Harga Minyak Melesat Tersengat Ketegangan Timur Tengah

Harga minyak dunia baik Brent dan WTI kompak menguat jelang akhir pekan ini, Jumat, 17 Februari 2024 seiring ketegangan di Timur Tengah.

oleh Agustina Melani diperbarui 17 Feb 2024, 08:30 WIB
Harga minyak mentah berjangka pada Jumat, 16 Februari 2024 membukukan kenaikan mingguan. (Foto: AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak mentah berjangka pada Jumat, 16 Februari 2024 membukukan kenaikan mingguan. Hal ini seiring meningkatnya ketegangan di Timur Tengah sehingga mengabaikan rilis inflasi di Amerika Serikat (AS) dan prospek permintaan yang suram pada 2024.

Dikutip dari CNBC, Sabtu (17/2/2024), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk Maret naik USD 1,16 atau 1,49 persen menjadi USD 79,19 per barel. Harga minyak Brent untuk kontrak berjangka April bertambah 61 sen per barel menjadi USD 83,47.

Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) naik sekitar 3 persen pada pekan ini, dan menetap di posisi tertinggi sejak 6 November. Harga minyak acuan menguat 1,5 persen selama sepekan, dan menetap ke level tertinggi sejak 26 Januari.

“Ini adalah geopolitik yang sangat cerah, hal ini menunjuk pada spesifikasi yang mengambil keuntungan dari situasi ini,” ujar Direktur Pelaksana Mizuho America, Bob Yawger dikutip dari CNBC.

Ketegangan meningkat di perbatasan antara Israel dan Lebanon, sehingga meningkatkan kekhawatiran perang di Gaza dapat menyebar ke tempat lain di Timur Tengah.

Israel mengebom Lebanon Selatan pada Rabu pekan ini sebagai pembalasan atas serangan roket di Israel Utara. Hizbullah yang bersekutu dengan Iran berjanji akan melakukan serangan balik terhadap Israel.

Israel juga berjanji untuk melanjutkan serangannya di Gaza hingga kota Rafah di Selatan sehingga meningkatkan ketegangan dengan Mesir yang berbatasan dengan kota tersebut.

Pada pekan ini, pasar minyak sebagian besar mengabaikan inflasi yang tinggi di Amerika Serikat serta prospek permintaan yang suram pada 2024.

Berdasarkan laporan Departemen Tenaga Kerja pada Jumat pekan ini, harga grosir naik lebih dari perkiraan pada Januari. Harga konsumen juga lebih tinggi dari perkiraan bulan lalu.

Inflasi yang membandel mengurangi harapan the Federal Reserve (the Fed) akan memangkas suku bunga. Suku bunga yang lebih rendah biasanya meransang pertumbuhan ekonomi yang mendorong permintaan minyak mentah.


Prediksi Permintaan

Ilustrasi harga minyak dunia (dok: Foto AI)

Direktur Pelaksana Velandera Energy Partners, Manish Raj menuturkan, pelaku pasar mengambil data harga grosir pada Jumat dengan hati-hati setelah menukar harga konsumen yang panas pada awal pekan ini mengalami kerugian,” ujar Manish.

"Harga minyak hanya bergerak naik karena tidak ada seorang pun yang ingin kekurangan pada akhir pekan ketika hal yang menguntungkan harga minyak,” tutur Raj.

Sementara itu, harga minyak menguat pada Kamis pekan ini setelah pelaku pasar mengabaikan perkiraan permintaan global yang melemah pada 2024  dari Badan Energi Internasional.

The International Energy Agency (IEA) perkirakan pertumbuhan permintaan minyak mentah di seluruh dunia akan melambat setengah dari pertumbuhan tahun ini menjadi 1,2 juta barel per hari pada tahun ini, dibandingkan 2,3 juta barel per hari pada 2023. Pasokan akan melebihi permintaan dengan produksi di luar OPEC meningkat 1,7 juta barel per hari, menurut IEA.

