Rusia Tahan Jenazah Alexei Navalny Selama 2 Minggu untuk Analisis Kimia

Belum ada konfirmasi mengenai keberadaan jenazah Alexei Navalny dari pihak berwenang Rusia, sementara upaya untuk menemukannya telah berulang kali dihentikan.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 20 Feb 2024, 10:06 WIB
Alexei Navalny dilaporkan meninggal pada Jumat (16/2/2024) setelah pingsan dan kehilangan kesadaran. (Charly TRIBALLEAU/AFP)

Liputan6.com, Moskow - Keluarga dari mendiang pemimpin oposisi Rusia, Alexei Navalny, diberitahu bahwa jenazah pria berusia 47 tahun itu tidak akan dibebaskan selama dua minggu.

"Ibunya (Lyudmila) diberi tahu bahwa jasadnya ditahan untuk analisis kimia," ungkap juru bicara Alexei Navalny, Kira Yarmysh, seperti dilansir BBC, Selasa (20/2/2024).

Belum ada konfirmasi mengenai keberadaan jenazah Alexei Navalny dari pihak berwenang Rusia, sementara upaya untuk menemukannya telah berulang kali dihentikan.

Melalui sebuah video pada Senin (19/2), janda Alexei Navalny, Yulia Navalnaya, tidak hanya bersumpah melanjutkan upaya sang suami memperjuangkan "Rusia yang bebas", namun dia juga secara lantang menuduh Presiden Vladimir Putin membunuhnya.

Menurut Yulia, jenazah suaminya sengaja disembunyikan sampai jejak racun saraf Novichok hilang.

Dengan suara yang terkadang bergetar karena sedih dan marah, Yulia meminta orang-orang untuk berada di sisinya untuk "berbagi kemarahan serta kebencian terhadap mereka yang berani membunuh masa depan kita".


Pingsan dan Tidak Pernah Sadar

Wanita sentuh foto Alexei Navalny setelah meletakkan bunga sebagai penghormatan terakhir di Memorial to Victims of Political Repression di St Petersburg, Rusia pada 17 Februari 2024. (AP/Dmitri Lovetsky)

Kematian Alexei Navalny di penjara diumumkan pada Jumat (16/2). Pihak berwenang di penjara Siberia tempat kritikus Putin itu ditahan mengatakan dia tidak pernah sadar setelah pingsan saat berjalan-jalan.

Ibunya dan pengacaranya pergi ke lokasi penahanannya segera setelah berita kematiannya tersiar. Upaya untuk menemukan jenazah telah berulang kali dihentikan oleh pengurus kamar mayat penjara dan pihak berwenang setempat.

Pada Senin, Kremlin mengatakan penyelidikan atas kematian Alexei Navalny sedang berlangsung dan belum ada hasil. Meski demikian, otoritas penjara Rusia mengatakan pada akhir pekan bahwa Alexei Navalny menderita "sindrom kematian mendadak".

Alexei Navalny, yang merupakan pemimpin oposisi Rusia paling signifikan selama dekade terakhir, telah menjalani hukuman 19 tahun penjara atas tuduhan yang dianggap bermotif politik.


AS dan Uni Eropa Pertimbangkan Sanksi untuk Rusia

Presiden Rusia Vladimir Putin (Dok. AFP)

Para pemimpin Barat turut menyalahkan Presiden Putin atas kematian Alexei Navalny.

Menanggapi pertanyaan dari wartawan pada Senin, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan, "Faktanya adalah Putin bertanggung jawab, apakah dia memerintahkannya atau dia bertanggung jawab atas keadaan yang menimpa orang itu."

Selama konferensi pers pada Senin, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell menuturkan bahwa Alexei Navalny secara perlahan dibunuh di penjara Rusia oleh rezim Putin.

Baik Uni Eropa maupun AS mengatakan mereka sedang mempertimbangkan sanksi baru terhadap Rusia pasca kematian Alexei Navalny.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan komentar politikus Barat sehubungan dengan kematian Alexei Navalny arogan dan tidak dapat diterima.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya