LFP Bakal Dibatasi, Menteri ESDM Yakin Nikel Tetap Dicari

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif meyakini, komoditas nikel tetap dibutuhkan untuk produksi baterai kendaraan listrik.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 16 Feb 2024, 22:12 WIB
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif meyakini, komoditas nikel tetap dibutuhkan untuk produksi baterai kendaraan listrik. . (merdeka.com/Dwi Narwoko)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif meyakini, komoditas nikel tetap dibutuhkan untuk produksi baterai kendaraan listrik. Meskipun saat ini banyak pabrikan otomotif dunia beralih untuk pemakaian baterai berbasis Lithium Ferrophosphate (LFP).

Menurut dia, variasi jenis baterai kendaraan listrik dibutuhkan guna mengakomodasi bertambahnya jumlah pengguna EV di masa depan.

"Ya tetap bagus (potensi baterai berbasis nikel). Berapa banyak sih LFP, jumlah kendaraan berapa? Kita aja mobil ada 24 juta unit, kemudian 120 jutaan roda dua. Itu kan diserahkan sama konsumen, mana yang kira-kira (cocok untuknya)," ujar Arifin di Kantor Ditjen Migas Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (16/2/2024).

Lebih lanjut, Arifin juga angkat suara terkait wacana Kementerian Perindustrian yang akan membatasi penggunaan kendaraan listrik yang menggunakan baterai berbasis LFP.

Arifin mengaku, pihaknya saat ini belum melakukan koordinasi dengan Kementerian Perindustrian wacana kebijakan tersebut.

Lagi Digandrungi

Kendati demikian, ia tidak menyangkal penggunaan baterai jenis LFP tengah digandrungi oleh produsen mobil listrik global, khususnya yang berasal dari China seperti BYD hingga Wuling.

Dikatakan Arifin, salah satu penyebab belum populernya penggunaan baterai berbasis Nickel Mangan Cobalt (NMC) lantaran kegiatan industri baterai di Indonesia belum berjalan.

"LFP, saya juga belum koordinasi. Tapi LFP kan ini udah masuk di Wuling lalu BYD, sekarang udah mengalahkan pasar Tesla," pungkas Arifin.


Menko Luhut Sebut Indonesia Kerja Sama dengan China Kembangkan Baterai LFP

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut B. Pandjaitan/Istimewa.

Polemik baterai lithium ferro phosphate (LFP) dan nikel masih jadi pembicaraan yang hangat. Terlebih terkait pabrikan mobil listrik Tesla, yang dikatakan sudah beralih 100 persen menggunakan LFP, dan meninggalkan nikel di pabrik perakitannya di Shanghai.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan langsung membantah hal tersebut, dan juga mengatakan pabrik mobil listrik asal Amerika Serikat di Shanghai, China masih menggunakan nikel.

Meski begitu, Luhut juga mengatakan, Indonesia juga tengah mengembangkan baterai LFP ini bersama dengan China.

"Kita bersyukur LFP juga kita kembangkan dengan Tiongkok dan lithium baterai kita kembangkan dengan Tiongkok dan lain-lain," jelas Luhut, disitat dari akun instagram resminya, @luhut.pandjaitan, dikutip Selasa (30/1/2024).

Selain itu, Luhut juga mengatakan, Tesla sendiri memang masih menggunakan nikel untuk baterai mobil listrik, dan komponen tersebut disuplai oleh LG.

"Selain itu, publik perlu tahu bahwa lithium baterai berbasis nikel itu bisa didaur ulang, sedangkan baterai LFP sejauh ini masih belum bisa didaur ulang," tukas Luhut.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya