Liputan6.com, Jakarta Memberi karyawan peluang untuk berkembang di tempat kerja merupakan hal yang sangat penting dalam membangun loyalitas, yang merupakan sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh banyak perusahaan saat ini di era di mana semakin banyak karyawan yang kehilangan pekerjaan dan semakin berkurangnya keterlibatan karyawan.
Pada saat yang sama, generasi pekerja termuda di Amerika berharap untuk belajar lebih banyak mengenai pekerjaan dibandingkan generasi pekerja yang lebih berpengalaman. Namun, menurut sebuah survei terbaru, mereka tidak mendapatkan dukungan yang mereka perlukan, dan hampir separuh dari mereka lebih mempercayai alat kecerdasan buatan dibandingkan atasan mereka dalam menentukan arah mereka.
Advertisement
Sebuah studi yang dirilis pada hari Selasa (13/2/2014) oleh platform pengembangan karir INTOO mengeksplorasi bagaimana dukungan untuk kemajuan karier – dan kekurangannya – berdampak pada angkatan kerja saat ini, dan menggambarkan berapa banyak pekerja yang kesulitan untuk maju dalam karir mereka karena kurangnya dukungan dari perusahaan mereka.
Diwartakan oleh Fox Business, di semua kelompok umur, 59% karyawan mengatakan kepada lembaga survei bahwa perusahaan mereka “jarang” atau “tidak pernah” membantu mereka mengeksplorasi peluang pertumbuhan di luar departemen mereka saat ini, dan 46% pekerja mengatakan manajer mereka tidak tahu bagaimana membantu perkembangan karier mereka.
Studi tersebut, yang dilakukan bekerja sama dengan firma riset Workplace Intelligence, menemukan bahwa Gen Z (berusia 26 tahun ke bawah – demografi karyawan dengan pertumbuhan tercepat) merasa sangat tersesat, meskipun para pekerja tersebut mendapatkan manfaat paling banyak dari pembelajaran dan peluang pengembangan karier.
Dari pekerja muda, 62% mengatakan mereka ingin lebih sering berbicara dengan manajer mengenai karier mereka, namun atasan mereka terlalu sibuk. Empat puluh tujuh persen mengatakan mereka mendapatkan saran karier yang lebih baik dari alat AI seperti ChatGPT dibandingkan manajer mereka.
“Ketergantungan Generasi Z pada platform digital untuk memberikan nasihat karier, termasuk alat inovatif seperti ChatGPT, menunjukkan adanya masalah yang lebih besar – yaitu keinginan akan panduan yang tidak mereka temukan dalam struktur tradisional di tempat kerja mereka,” kata INTOO CRO Mira Greenland kepada FOX Business.
“Mereka ingin percakapan tentang karier mereka menjadi dinamis dan responsif seperti teknologi yang mereka gunakan saat tumbuh dewasa.”
Menjadi tantangan bagi organisasi/perusahaan
Greenland mengatakan kesenjangan ini menghadirkan tantangan unik bagi organisasi.
“Perusahaan harus beradaptasi untuk menarik dan mempertahankan gelombang talenta baru ini,” katanya. “Ini berarti tidak hanya menawarkan diskusi pengembangan karier yang lebih sering dan bermakna, tetapi juga memikirkan kembali pendekatan mereka terhadap bimbingan dan dukungan.”
INTOO juga melakukan survei terhadap para pemimpin sumber daya manusia dalam penelitian ini, untuk mengetahui apa arti peluang pengembangan karir saat ini bagi pasar kerja. Tanggapan mereka memberikan gambaran suram tentang bagaimana retensi pekerja dapat terjadi di masa depan.
Para pemimpin SDM memperkirakan bahwa 30% karyawan dari berbagai kelompok umur dan 44% karyawan Gen Z kemungkinan besar akan berhenti dalam enam bulan ke depan karena kurangnya dukungan untuk pengembangan karier mereka.
Advertisement
Waspada! Hacker Rusia dan Korea Utara Pakai ChatGPT OpenAI untuk Lancarkan Serangan Siber
Hacker Rusia dan Korea Utara disebut menggunakan alat AI generatif (generative AI, GAI) untuk melancarkan serangan siber.
Hal ini diungkap Microsoft dan OpenAI, di mana kedua perusahaan merinci bagaimana para hacker terkait pemerintah asing memanfaatkan GAI.
Mengutip Engadget, Jumat (16/2/2024), hacker didukung negara itu menggunakan GAI untuk debugging kode, mencari informasi di platform open source, menyusun email phishin, dan menerjemahkan teks.
OpenAI, perusahaan pembuat ChatGPT itu mengatakan, pihaknya telah menutup akses kelompok tersebut ke sistem GAI setelah tahu menggunakan tools mereka.
Salah satu grup hacker tersebut adalah Forest Blizzard (Fancy Bear atau APT 12). Disebutkan, mereka menggunakan platform OpenAI.
ChatGPT Makin Personal dengan Memori Digital, Bisa Ingat Percakapan dan Buat Interaksi Lebih Intim
ChatGPT, chatbot atau robot percakapan buatan OpenAI kini semakin canggih dan lebih personal dengan kemampuan barunya.
Kini AI chatbot ChatGPT buatan OpenAI ini bisa mengingat percakapan atau interaksi dengan Anda sebelumnya, dan menggunakannya sebagai referensi untuk percakapan selanjutnya.
Hal ini berkat "memori digital" yang OpenAI perkenalkan, di mana teknologi ini memungkinkan chatbot OpenAI itu mengingat informasi tentang Anda dan percakapan saat interaksi.
Fitur memori digital ini bertujuan untuk membuat ChatGPT lebih personal dan ramah kepada pengguna, dan membuat seolah-olah sedang berbicara dengan teman atau kenalan.
Advertisement