Liputan6.com, Jakarta - Langit pagi Jakarta besok, Minggu 18 Februari 2024 diprediksi keseluruhannya bakal berawan dan cerah berawan. Demikian prakiraan cuaca besok.
Berdasarkan laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), pada siang hari, cuaca di wilayah Jakarta diprakirakan masih tetap berawan dan cerah berawan.
Advertisement
Namun untuk di malam harinya, seluruh wilayah Jakarta diprediksi bakan turun hujan dengan intensitas ringan, kecuali Kepulauan Seribu.
Sementara itu, untuk wilayah penyangga Jakarta seperti Bekasi, Depok, Bogor dan Tangerang diprediksi bakal cerah berawan pada pagi hari.
Masuk siang harinya, tiga wilayah penyangga Jakarta diprediksi bakal turun hujan dengan intensitas ringan hingga sedang, kecuali Tangerang. Kemudian untuk malam hari, cuaca di seluruh wilayah penyangga diprakirakan akan berawan.
"Waspada potensi hujan yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang yang dapat terjadi pada rentan waktu antara menjelang siang hingga menjelang malam hari di sebagian wilayah Kab dan Kota Bogor, Kab Cianjur, Kab dan Kota Sukabumi," kata BMKG melalui laman resminya www.bmkg.go.id
Berikut informasi prakiraan cuaca Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) selengkapnya yang dikutip Liputan6.com dari laman resmi BMKG:
Kota | Pagi | Siang | Malam |
Jakarta Barat | Berawan | Berawan | Hujan Ringan |
Jakarta Pusat | Berawan | Cerah Berawan | Hujan Ringan |
Jakarta Selatan | Cerah Berawan | Berawan | Hujan Ringan |
Jakarta Timur | Cerah Berawan | Berawan | Hujan Ringan |
Jakarta Utara | Berawan | Cerah Berawan | Hujan Ringan |
Kepulauan Seribu | Berawan | Cerah Berawan | Berawan |
Bekasi | Cerah Berawan | Hujan Ringan | Berawan |
Depok | Cerah Berawan | Hujan Ringan | Berawan |
Kota Bogor | Cerah Berawan | Hujan Sedang | Berawan |
Tangerang | Cerah Berawan | Cerah Berawan | Berawan |
Hasil Kajian Iklim BRIN Periode 2021-2050, Cuaca Ekstrem Alami Peningkatan Signifikan
Sebelumnya, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyebutkan perubahan iklim menunjukkan cuaca ekstrem mengalami peningkatan signifikan khusus wilayah Benua Maritim Indonesia (BMI).
Pernyataan BRIN itu mengacu kepada hasil kajian perubahan iklim periode 2021-2050 dengan teknik dynamic downscaling resolusi tinggi dari tim periset, menunjukkan kekeringan dan hujan ekstrem mengalami peningkatan signifikan.
Menurut Peneliti Ahli Utama Klimatologi dan Perubahan Iklim, Pusat Riset Iklim dan Atmosfer-BRIN, Erma Yulihastin menjelaskan bahwa kekeringan dan hujan ekstrem mengalami peningkatan signifikan, berdampak pada wilayah Sumatra bagian tengah dan selatan.
"Untuk Pulau Jawa, sebagian besar wilayah terancam mengalami suhu maksimum yang lebih tinggi dan suhu minimum yang lebih rendah khususnya untuk pantura Jawa Timur," ujar Erma dalam keterangan tertulisnya, Bandung, 1 Februari 2024.
Erma mengatakan kekeringan ekstrem di masa mendatang juga berdampak pada wilayah Kalimantan bagian tengah, timur dan selatan (termasuk IKN). Sedangkan Kalimantan bagian barat diproyeksikan mengalami hari-hari yang lebih basah.
Advertisement
Ada Variasi Fase Hujan
Selain kajian proyeksi perubahan iklim tersebut, Erma menjelaskan kajian klimatologis terkini mengenai karakteristik hujan tahunan dan musiman di Indonesia juga diperlukan.
Hal ini sebagai bentuk validasi agar indikasi perubahan iklim yang terjadi secara aktual saat ini di Indonesia dapat dipetakan dengan lebih baik, khususnya dalam hal perubahan pada pola musim dan cuaca ekstrem.
"Kajian mengenai indikasi perubahan hujan diurnal menjadi kunci penting untuk memahami pola cuaca ekstrem yang terjadi di BMI selama dekade terkini sebagai dampak dari pemanasan global," kata Erma.
Pada dasarnya terang Erma, pola hujan diurnal di BMI mengikuti pola umum hujan di darat yang dipengaruhi oleh angin darat-laut dan gelombang gravitasi sehingga fase kejadian hujan adalah sore hari di atas darat dan pagi hari di atas laut.
Namun demikian, lanjut Erma, terdapat variasi fase hujan diurnal sehingga hujan maksimum di darat terjadi pada dinihari dengan frekuensi yang signifikan setara dengan 20 persen untuk wilayah di utara Jawa bagian barat termasuk DKI Jakarta.
Hujan dini hari yang turun dengan intensitas tinggi atau ekstrem (P99th) tersebut bahkan telah dibuktikan merupakan penyebab banjir besar di Jakarta pada 2007, 2013, 2014, 2020.
"Hasil kajian kami menunjukkan karakteristik utama hujan dini hari yang terjadi di utara Jawa bagian barat, yaitu pertama, hujan mengalami propagasi yang kuat dari laut menuju darat maupun sebaliknya. Kedua, keacakan dalam hal fase terjadinya hujan pada rentang waktu dini hari antara 01.00–04.00 WIB. Ketiga, hujan dini hari memiliki keterkaitan yang kuat dengan hujan ekstrem yang memicu banjir besar di DKI Jakarta," ucap Erma.
Dengan adanya kajian ini, Erma Yulihastin mengusulkan agar Indonesia membentuk Komite Cuaca Ekstrem.