Namun, OPEC pada Selasa pekan ini prediksi pasar akan lebih ketat tahun ini dengan permintaan naik 2,2 juta barel per hari, melampaui pertumbuhan produksi di luar kelompok tersebut yang diprediksi 1,2 juta barel per hari.

“Ada jurang yang menganga dalam perkiraan permintaan. Prediksi prospek jangka menengah dan panjang selalu sulit dan menantang, tetapi perbedaan pendapat mengenai konsumsi minyak global untuk tahun ini dan setiap kuartal bahkan untuk tahun ini jelas membingungkan,” ujar Analis PVM, Tamas Varga.


Harga Minyak Melonjak Imbas Dolar AS Lesu

Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)

Sebelumnya diberitakan, harga minyak mentah berjangka menguat pada perdagangan Kamis, 15 Februari 2024. Sebelumnya harga minyak lesu akibat lemahnya prediksi permintaan global pada 2024.

Dikutip dari CNBC, Jumat (16/2/2024), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Maret naik USD 1,39 atau 1,81 persen ke posisi USD 78,03 per barel. Sementara itu, harga minyak Brent untuk kontrak April naik USD 1,26 atau 1,54 persen ke posisi USD 82,86 per barel.

Analis Price Futures Group, Phil Flynn menuturkan, kenaikan harga minyak didorong dari melemahnya dolar Amerika Serikat (AS) setelah penjualan ritel AS pada Januari turun lebih dari yang diharapkan.

Harga minyak berjangka turun sekitar 1 persen pada awal sesi perdagangan setelah Badan Energi Internasional atau International Energy Agency (IEA) yang berbasis di Paris memperkirakan permintaan akan tumbuh 1,2 juta barel per hari tahun ini. Perkiraan itu turun hampir 50 persen 2,3 juta barel per hari pada 2023.

Sementara itu, pasokan akan melebihi permintaan dan tumbuh sebesar 1,7 juta barel per hari pada 2024 terutama didorong oleh produksi yang lebih tinggi di AS, Brasil,Kanada dan Guyana menurut IEA.

“Fase pertumbuhan permintaan minyak global pasca-pandemi yang ekspansif sebagian besar telah berakhir,” tulis IEA dalam laporan pasar minyak Februari pada perdagangan Kamis pekan ini.

Analis PVM, Tamas Varga menuturkan, penurunan pada awal sesi adalah reaksi spontan terhadap laporan IEA.

“Meskipun pertumbuhan permintaan tahun  ini akan jauh lebih lambat dibandingkan 2023, persediaan minyak global akan menurun sepanjang 2024 jika OPEC mempertahankan produksinya tetap rendah, seperti yang diharapkan,” ujar Varga kepada CNBC.


Persediaan Meningkat Tekan Harga Minyak

Ilustrasi Harga Minyak Naik (Liputan6.com/Sangaji)

Sebelumnya diberitakan, OPEC prediksi pasar minyak akan lebih ketat pada 2024 dengan permintaan naik 2,2 juta barel per hari, melampaui pertumbuhan produksi 1,2 juta barel per hari.

“IEA dan OPEC terlibat dalam pertarungan para ahli. Namun, pasar selalu memberikan kepercayaan lebih kepada OPEC karena kelompok ini benar-benar produksi dan perdagangkan minyak,” ujar Direktur Pelaksana Velandera Energy Partners, Manish Raj.

Raj menuturkan, pasar sedang memulihkan penurunan harga lebih dari 1 persen pada Rabu pekan ini setelah Departemen Energi AS melaporkan persediaan minyak mentah komersial naik 12 juta barel.

“Peningkatan persediaan yang terjadi kemarin telah menekan minyak, tetapi pelaku pasar alami aksi jual kemarin dan ingin kembali ambil posisi,” kata Raj.

Sementara itu, di Timur Tengah, Israel mengebom Lebanon pada Rabu pekan ini sebagai pembalasan atas serangan roket yang menewaskan sedikitnya satu orang dan melukai tujuh lainnya di Israel Utara. Perundingan di Kairo bertujuan mencapai gencatan senjata, sementara di Gaza tampaknya terhenti.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya