Liputan6.com, Jakarta - Untuk mendapat berat badan ideal, tak perlu macam-macam diet. Ahli gizi masyarakat Dr Tan Shot Yen mengatakan, cukup makan tiga kali sehari dengan porsi sesuai serta berkualitas baik.
Tan menjelaskan, makan tiga kali sehari dengan pola teratur serupa dengan intermittent fasting.
Advertisement
"Misal nih, sarapan jam berapa? Setengah tujuh, sebelum berangkat kantor jam 6. Ya, bangun pagi sarapan ya kan. Kemudian anda makan siang nih, teratur ya. Jam 12, jam 1. Lalu kemudian makan malam, habis Shalat Maghrib dan dari maghrib tidak makan lagi sampai besok pagi, itu bukannya intermittent fasting?" ujarnya pada siniar "Kemencast #63 - Gizi Tepat Berdasarkan Usia" di Jakarta, Kamis, dilansir Antara.
Adapun intermittent fasting yakni puasa selama durasi waktu tertentu, seperti 12 hingga 16 jam yang, yang dipopulerkan di luar negeri.
Menurut Tan, seseorang perlu mengetahui apa yang dibutuhkan tubuhnya. Yang kerap jadi masalah, kata Tan, yakni kebiasaan jajan. Bahkan banyak anak yang lebih mengutamakan jajan ketimbang makan makanan utama.
Sedangkan yang dibutuhkan tubuh, ujarnya, bisa dilihat dari konsep Isi Piringku yang diinisiasi Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Dalam Isi Piringku, digambarkan 50 persen porsi makanan seseorang terdiri atas sayur dan buah-buahan, lalu 50 persen sisanya adalah karbohidrat dan protein.
Konsep Isi Piringku juga menekankan pada pembatasan konsumsi gula, garam, dan lemak. Konsep ini menurutnya dapat dijadikan pedoman dalam makan, bahkan bagi individu berusia lanjut.
4 Pilar Gizi Seimbang
Pada kesempatan yang sama, Tan juga menjelaskan mengenai empat pilar gizi seimbang yakni makan makanan yang beragam, lalu berolahraga atau aktivitas fisik yang cukup. Selain itu, penting juga menerpakan pola hidup bersih dan sehat, termasuk makan makanan yang bersih dan sehat serta mengcek berat badan secara berkala.
Olahraga yang cukup, menurutnya, penting untuk menjaga sensitivitas insulin yang dapat membantu menurunkan kadar gula darah yang naik. Yang paling penting lagi, kata dia, konsisten dalam menjalankan gaya hidup yang sehat.
"Nah, problem dari orang yang menjalankan suatu jalan hidup, kalau dia nggak bisa melihat hasil, hanya melihat itu sebagai suatu siksaan, suatu kungkungan, tentu tidak akan berjalan," katanya.
Advertisement