Liputan6.com, Jakarta - Tidak hanya putra Vincent Rompies, kasus diduga perundungan di SMA Binus International School Serpong juga dilaporkan melibatkan anak eks anggota DPR RI. Insiden tersebut terungkap lewat sebuah utas yang beredar di X, dulunya Twitter, dan ramai diunggah ulang warganet.
Pelaku perundungan disebut berjumlah delapan orang yang katanya tergabung dalam kelompok bernama "geng tai." Di antara nama-nama tersebut, ada satu personel geng diduga anak dari eks anggota DPR RI yang juga mantan penyiar televisi.
Advertisement
Warganet pun ramai-ramai menandai akun media sosial eks anggota DPR RI tersebut, mendesak konfirmasi berita tersebut. "Bang, apa bener anaknya ikut ngebully?" tanya seseorang pada unggahan Arief yang menulis kata-kata "Brutal, vulgar & massive."
"Ini daftar pelaku yang terlibat pembullyan, ayo cari tahu tentang mereka semua termasuk latar belakangnya jangan cuma pojokin dan fokus sama anak artis saja, yang pasti mereka semua bukan dari keluarga sembarangan," tulis akun menfess @tanyakanrl pada Selasa (20/2/2024).
Di unggahan, tampak nama-nama anggota geng tersebut tertulis di secarik kertas. Di masing-masing nama tertulis apa saja yang dituduh dilakukan pada korban, mulai dari memukul, membakar tangan dengan korek api, mengancam membunuh, melecehkan, menjambak, sampai mencekik leher dan mengikat di tembok menggunakan tali gorden.
Sebagai tambahan, akun X @gengtaibinus juga mengunggah foto anggota geng dan nama lengkap diduga pelaku perundungan. Di antara balasan warganet, ada pula yang mengonfirmasi bahwa salah satunya tidak termasuk pelaku dan tidak drop out maupun kena skors pihak sekolah.
Pelaku Perundungan Sudah Dilaporkan Polisi
Sebelumnya, melansir Tim News Liputan6.com, Selasa, aksi diduga perundungan tersebut pertama kali dikuak akun X @BosPurwa. Di antara foto-foto yang beredar melalui cuitan viral tersebut, tampak foto korban berbaring di ranjang rumah sakit.
Lalu, di foto lain, terlihat sekelompok anak-anak muda berpose bersama. Mereka diduga merupakan para pelaku bullying yang kini tengah viral.
"Gw dapat info, ada perundungan di SMA Binus Intl BSD, seorang anak dipukulin sama belasan seniornya hingga masuk rumah sakit, mereka anak-anak pesohor, dan ngerinya lagi sampai disundut rokok!" tulisan akun tersebut.
Dikonfirmasi, Kasi Humas Polres Tangsel Iptu Wendi Afrianto mengatakan, laporan atas aksi perundungan itu telah diterima Polres Tangsel. "Ya, laporan sudah masuk ke Unit PPA Polres Tangsel," ujar Wendi, Senin, 19 Februari 2024.
Dalam informasi yang beredar dan jadi viral di media sosial, disebutkan bahwa ada siswa yang membentuk geng dan sudah berlangsung selama sembilan generasi. Geng ini menamakan diri Geng Tai (GT) dan dikendalikan senior kelas 12 yang disebut Agit.
Advertisement
Diduga Melibatkan Geng Sekolah
Selain bertugas sebagai pemimpin, Agit juga merekrut anggota baru. Keuntungan bergabung dengan geng ini, yakni diberi uang, mendapat parkir kendaraan dekat Binus, dan yang terpenting, status hierarki yang lebih tinggi dibanding siswa lain.
Siswa yang tidak bergabung ke dalam geng kerap dirundung, bahkan sampai tindak kekerasan. Geng Tai biasanya nongkrong sepulang sekolah di Warung Ibu Gaul (WIG) yang terletak di belakang sekolah.
Di sana, mereka biasa merokok dan melakukan kekerasan, termasuk dalam merekrut anggota baru. Syarat untuk masuk ke geng ini harus melewati beberapa tahapan, mulai dari disuruh meneriakkan nama seseorang, membelikan makanan untuk senior, hingga mendapat aksi kekerasan, bahkan pelecehan.
Menurut informasi, terjadi pemukulan yang direkam pada 2 Februari 2024. Kabarnya, 40 orang terlibat dalam kejadian ini, membuat beberapa siswa diskors. Di kolom komentar, disebutkan bahwa di antara para pelaku, ada anak artis, dan menyebut nama Vincent Rompies.
Kasus Dugaan Perundungan di Sekolah
Kasus perundungan di sekolah terus terdengar dari waktu ke waktu. Maraknya kejadian ini, menurut pengamat pendidikan Doni Koesoema, mengindikasi adanya kondisi darurat kasus perundungan di dunia pendidikan Indonesia.
"Banyak muncul kasus kekerasan yang tidak masuk akal. Ini saya rasa harus jadi perhatian besar," katanya melalui pesan suara pada Tim Lifestyle Liputan6.com, 2 Agustus 2023.
Doni menyambung, "Suara (solusi kasus perundungan di sekolah) seharusnya lebih menggema dari Merdeka Belajar atau Kurikulum Merdeka yang sebenarnya tidak berdampak sebegitu signifikan. Kasus kekerasan dampaknya langsung ke jiwa dan nyawa anak-anak. Pemerintah harus ambil langkah serius mengatasi ini."
Disebut sebagai salah satu dosa besar pendidikan Indonesia, memberantas kasus bullying berarti harus mencari akar persoalannya, menurut Doni. "Dari fenomena ini, (harus) dibangun sistem yang baik, mulai dari prinsip-prinsip untuk pencegahan, penindakan, sampai implementasi di lapangan."
"Ini harus dikaji dan didalami. Kalau perlu, ada riset khusus. Tapi, faktanya sampai sekarang, hal ini tidak dilakukan. Yang terjadi, kekerasan demi kekerasan terus muncul. Tidak ada usaha yang secara serius dan sistematis dilakukan untuk mengatasi kasus perundungan di satuan pendidikan."
Advertisement