Jepang dan Inggris Masuk Jurang Resesi, Apa Dampak ke Indonesia?

Ekonomi Jepang dan Inggris alami kontraksi tidak terduga. Produk Domestik Bruto (PDB) kedua negara alami penurunan hingga terancam resesi.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 16 Feb 2024, 15:34 WIB
Ekonomi Jepang dan Inggris alami kontraksi tidak terduga. Produk Domestik Bruto (PDB) kedua negara alami penurunan hingga terancam resesi.. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta Ekonomi Jepang dan Inggris alami kontraksi tidak terduga. Produk Domestik Bruto (PDB) kedua negara alami penurunan hingga terancam resesi. Masing-masing 0,4 persen untuk Jepang dan 0,3 persen untuk Inggris. 

Lantas bagaimana dampaknya untuk Indonesia? Ekonom sekaligus Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Eko Listiyanto menjelaskan masuknya Jepang dan Inggris ke jurang resesi memiliki dampak tidak langsung kepada Indonesia, karena kedua negara termasuk dalam kelompok 20 (G20).

“Saya melihat dampak tidak langsung karena dampaknya ke ekonomi global kemudian ke ekonomi Indonesia. Karena mereka negara maju, dampaknya lebih pada sektor investasi dan keuangan,” kata Eko kepada Liputan6.com, Jumat (16/2/2024).

Eko menambahkan, dari segi perdagangan, resesi kedua negara tersebut tidak akan berdampak banyak pada Indonesia karena keduanya bukan mitra dagang terbesar Indonesia. 

“Dampak langsung dari ekspor tidak terlalu besar, terutama Inggris. Dampak pada sektor perdagangan pasti ada, tetapi tidak terlalu besar karena porsi perdagangan Indonesia lebih besar dengan China dan Amerika Serikat,” jelas Eko.

Langkah Jepang

Menurut Eko, langkah yang dapat diambil Jepang untuk keluar dari resesi adalah dengan berupaya mendorong tingkat konsumsi dalam negeri karena salah satu penyebab resesi adalah kurangnya minat konsumsi di Jepang.

“Dengan demografi masyarakat yang menuju sebagian besar orang tua kebutuhan konsumsi di Jepang menjadi terbatas karena orang tua tidak neko-neko. Mereka ditawari handphone canggih atau mobil baru mereka jarang tertarik jadi tantangannya untuk meningkatkan konsumsi negara untuk bisa mendorong ekonomi,” ungkap Eko.

Langkah kedua adalah dengan mengundang banyak anak muda dari negara lain untuk bekerja di Jepang. 

“Mereka banyak kerja sama seperti itu untuk mendatangkan anak muda negara lain dengan harapan mendorong konsumumi. Karena anak muda yang bekerja di Jepang, mereka akan tinggal 1-2 tahun di sana itu, itu bisa mendorong tingkat konsumsi, dibandingkan orang tua,” jelas Eko.

Langkah Inggris

Sedangkan untuk Inggris, salah satu penyebab resesinya terkait sentimen global yaitu banyak boikot produk akibat konflik Rusia-Ukraina. Tak hanya itu, Britain Exit (Brexit) juga mempengaruhi. 

“Beberapa hal kebutan Inggris yang dari Eropa dialihkan dari Australia dengan distribusi yang mahal,” tutur Eko. 

 


Prediksi Ekonomi Indonesia

Warga mengenakan masker berjalan di pedestrian Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (5/11/2020). BPS mencatat ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020 minus 3,49 persen, Indonesia dipastikan resesi karena pertumbuhan ekonomi dua kali mengalami minus. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Terkait untuk ekonomi Indonesia, Eko menjelaskan setelah masa pemilu dampak untuk ekonomi Indonesia tidak terlalu besar karena hanya ada beberapa sektor yang meningkat seperti sektor makanan, minuman, transportasi, komunikasi dan lainnya. 

“Jika hasilnya tidak berubah dari quick count yaitu pemenangnya Prabowo-Gibran, karena narasinya mereka adalah keberlanjutan jadi tidak ada surprise dari kebijakan,” jelasnya. 

Dari segi makroekonomi, menurutnya pertumbuhan ekonomi Indonesia yang bisa mencapai 5 persen sudah menjadi hal baik karena secara global sedang terjadi perlambatan ekonomi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya