Liputan6.com, Jakarta - Harga logam mulia yang dijual PT Aneka Tambang Tbk (Antam) atau biasa disebut emas Antam pada perdagangan Senin (19/2/2024) naik Rp 1.000. Dengan demikian, harga emas Antam dibanderol Rp 1.125.000 per gram.
Demikian juga harga untuk pembelian kembali atau buyback emas Antam juga naik Rp 1.000 menjadi Rp 1.017.000 per gram.
Advertisement
Antam menjual emas dengan ukuran mulai 0,5 gram hingga 1.000 gram. Anda dapat memperoleh potongan pajak lebih rendah (0,45 persen) jika menyertakan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
Harga emas Antam hari ini belum termasuk PPh 22 sebesar 0,9 persen. Hingga pukul 08:09 WIB, Senin, 19 Februari 2024, harga emas Antam sebagian besar masih ada.
Rincian Harga Emas Antam Hari Ini
Berikut rincian harga emas Antam hari ini, melansir laman logammulia.com:
- Harga emas Antam 0,5 gram = Rp 612.500
- Harga emas Antam 1 gram = Rp 1.125.000
- Harga emas Antam 2 gram = Rp 2.190.000
- Harga emas Antam 3 gram = Rp 3.260.000
- Harga emas Antam 5 gram = Rp 5.400.000
- Harga emas Antam 10 gram = Rp 10.745.000
- Harga emas Antam 25 gram = Rp 26.737.000
- Harga emas Antam 50 gram = Rp 53.395.000
- Harga emas Antam 100 gram = Rp 106.712.000
- Harga emas Antam 250 gram = Rp 266.515.000
- Harga emas Antam 500 gram = Rp 532.820.000
- Harga emas Antam 1.000 gram = Rp 1.065.600.000.
Harga Emas Menguat Terbatas di Tengah Sentimen The Fed hingga Inflasi
Sebelumnya diberitakan, harga emas naik pada Jumat, 16 Februari 2024 tetapi tetap berada di jalur penurunan dalam dua minggu berturut-turut. Hal ini setelah data inflasi yang panas mendinginkan prospek penurunan suku bunga lebih awal oleh the Federal Reserve (the Fed).
Dikutip dari Yahoo Finance, harga emas di pasar spot naik 0,4 persen menjadi USD 2.012,86 per ounce pada pukul 18.45 GMT, tetapi susut 0,6 persen dalam sepekan. Harga emas berjangka Amerika Serikat ditutup naik 0,5 persen menjadi USD 2.024,1. Sedangkan harga emas berjangka untuk April melemah 0,20 persen ke posisi USD 2.010,90 per ounce.
Indeks dolar Amerika Serikat (AS) pada pekan ini dan imbal hasil obligasi Amerika Serikat bertenor 10 tahun yang memperpanjang kenaikan, membuat emas menjadi kurang menarik.
Data menunjukkan harga produsen AS meningkat lebih dari yang diperkirakan pada Januari. Laporan lain pada Selasa menunjukkan harga konsumen AS naik lebih dari perkiraan pada bulan lalu.
Emas meski dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi, suku bunga yang lebih tinggi meredupkan daya tarik emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil.
Advertisement
Pertumbuhan Ekonomi AS Cukup Kuat
Analis Gainesville Coins, Everett Millman menuturkan, Bank sentral Amerika Serikat atau the Federal Reserve (the Fed) kemungkinan tidak akan menurunkan suku bunga pada Maret. Hal ini akan berdampak terhadap harga emas. “Emas mungkin akan kesulitan untuk naik jauh di atas level USD 2.000,” ujar dia.
Ia menuturkan, pertumbuhan ekonomi di AS cukup kuat, menunjukkan inflasi yang lebih tinggi dan merupakan hambatan bagi emas. “Saya memperkirakan harga emas akan terus turun ke level USD 1.960,” ujar dia.
Pelaku pasar telah mengesampingkan harapan terhadap penurunan suku bunga AS dari Maret-Juni. Pasar saat ini prediksi peluang pemotongan suku bunga sebesar 73 persen pada Juni, menurut CME Fed Watch Tool.
Presiden the Fed Atlanta Raphael Bostic menuturkan, diperlukan lebih banyak waktu untuk mempertimbangkan prospek penurunan suku bunga.
Dari segi fisik, emas di India naik ke level tertinggi dalam lebih dari empat bulan pada pekan ini seiring meningkatnya permintaan terutama persediaan perhiasan untuk pernikahan.
Di sisi lain, harga platinum spot naik 0,8 persen menjadi USD 904,68 per ounce. Harga palladium merosot 0,5 persen menjadi USD 948,11, tetapi naik 10,4 persen selama sepekan. Harga perak bertambah 2,4 persen ke posisi USD 23,46 per ounce.
Sentimen Konsumen AS
Dikutip dari Kitco.com, pada Jumat pekan ini, sentimen konsumen AS relatif stabil mendekati level tertinggi dalam beberapa tahun. Dengan demikian emas masih berada di bawah tekanan tetapi tetap bertahan di atas USD 2.000 per ounce.
Pada Jumat pekan ini, University of Michigan mengatakan, indeks sentimen konsumen awal naik menjadi 79,6, sedikit naik dari posisi Januari sebesar 79. Data tersebut sesuai harapan karena ekonom prediksinya angkanya 80.
“Fakta bahwa sentimen tidak melemah pada bulan ini menunjukkan bahwa konsumen terus merasa lebih yakin terhadap perekonomian, mengkonfirmasi perbaikan besar pada Desember dan Januari di berbagai aspek perekonomian,” ujar Direktur Survei Konsumen University Michigan, Joanne Hsu.
Ia menambahkan, konsumen terus menyatakan keyakinannya perlambatan inflasi dan penguatan pasar tenaga kerja akan terus berlanjut.
Pada saat yang sama, harapan inflasi tidak berubah dan berada dalam kisarannya. Laporan itu menyebutkan, konsumen melihat inflasi naik 3 persen pada tahun depan. Ekspektasi hanya sedikit lebih tinggi dari 2,9 persen yang dilaporkan pada Januari.
“Ekspektasi inflasi jangka panjang tetap di 2,9 persen untuk bulan ketiga berturut-turut, berada dalam kisaran sempit 2,9-3,1 persen selama 28 bulan dalam 31 bulan terakhir. Ekspektasi inflasi jangka panjang meningkat dibandingkan kisaran 2,2 persen-2,6 persen yang terlihat dalam dua tahun sebelum pandemi,” ujar Hsu.
Advertisement