Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan nilai transaksi efek bersifat utang dan sukuk (EBUS) mencapai Rp 140 triliun hingga akhir tahun.
Hal itu salah satunya didukung pemberlakuan perubahan peraturan perdagangan efek melalui Sistem Penyelenggara Pasar Alternatif (SPPA).
Advertisement
"Kami harapkan untuk tahun 2024 kita bisa mencapai nilai transaksi sebesar Rp 140 triliun sampai dengan akhir tahun. Oleh karena itu kita cukup optimis dengan antusiasme pelaku pasar untuk memanfaatkan SPPA sebagai private trading platform untuk perdagangan fixed income," kata Kepala Divisi Pengembangan Bisnis 1 BEI, Firza Rizqi Putra dalam konferensi pers, Senin (19/2/2024).
Hingga saat ini, terdapat 33 pelaku pasar EBUS Indonesia, yang sudah menjadi Pengguna Jasa SPPA dan sepanjang tahun 2023 berhasil membukukan transaksi senilai Rp 139 triliun. Transaksi tersebut naik sebesar 12 persen jika dibandingkan dengan 2022.
"Jadi ini memang meningkat cukup signifikan. Kita juga melihat terdapat peningkatan nilai transaksi atas instrumen di luar dari FR, fixed rate government bonds. Jadi kalau kita lihat memang pelaku pasar sudah mulai juga memanfaatkan SPPA sebagai price discovery," beber Firza.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik menjabarkan sejumlah strategi untuk meningkatkan transaksi SPPA ke dalam beberapa langkah. Pertama untuk yang jangka pendek adalah sosialisasi. Kemudian diskusi-diskusi terus kita lakukan dengan para pengguna dan calon pengguna dan mengajak lebih banyak lagi pengguna untuk bisa berpartisipasi di SPPA.
Transaksi EBUS
"Tetapi mungkin hal yang lebih strategis adalah kita akan berdiskusi dengan para pengambil kebijakan mengenai bagaimana SPPA ini bisa punya peran yang lebih strategis untuk memberikan kenyamanan dan juga kesetaraan dalam hal transaksi dan juga pelaporannya. Nanti kita akan diskusikan untuk menempatkan SPPA menjadi hub-nya untuk seluruh transaksi EBUS dan mungkin kedepannya juga REPO," imbuh Jeffrey.
Pada SPPA versi baru terdapat peningkatan kapabilitas sistem, serta penambahan fitur agar proses perdagangan menjadi lebih akurat dan efektif bagi para pengguna jasa.
Peningkatan kapabilitas SPPA kali ini mencakup penyediaan pengaturan batasan nilai minimum trading limit (enhanced counterparty limit), acuan harga perdagangan, koreksi dan pembatalan transaksi yang dilakukan langsung melalui SPPA, sekaligus penyempurnaan rekaman aktivitas transaksi yang lebih komprehensif dan dapat terintegrasi dengan sistem administrasi serta dealer system pengguna jasa SPPA.
Advertisement
BEI Bidik 2 Juta Investor Baru hingga Transaksi Harian Tembus Rp 12,25 Triliun
Sebelumnya diberitakan, Bursa Efek Indonesia (BEI) mematok sejumlah target untuk 2024. Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman mengatakan target tahun depan merupakan tindak lanjut dari apa yang telah dilakukan BEI tahun ini.
"Jadi tahun depan adalah tidak lanjut dari apa yang kami lakukan di tahun ini. Dengan tetap fokus pada tiga hal. Perlindungan investor, pendalaman pasar, lalu sinergi dan konektivitas regional," kata Iman dalam Konferensi Pers Penutupan Perdagangan BEI 2023, Jumat (29/12/2023).
Bursa menargetkan rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) Rp 12,25 triliun. Lalu pencatatan efek ditargetkan mencapai 230 pencatatan efek, dan penambahan 2 juta investor baru. Tahun depan, Bursa juga akan meluncurkan instrumen investasi kontrak berjangka saham atau single stock futures (SSF) pada kuartal I 2024.
"Target 2024 RNTH kita adalah Rp 12,25 triliun. Sementara kalau kita lihat RKAP revisi kita Rp 10,75 triliun itu sama dengan RNTH per kemarin," ujar Iman.
Sebagai perbandingan, target RBTH tahun ini senilai Rp 10,75 triliun, yang sudah tercapai pada 28 Desember 2023. Kemudian tahun ini Bursa menargetkan 200 pencatatan efek, sementara realisasinya mencapai 385 pencatatan efek. Tahun ini, Bursa menargetkan 2,5 juta investor baru, namun realisasinya hingga 28 Desember hanya 1,8 juta investor baru.
"Untuk angka investor, dengan perubahan pandemi menjadi endemi, investor terutama ritel, mereka tidak hanya transaksi saham," pungkas Iman.
Pemilu 2024, Bos BEI Optimistis Pasar Modal Bergairah
Sebelumnya diberitakan, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman optimis pasar modal akan tetap resilien pada perhelatan pemilihan umum (pemilu) tahun depan. Secara historis, Iman mencatat indeks harga saham gabungan (IHSG) mencatatkan kinerja solid pada momentum pemilu sebelumnya.
"IHSG secara historis sebenarnya di tahun-tahun politik, di saat pemilihan, justru IHSG kita menunjukan peningkatan... Menghadapi pemilu di Februari tahun depan, mudah-mudahan ini mulai terlihat di akhir di penutupan indeks kita meningkat," kata Iman dalam Konferensi Pers Penutupan Perdagangan BEI 2023, Jumat (29/12/2023).
Sebagai gambaran, pada 1999, IHSG tumbuh 70,06 persen dengan pertumbuhan kapitalisasi pasar 157,11 persen. Pada pemilu selanjutnya yakni 2004, IHSG naik 44,56 persen dan 47,70 persen pada kapitalisasi pasar.
Pada 2009, IHSG naik 86,98 persen dan kapitalisasi pasar tumbuh 87,59 persen. Pada 2014, IHSG naik 22,29 persen dengan kapitalisasi pasar tumbuh 23,92 persen. Terakhir, pada 2019 lalu IHSG naik tipis 1,70 persen dengan kenaikan kapitalisasi pasar 3,44 persen.
Advertisement