Teten Masduki Jadikan China Sebagai Kiblat Ekonomi Digital

Teten Masduki menjadikan China sebagai acuan ekonomi digital, lantaran negara tersebut menjadikan ekonomi digital sebagai pilar ekonomi baru.

oleh Tira Santia diperbarui 20 Feb 2024, 14:10 WIB
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki saat ditemui di JCC Jakarta, Selasa (28/11/2023). (Tira/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki menjadikan China sebagai acuan ekonomi digital, lantaran negara tersebut menjadikan ekonomi digital sebagai pilar ekonomi baru.

MenkopUKM menyebut, kontribusi ekonomi digital di negara itu terhadap GDP mencapai di atas 40 persen. Hal itu menjadikan transformasi digital di China melahirkan sumber-sumber pendapatan baru yang menopang perekonomian di negara itu.

“Mereka melakukan transformasi dari hulu-hilir, bukan hanya jasa perdagangan, keuangan, tetapi juga melalui IoT (Internet of Things) dan AI (Artificial Intellegence) yang diproduksi di sektor kesehatan, manufaktur, dan agrikultur. Sementara di Indonesia baru di sektor perdagangan dan keuangan saja,” kata Menteri Teten, saat ditemui di kantor KemenKopUKM, Selasa (20/2/2024).

Sebelumnya, MenkopUKM mengatakan era digital menjadi momentum bagi Pemerintah daerah untuk mengembangkan kotanya menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru.

Menurutnya setelah UMKM terbuka aksesnya ke pasar online, maka kualitas produk harus ditingkatkan. Begitu juga dengan suplai produk hingga kapasitas produksi.

Disisi lain, Teten juga menekankan pentingnya kualitas kemasan produk UMKM, khususnya bagi produk oleh-oleh khas daerah yang akan dibawa pulang wisatawan. Untuk hal ini ia mencontohkan Jepang yang sangat concern dan fokus mengembangkan kualitas kemasan produk UMKM-nya.


Teten Masduki Gandeng KPPU Sinergi Program Pengawasan Persaingan Usaha UMKM

Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (MenkopUKM) Teten Masduki di kantor KemenkopUKM, Senin (19/2/2024). (Foto: Liputan6.com/Tira Santia)

Menteri Koperasi dan UKM menerima Audiensi secara Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) M. Fanshurullah Asa terkait Sinergi Program dibidang Pengawasan Persaingan Usaha dan Kemitraan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).

MenkopUKM menyampaikan bahwa kemitraan bagi UMKM sangat penting, sebab struktur ekonomi Indonesia saat ini masih didominasi oleh produsen kecil seperti petani, nelayan, dan peternak.

“Kami membahas banyak hal dan ada beberapa poin penting. Intinya, untuk bisa suplai industri dan market tidak mudah, produsen kecil harus diagregasi oleh usaha besar," kata Teten Masduki saat bertemu dengan Ketua KPPU Fanshurullah Asa bersama jajaran Anggota Komisioner KPPU lainnya di Kantor KemenKopUKM, Jakarta, Senin (19/2/2024).

Adapun beberapa poin yang dibahas dalam pertemuan tersebut di antaranya, pertama, kolaborasi dengan KPPU untuk fokus mengenai kemitraan usaha besar dan kecil. Karena hal tersebut menjadi salah satu peluang yang memungkinkan UMKM bisa naik kelas, sekaligus meningkatkan kualitas produk.

Kedua, soal monopoli pasar digital. Ketiga, terkait implementasi pengadaan barang dan jasa Pemerintah yang mengharuskan 40 persen produk lokal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah (APBN/APBD) untuk dibelanjakan produk atau jasa dari pelaku UMKM.

“Poin-poin tersebut yang ingin kami kerja samakan dan perkuat. Termasuk kami juga ingin mengkaji dan mereview kebijakan investasi supaya investor besar dari luar bisa bermitra. Selama ini, kemitraan masih bersifat charity saja, kita ingin mendorong UMKM masuk ke dalam rantai pasok industri yang menjadi core businessnya," ujar MenkopUKM Teten.

 


Pentingnya Kemitraan

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki dalam Konferensi Pers Refleksi 2023 & Outlook 2024, Kamis (21/12/2023), di gedung Smesco, Jakarta. (Dok KemenkopUKM)

Disisi lain, MenkopUKM juga menyampaikan pentingnya meningkatkan kemitraan usaha kecil dan usaha besar dilakukan untuk memudahkan suplai industri dan membuka market.

“Produsen kecil harus diagregasi. Petani yang ke pengepul tidak dilihat oleh ekosistem bank. Tapi ketika sudah ada kepastian dan kemitraan dengan usaha besar, usahanya menjadi semakin baik sehingga bisa bankable," ujar Teten.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya