Israel Serbu Rumah Sakit Nasser di Gaza Selatan, Klaim Sandera Ditawan di Sana

Militer Israel mengaku mereka memiliki informasi intelijen yang dapat dipercaya bahwa Hamas telah menawan sandera di Rumah Sakit Nasser dan jenazah para sandera mungkin masih berada di dalam.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 16 Feb 2024, 07:36 WIB
Sementara, barang-barang pribadi disimpan di tangga dan di ambang jendela, dan tumpukan kantong sampah. Kesan yang muncul adalah kepadatan yang luar biasa. (Mahmud HAMS / AFP)

Liputan6.com, Gaza - Pasukan Israel menyerbu Rumah Sakit Nasser di Khan Younis, Gaza Selatan, pada Kamis (15/2/2024), beberapa jam setelah tembakan Israel menewaskan seorang pasien dan melukai enam lainnya di dalam kompleks tersebut. Tentara Israel mengatakan itu adalah operasi terbatas untuk mencari sisa-sisa sandera yang ditawan Hamas.

Penyerbuan rumah sakit utama di Gaza Selatan itu terjadi sehari setelah tentara berusaha mengevakuasi ribuan pengungsi yang berlindung di sana.

Perang Hamas Vs Israel tidak menunjukkan tanda-tanda akan berakhir dan risiko konflik yang lebih luas semakin meningkat ketika eskalasi serangan Israel dan Hizbullah di Lebanon terjadi pasca baku tembak pada Rabu (14/2).

Militer Israel mengaku mereka memiliki informasi intelijen yang dapat dipercaya bahwa Hamas telah menawan sandera di Rumah Sakit Nasser dan jenazah para sandera mungkin masih berada di dalam. Kepala juru bicara militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari menuturkan pasukannya melakukan operasi tepat dan terbatas di sana dan tidak akan mengevakuasi petugas medis atau pasien secara paksa.

Israel telah berulang kali menuduh Hamas menggunakan rumah sakit dan bangunan sipil lainnya untuk melindungi para pejuangnya.

Seorang sandera yang dibebaskan mengklaim kepada AP bulan lalu bahwa dia dan lebih dari dua lusin sandera lainnya ditahan di Rumah Sakit Nasser.

Hukum internasional sendiri melarang penargetan fasilitas medis, namun fasilitas-fasilitas itu dapat kehilangan perlindungan jika digunakan untuk tujuan militer.

Pasukan Israel sedang menggeledah beberapa gedung rumah sakit setelah memerintahkan semua staf medis dan pasien untuk pindah ke gedung tua di kompleks tersebut, kata Shaban Tabash, seorang perawat di Rumah Sakit Nasser. Para dokter tidak dapat memberikan perawatan kepada pasien di gedung yang tidak memiliki perlengkapan yang memadai.

"Situasi para pasien sulit," tutur Tabash, seperti dilansir AP, Jumat (16/2).


Tidak Ada Lintasan Aman

Perang tersebut dipicu oleh serangan terhadap Israel pada 7 Oktober oleh pejuang Hamas yang menewaskan 1.400 orang dan menyandera 240 lainnya. (Mahmud HAMS / AFP)

Rumah Sakit Nasser merupakan fokus terbaru operasi militer Israel yang telah menghancurkan sektor kesehatan di Jalur Gaza ketika mereka berjuang untuk merawat banyak orang yang terluka akibat pengeboman setiap hari. Pasukan Israel, tank, dan penembak jitu telah mengepung rumah sakit tersebut setidaknya selama seminggu, dengan melepas tembakan hebat di sekelilingnya.

Menurut otoritas kesehatan Jalur Gaza, beberapa orang tewas di dalam kompleks rumah sakit selama beberapa hari terakhir.

Semalaman, serangan terjadi di salah satu bangsal rumah sakit, dan video yang beredar menunjukkan petugas medis bergegas mendorong pasien dengan tandu menyusuri koridor yang dipenuhi asap atau debu. Seorang petugas medis sampai harus menggunakan senter ponsel untuk menerangi ruangan yang gelap, di mana seorang pria yang terluka menjerit kesakitan, sementara suara tembakan bergema di luar.

"Serangan itu menewaskan satu pasien dan melukai enam lainnya, semuanya sudah dirawat karena luka sebelumnya," kata Dr. Khaled Alserr, salah satu ahli bedah yang tersisa di Rumah Sakit Nasser, kepada AP. "Situasinya meningkat setiap jam dan setiap menit."

