Liputan6.com, Jakarta Masyarakat Indonesia termasuk penyandang disabilitas telah menyalurkan hak suara di daerah masing-masing dalam Pemilihan Umum atau Pemilu 2024.
Salah satu penyandang disabilitas yang ikut merayakan pesta demokrasi 14 Februari adalah Direktur Organisasi Disabilitas Bandung Independent Living Center (BILiC), Zulhamka Julianto Kadir.
Advertisement
Pengguna kursi roda asal Bandung ini merasa bahwa Pemilu kali ini lebih damai ketimbang Pemilu sebelumnya pada 2019.
“Pengalaman saya di pesta demokrasi 2024 sangat menarik dan sejauh ini saya rasa lebih aman, tidak terlalu berseliweran, lebih damai menurut saya,” kata pria yang akrab disapa Anto kepada Disabilitas Liputan6.com melalui pesan suara, Rabu, 14 Februari 2024.
Anto memberikan hak suara di tempat pemungutan suara (TPS) 62 yang terletak di Jl. Rancabolang, Margahayu, Bandung. Dan menurutnya, aksesibilitas di TPS ini sudah cukup baik.
“Aksesibilitasnya sih sudah cukup akses, tapi saat pencoblosan atau di bilik suara posisinya masih kurang luas untuk manuver, untuk berputar (kursi roda) di dalam itu masih kesulitan. Terlalu ngepas dan untuk memasukkan surat suara, kotaknya terlalu tinggi jadi saya tidak bisa memasukkan secara mandiri,” jelas Anto.
Mengingat kotak suara terlalu tinggi, maka ia pun perlu dibantu oleh petugas untuk memasukkan surat suara ke kotak suara. Meski terdengar sebagai hal kecil, tapi ini adalah hal berharga bagi Anto.
“Hal yang terkesan kecil tapi itu sangat berharga. Maksudnya, kesetaraan itu, kalau saya bisa memasukkannya sendiri, ada perasaan yang lebih senang lah istilahnya.”
Diprioritaskan Saat Mencoblos
Meski kotak suara terlalu tinggi, tapi Anto mengapresiasi pihak TPS yang sudah berbaik hati memprioritaskan dirinya untuk didahulukan.
“Ada hal yang patut diapresiasi, saat saya datang memang saya didahulukan atau diprioritaskan. Ini satu hal yang perlu diapresiasi karena penyandang disabilitas memang perlu didahulukan.”
Di sisi lain, Anto tak melihat ada penyandang disabilitas lain yang nyoblos di TPS tersebut. Dan ketika ia bertanya pada petugas, mereka tak memiliki data soal itu.
“Saya tanya apa ada penyandang disabilitas lain, mereka tidak memiliki datanya dan mereka tidak bisa menjawabnya.”
Advertisement
Tak Temui Kesulitan Besar Saat Nyoblos
Lebih lanjut Anto bercerita, selama proses mencoblos ia tak menemukan kesulitan yang begitu berarti.
“Kalau kesulitan selama nyoblos sih sebetulnya tidak ada bagi saya. Lebih kepada tidak leluasa di bilik suara karena terlalu sempit. Kertas suara terlalu banyak dan besar-besar, jadi untuk membuka, mencoblos kemudian melipat itu menyusahkan saya karena posisi saya duduk tidak berdiri.”
Usai mencoblos, ayah satu anak ini mengutarakan harapannya untuk siapapun calon yang akan terpilih.
“Harapan saya, siapapun presiden yang terpilih nantinya, saya ingin menitip pesan. Kami dari kelompok rentan atau disabilitas yang masih terkesampingkan hak-haknya, semoga lebih inklusif, lebih disetarakan, dan mendukung program-program yang berpihak pada penyandang disabilitas.”
Penyandang Disabilitas Bisa Berpartisipasi Aktif dalam Masyarakat
Anto juga berharap penyandang disabilitas selalu dilibatkan dalam berbagai aspek karena mereka bisa berpartisipasi aktif di masyarakat.
“Disabilitas bisa ikut berperan dan berpartisipasi aktif dalam masyarakat dan bisa berkontribusi untuk negara jika mereka diberikan kesempatan dan kesetaraan yang sama.”
“Dan jangan lupa, untuk tidak menjadi pemimpin yang alfa dalam mendukung hak-hak disabilitas karena semuanya sudah ada dalam regulasi. Ketika ada regulasi yang belum dijalankan, lanjutkan dan terapkan dengan jauh lebih baik supaya kesejahteraan seluruh ragam disabilitas terpenuhi.”
Dengan begitu, Anto berharap tak ada lagi diskriminasi dan ia yakin bahwa masih ada harapan dan hati nurani dari para pemimpin bangsa yang peduli pada rakyatnya tanpa terkecuali, tutup Anto.
Advertisement