Bolehkah Mengamalkan Amalan dari Medsos? Buya Yahya Bilang Begini

Hal pertama yang perlu diperhatikan sebelum mengamalkan amalan dari medsos adalah mengecek terlebih dahulu sumbernya dari mana. Buya Yahya mengimbau umat Islam jangan asal mengerjakan amalan jika sumbernya tidak jelas.

oleh Muhamad Husni Tamami diperbarui 20 Feb 2024, 07:30 WIB
Buya Yahya (Tangkap Layar Al-Bahjah TV)

Liputan6.com, Bogor - Media sosial (medsos) bukan sekadar ruang berbagi aktivitas, menuangkan ide dan gagasan, media hiburan, atau ladang berbisnis. Sekarang, medsos juga dimanfaatkan sebagai sarana dakwah.

Banyak amalan yang dapat kita temukan di medsos. Mulai dari amalan ringan hingga berat sering muncul saat menggulir postingan-postingan di medsos. 

Misalnya, amalan melunasi utang, amalan cepat dapat jodoh, hingga amalan cepat kaya. Biasanya, amalan tersebut disertai keterangan dzikir yang harus dibaca dan jumlahnya.

Terkait hal ini, seorang jemaah Al Bahjah bertanya kepada Buya Yahya. Apakah boleh mengamalkan amalan-amalan yang ada di medsos?

Simak jawaban dan penjelasan ulama kharismatik yang bernama lengkap KH Yahya Zainul Ma’arif ini. Pahami baik-baik agar tidak asal mengerjakan amalan.

 

 

Saksikan Video Pilihan Ini:


Penjelasan Buya Yahya

Buya Yahya. (Foto: Dok. Instagram @buyayahya_albahjah)

Hal pertama yang perlu diperhatikan sebelum mengamalkan amalan dari medsos adalah mengecek terlebih dahulu sumbernya dari mana. Buya Yahya mengimbau umat Islam jangan asal mengerjakan amalan jika sumbernya tidak jelas. 

“Kalau ada orang share kepada Anda harus tahu dari mana itu sumbernya, kan begitu. Kalau tidak, gak bener ibadah semacam itu. Harus ada dong (sumbernya),” kata Buya Yahya dikutip dari YouTube Al Bahjah TV, Senin (19/2/2024).

Buya Yahya mengatakan, benar atau tidaknya amalan yang dibagikan di medsos harus dinilai oleh orang yang punya ilmu. Bisa saja hadis yang digunakan oleh pembuat konten tidak benar alias palsu. 

“Tapi kembali kepada sumbernya. Kalau sumbernya yang ma'ruf, yang sudah selama ini dikenal, dia seorang alim, sholeh, memberi share, oke (boleh diamalkan). Tapi kalau asal (harus) waspada. Jadi jangan sampai asal mengamalkan bahkan jangan asal menge-share,” imbuhnya.

 

Pentingnya Berguru

Buya Yahya membuka SMP Al-Bahjah An-Nahl di Tangerang, melengkapi sekolah Al-Bahjah tingkat SD, SMP dan SMA yang telah dibangun di Cirebon, Jawa Barat. (Foto: Dok. Instagram @buyayahya_albahjah)

Buya Yahya mengingatkan, di era medsos umat Islam jangan gampang menerima amalan secara mentah-mentah. Sebab, katanya, saat ini banyak juga orang yang berlomba mengajarkan kesesatan di medsos. 

“Jadi makanya waspada. Maka pentingnya berguru, sambung dengan guru yang menyelamatkan Anda. Jika itu yang di-share dari guru Anda, maka boleh diterima,” katanya.

“Kalau bukan nggak dulu. Bentar dulu, Banyak hadis palsu seperti di amalan Rajab. Amalan ini pahalanya begini, sementara hadisnya palsu yang gak boleh diamalkan. Tapi kalau sumbernya jelas, ulamanya jelas, oke. Guru yang sudah Anda kenal boleh Anda amalkan,” lanjutnya. 

Berdasarkan penjelasan Buya Yahya, dapat disimpulkan bahwa mengerjakan amalan dari medsos diperbolehkan asalkan sumbernya harus jelas dan orang yang menyampaikannya adalah ustadz-ustadz yang seakidah. Apabila sumbernya tidak jelas dan tidak diketahui siapa yang menyampaikannya, lebih baik tidak mengamalkannya. Wallahu a’lam.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya