Liputan6.com, Jakarta Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga menegaskan merger Bank Muamalat dan BTN Syariah tak mengganggu pembiayaan ke UMKM. Bahkan, hasil merger kedua bank itu akan meningkatkan kualitas dan cakupan pasar nantinya.
Diketahui, Pengamat Sosial Ekonomi dan Keagamaan sekaligus Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas tegas menolak rencana merger Bank Muamalat-BTN Syariah. Kekhawatirannya adalah menurunnya porsi pembiayaan terhadap UMKM.
Advertisement
Arya menegaskan, porsi pembiayaan ke UMKM itu tak akan terlupakan. Dia juga menyebut proses merger akan turut dibahas bersama MUI.
"Ya pastilah (tetap disalurkan ke UMKM), kan itu, ini nanti pasti kita akan bicarakan ke MUI semua, proses-proses ini," kata Arya, ditemui di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (19/2/2024).
Dia menegaskan, setelah merger keduanya rampung, itu akan menjadikan bank syariah tersebut semakin besar. Dengan begitu, akan ada keuntungan yang lebih baik bagi bank tersebut.
"Nanti malah makin bagus kan Bank Muamalat, kan udah terbukti sekarang, dulu Bank Muamalat kecil-kecil," kata dia.
Mengulang Kesuksesan BSI
Arya menyebut, usai merger, Bank Muamalat dan BTN Syariah diharapkan mampu mengulang kesuksesan dari Bank Syariah Indonesia (BSI). Misalnya terhadap upaya menguatkan ekosistem ekonomi syariah di Tanah Air.
"Nanti kita harapkan yang ini juga begitu. seneng juga kita punya bank syariah yang kuat ada dua gitukan, bagus banget untuk pengembangan ekonomi syariah. Jadi inilah, udah kita buktikan buktikan kok di BSI dan semua bagus, hasilnya bagus. Kenapa enggak kita bikin lebih baik lagi yang lain?," pungkasnya.
Kata Waketum MUI
Sebelumnya, Pengamat Sosial Ekonomi dan Keagamaan Anwar Abbas menyoroti porsi pembiayaan kepada UMKM dari Bank Muamalat dan BTN Syariah ditengah rencana merger. Menurutnya, hal itu menjadi sesuatu yang paling penting mengingat ada target dari pemerintah sebesar 30 persen pembiayaan perbankan masuk ke UMKM.
Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini memandang, Bank Muamalat bisa berjalan tanpa proses merger dengan Unit Usaha Syariah (UUS) BTN. Dia secara lantang tak setuju adanya merger tersebut.
"Saya dengan tegas menyatakan tidak setuju dengan merger tersebut karena hal demikian jelas akan sangat menguntungkan para pengusaha besar/pemilik kapital/konglomerat dan oligark dan hanya sedikit menguntungkan bagi UMKM," ujar Anwar dalam keterangan yang diterima Liputan6.com, Senin (19/2/2024).
"Untuk itu saya ingin BMI (Bank Muamalat Indonesia) tetap bertahan dengan jati dirinya sebagai bank yang punya filosofi dan paradigma dari umat, bersama umat, milik umat dan untuk umat," sambungnya.
Advertisement
Alasan
Dia melihat, pangsa pasar dari bank berskala besar menyasar pembiayaan ke usaha-usaha besar. Melihat porsi pembiayaan, Anwar mengatakan 70 persen pembiayaan mengalir ke 5.550 pelaku usaha. Sementara, 30 persen sisanya baru menyasar ke 65 juta pelaku UMKM.
"Kesimpulan saya ini bukan tidak berdasar. Dasarnya yaitu amanat dari BI (Bank Indonesia) kepada dunia perbankan supaya di tahun 2024 ini minimal 30 persen kredit dan pembiayaan dari dunia perbankan harus dikucurkan kepada UMKM. Kita tahu dunia usaha di negeri ini hanya dibagi dua yaitu usaha besar dan UMKM," tuturnya.
Perlu diketahui, Anwar memang berkali-kali menyampaikan ketidaksepakatannya terhadap penggabungan BTN Syariah dan Bank Muamalat. Dia pun melihat opsi lain jika konteksnya adalah menyelamatkan kondisi keuangan Bank Muamalat.