Beberapa jam kemudian, kata staf rumah sakit, pasukan Israel bergerak ke kompleks rumah sakit. Rekaman yang diunggah online menunjukkan pasien berkumpul di gedung rumah sakit tua, dengan deretan tempat tidur berjejer di lorong.

Kelompok bantuan internasional Doctors Without Borders (MSF) menuturkan stafnya harus pergi dari Rumah Sakit Nasser pada Kamis. Satu staf ditahan di pos pemeriksaan Israel di luar fasilitas tersebut.

Militer telah memerintahkan evakuasi Rumah Sakit Nasser dan sekitarnya bulan lalu. Namun, seperti fasilitas kesehatan lainnya, petugas medis mengatakan pasien tidak dapat meninggalkan atau direlokasi dengan aman, dan ribuan orang yang mengungsi akibat pertempuran di tempat lain masih tetap berada di sana.

"Orang-orang terpaksa berada dalam situasi yang mustahil," ujar Lisa Macheiner dari MSF. "Tetap di Rumah Sakit Nasser bertentangan dengan perintah militer Israel dan menjadi target potensial atau keluar dari kompleks tersebut menuju lanskap apokaliptik, di mana pengeboman dan perintah evakuasi adalah bagian dari kehidupan sehari-hari."


28.663 Nyawa Warga Palestina di Jalur Gaza Melayang

Kondisi serba kekurangan dialami oleh para pengungsi di sekitar Rumah Sakit Nasser, di Khan Yunis, Jalur Gaza selatan pada 14 November 2023. (Mahmud HAMS/AFP)

Sekitar 130 tawanan yang disekap Hamas disebut masih berada di Jalur Gaza, seperempat di antaranya diyakini tewas. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu semakin mendapat tekanan kuat dari keluarga para sandera dan masyarakat luas agar membuat kesepakatan untuk menjamin kebebasan mereka, namun mitra koalisi sayap kanan bisa menjatuhkan pemerintahannya jika dia dianggap terlalu lunak terhadap Hamas.

Israel merespons serangan Hamas 7 Oktober 2023 dengan meluncurkan salah satu kampanye militer mematikan dan paling merusak dalam sejarah. Setidaknya 28.663 warga Palestina di Jalur Gaza tewas, lebih dari 68.000 orang terluka, 80 persen penduduk mengungsi, dan seperempatnya menderita kelaparan di tengah memburuknya bencana kemanusiaan.

Sebagian besar wilayah di Gaza Utara, yang menjadi sasaran pertama serangan Israel, telah hancur total.


Perundingan Gencatan Senjata Mandek

Orang-orang tergeletak di kedua sisi koridor, hanya menyisakan ruang sempit bagi siapa pun untuk berjalan. (Mahmud HAMS / AFP)

Secara terpisah, Israel melancarkan serangan udara ke Lebanon selatan untuk hari kedua setelah menewaskan 10 warga sipil dan tiga anggota Hizbullah pada Rabu sebagai tanggapan atas serangan roket yang menewaskan seorang tentara Israel dan melukai beberapa lainnya.

Ini merupakan baku tembak paling mematikan di sepanjang perbatasan sejak dimulainya perang Hamas Vs Israel.

Hizbullah belum mengaku bertanggung jawab atas serangan roket pada Rabu. Sheikh Nabil Kaouk, seorang anggota senior kelompok Hizbullah, mengatakan pihaknya siap menghadapi kemungkinan perang meluas.

Sementara itu, perundingan mengenai gencatan senjata di Jalur Gaza diduga terhenti dan Netanyahu berjanji melanjutkan serangan sampai Hamas dihancurkan dan para sandera yang tersisa dibebaskan.

Hamas dilaporkan terus menyerang pasukan Israel di seluruh wilayah Jalur Gaza dan menggarisbawahi pihaknya tidak akan melepaskan semua tawanan yang tersisa sampai Israel mengakhiri serangannya dan menarik diri. Hamas juga menuntut pembebasan sejumlah besar tahanan Palestina, termasuk sejumlah tokoh penting.

Netanyahu menolak tuntutan tersebut, menyebutnya sebagai delusi. Dia mengatakan Israel akan segera memperluas serangannya ke Kota Rafah yang terletak di perbatasan dengan Mesir. Lebih dari separuh penduduk Jalur Gaza yang berjumlah 2,3 juta jiwa mencari perlindungan di Rafah setelah melarikan diri dari pertempuran di tempat lain.

INFOGRAFIS_Jalur Gaza terbagi atas lima kegubernuran (Dok. Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya