Liputan6.com, Gaza - Lima pasien dalam perawatan intensif meninggal setelah kehabisan oksigen di Rumah Sakit Nasser di Khan Younis, Gaza Selatan, yang diserbu pasukan Israel. Demikian disampaikan otoritas kesehatan Jalur Gaza, Jumat (16/2/2024)
Militer Israel meyakini sisa sandera yang masih ditawan Hamas berada di kompleks rumah sakit tersebut.
Advertisement
Israel mengatakan pada Jumat mereka telah menahan 20 orang di Rumah Sakit Nasser, termasuk beberapa yang diduga terlibat dalam serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023.
Pada Jumat pula, seorang penyerang melepaskan tembakan ke halte bus di persimpangan yang sibuk di Israel selatan, menewaskan dua orang dan melukai empat orang sebelum ditembak mati oleh seorang warga. Belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab.
Jumat malam, pasukan keamanan Israel dilaporkan tiba di rumah seorang pria Palestina di Yerusalem yang sebelumnya diidentifikasi di media sosial sebagai orang yang terkait dengan serangan itu.
Sementara itu, perundingan mengenai gencatan senjata di Jalur Gaza diduga mandek dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Jumat menolak keras visi AS setelah perang – khususnya seruannya untuk pembentukan negara Palestina. Setelah berbicara dengan Presiden Joe Biden, Netanyahu menulis di platform X alias Twitter bahwa Israel tidak akan menerima perintah internasional mengenai penyelesaian permanen dengan Palestina.
Dia mengatakan bahwa jika negara-negara lain secara sepihak mengakui negara Palestina, hal itu akan memberikan hadiah bagi terorisme. Sikap Netanyahu tidak terlalu mengagetkan mengingat dia berulang kali menolak pembentukan negara Palestina.
Netanyahu pun berjanji melanjutkan serangan di Jalur Gaza dan memperluasnya ke Rafah, kota yang menjadi perbatasan Jalur Gaza dengan Mesir, sampai Hamas dihancurkan dan sandera yang tersisa dibebaskan. Dalam panggilan telepon mereka, Gedung Putih mengklaim, Biden kembali memperingatkan Netanyahu agar tidak melanjutkan operasi militer di Rafah sebelum menghasilkan rencana yang kredibel dan dapat dilaksanakan untuk menjamin keselamatan warga sipil Palestina.
Sementara itu, dua serangan udara Israel di Rafah dilaporkan menewaskan sedikitnya 13 orang, termasuk sembilan anggota keluarga yang sama.
Dengan perang yang belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir, risiko konflik yang lebih luas meningkat ketika Israel dan kelompok militan Hizbullah di Lebanon terlibat baku tembak paling mematikan di sepanjang perbatasan sejak dimulainya perang Hamas Vs Israel.
Israel melancarkan serangan udara ke Lebanon selatan untuk hari kedua pada Kamis (15/2) setelah menewaskan 10 warga sipil dan tiga anggota Hizbullah pada Rabu (14/2) sebagai tanggapan atas serangan roket yang menewaskan seorang tentara Israel dan melukai beberapa lainnya.
Klaim Berulang
Rumah Sakit Nasser adalah yang terbaru dari serangkaian rumah sakit yang dikepung dan diserbu pasukan Israel, di mana mereka mengklaim Hamas menggunakannya untuk tujuan militer. Serangan-serangan terhadap fasilitas kesehatan telah menghancurkan sektor kesehatan di Jalur Gaza saat staf medis berjuang merawat banyak orang yang terluka akibat pengeboman Israel setiap hari.
Militer mengatakan pada Kamis mereka memiliki informasi intelijen yang dapat dipercaya bahwa Hamas menempatkan para sandera di Rumah Sakit Nasser. Demikian pula dengan jenazah para sandera.
Pada Jumat, militer mengatakan pasukannya terus menggeledah rumah sakit tersebut, namun tidak melaporkan adanya temuan mayat.
Saat mereka melakukan penggeledahan, otoritas kesehatan Jalur Gaza menuturkan, militer Israel memerintahkan lebih dari 460 staf, pasien dan kerabat mereka untuk pindah ke sebuah bangunan tua di kompleks yang tidak dilengkapi fasilitas untuk merawat pasien. Enam pasien ditinggalkan di ICU tanpa ada yang mengawasi mereka, bersama dengan tiga bayi di inkubator.
Otoritas kesehatan Jalur Gaza mengatakan lima dari pasien tersebut meninggal karena listrik padam, menyebabkan terhentinya pasokan oksigen untuk mereka.
"Pendudukan Israel bertanggung jawab atas nyawa pasien dan staf karena kompleks tersebut sekarang berada di bawah kendali mereka sepenuhnya," ungkap otoritas kesehatan Jalur Gaza.
Advertisement
Dikepung Sejak Sepekan Terakhir
Pasukan Israel, tank dan penembak jitu telah mengepung Rumah Sakit Nasser setidaknya selama sepekan terakhir, dengan makanan, air, dan persediaan di dalam berkurang dan tembakan dari luar menewaskan beberapa orang di dalam. Beberapa jam sebelum mereka bergerak ke rumah sakit pada Kamis, staf di fasilitas medis itu mengungkapkan, tembakan Israel menewaskan satu pasien dan melukai enam lainnya.
Hamas pada Jumat membantah menggunakan Rumah Sakit Nasser untuk tujuan militer dan menyebut tuduhan tersebut sebagai kebohongan yang disebarkan untuk membenarkan kejahatan perang.
Hukum internasional melarang penargetan fasilitas medis, meskipun fasilitas tersebut dapat kehilangan perlindungan jika digunakan untuk tujuan militer.
"Meski begitu, Israel harus mengambil tindakan pencegahan dan mengikuti prinsip proporsionalitas," kata Kantor Hak Asasi Manusia PBB, seraya menambahkan bahwa sebagai kekuatan pendudukan Israel memiliki kewajiban untuk memelihara fasilitas medis.
Setidaknya 28.775 warga Palestina tewas, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan lebih dari 68.500 orang terluka, akibat serangan Israel sejak 7 Oktober.
Sekitar 80 persen penduduk Jalur Gaza terpaksa meninggalkan rumah mereka dan seperempatnya menderita kelaparan di tengah memburuknya bencana kemanusiaan. Sebagian besar wilayah di Gaza Utara, yang menjadi sasaran pertama serangan, hancur total.
Hamas disebut telah menekankan mereka tidak akan melepaskan semua sandera yang tersisa sampai Israel mengakhiri serangannya, menarik diri dari Jalur Gaza, dan membebaskan tahanan Palestina.
Netanyahu menolak tuntutan tersebut dan menegaskan Israel akan segera memperluas serangannya ke Rafah, kota paling selatan di Jalur Gaza. Lebih dari separuh penduduk Jalur Gaza yang berjumlah 2,3 juta jiwa mencari perlindungan di Rafah setelah melarikan diri dari pertempuran di tempat lain di wilayah kantong itu.