru.

Selain itu, ada juga faktor dari global, yakni suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve yang semakin meningkat. Terlebih, the Fed berpotensi  masih akan mengerek suku bunganya. 

“Itu menjadi satu hal yang perlu dipikirkan tahun depan terkait dengan appetite investor terhadap IPO,” ujar dia.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya