Liputan6.com, Jakarta - Israel membatasi pengeluaran, perjalanan dan investasi secara tajam pada akhir 2023. Hal ini saat perang habis-habisan Israel terhadap militan Hamas di Gaza menimbulkan banyak kerugian terhadap ekonomi.
Dikutip dari Channel News Asia, Selasa (20/2/2024), perang telah hentikan pertumbuhan ekonomi, terutama dengan penarikan dana cadangan besar-besaran dan puluhan ribu orang mengungsi dari kota-kota perbatasan dekat Gaza dan Lebanon karena serangan roket terus menerus dari Hamas dan Hizbullah.
Advertisement
Ekonomi Israel alami kontraksi tahunan 19,4 persen pada kuartal IV dibandingkan tiga bulan sebelumnya. Namun, secara keseluruhan pada 2024, ekonomi Israel tumbuh positif.
“Kontraksi ekonomi pada kuartal IV 2023 dipengaruhi langsung oleh pecahnya perang pada 7 Oktober,” ujar biro statistik.
Sepanjang 2023, ekonomi Israel tumbuh 2 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 6,5 persen. Namun, di atas rata-rata Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) sebesar 1,7 persen. Namun, produk domestik bruto (PDB) per kapita turun 0,1 persen tahun lalu dibandingkan rata-rata pertumbuhan OECD sebesar 1,2 persen.
Hingga serangan lintas batas Hamas pada 7 Oktober di Israel selatan, perekonomian Israel berada di jalur pertumbuhan sekitar 3,5 persen pada 2023.
Namun, Oktober adalah bulan yang sangat sulit bagi sebagian besar warga Israel, banyak di antara mereka yang mengetahui siapa saja yang terbunuh atau diculik dalam aksi kekerasan tersebut sehingga membuat tidak berminat untuk berbelanja, sementara bioskop dan bentuk hiburan lainnya sebagian besar tutup, meskipun sekarang sudah buka.
Biaya Perang Melonjak
Perekonomian pada kuartal keempat terkena dampak penurunan belanja swasta sebesar 26,9 persen. Adapun belanja swasta sebagai pendorong pertumbuhan. Israel juga catat penurunan ekspor sebesar 18,3 persen dan penurunan investasi pada aset tetap sebesar 67,8 persen, terutama pada bangunan tempat tinggal.
Pengeluaran pemerintah, terutama untuk biaya perang dan kompensasi bagi dunia usaha dan rumah tangga yang terkena dampak, melonjak 88,1 persen.
Perkiraan pertumbuhan keseluruhan sebesar 2 persen pada tahun lalu sejalan dengan proyeksi terbaru Bank Israel dan Kementerian Keuangan. Bank of Israel memperkirakan pertumbuhan sebesar 5 persen pada tahun 2025.
Belanja swasta turun 0,7 persen pada 2023, sementara ekspor turun 1,1 persen dan investasi pada aset tetap turun 1,9 persen. Belanja pemerintah naik 8,3 persen tahun lalu.
Shekel melemah 0,6 persen terhadap dolar, sedangkan indeks saham utama Tel Aviv 125 naik 0,6 persen setelah data tersebut diumumkan.
Advertisement
Prediksi Ekonomi Israel pada 2024
Ekonomi Israel bakal tumbuh 2 persen pada 2024 tergantung pada lamanya konflik dan apakah konflik akan meluas ke bidang lain. Bank sentral dan pihak lain harap ekonomi tumbuh tajam pada 2025 yang dipimpin sektor saham teknologi dan menunjukkan ketahanan setelah konflik sebelumnya.
Data Produk Domestik Bruto (PDB) mengikuti angka yang menunjukkan tingkat inflasi Israel menurun ke level terendah dalam dua tahun terakhir yaitu 2,6 persen pada Januari.
Dengan perekonomian yang melambat dan inflasi kembali ke target 1-3 persen, hal ini biasanya cukup untuk mendorong penurunan suku bunga lagi setelah penurunan seperempat poin pada bulan Januari. Namun, para pengambil kebijakan, menurut beberapa analis, berniat untuk tetap berhati-hati dan tetap berpegang pada tujuan utama mereka dalam menjaga stabilitas keuangan. Israel akan memutuskan suku bunga pada 26 Februari.
IMF: Konflik Israel-Hamas Mulai Berdampak ke Ekonomi Timur Tengah
Sebelumnya diberitakan, konflik Israel-Hamas yang sudah berlangsung berminggu-minggu hingga memporak-porandakan wilayah Gaza mulai berdampak pada perekonomian negara-negara tetangga terdekat atau di daerah Timur Tengah. Hal itu diungkapkan oleh Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF), Kristalian Georgiva saat menghadiri forum investor Arab Saudi pada Rabu 25 Oktober 2023.
"Anda lihat negara-negara tetangga, Mesir, Lebanon, Yordania di sana dampaknya sudah terlihat,” kata Kristalina Georgieva di Future Investment Initiative (FII) di Riyadh, dikutip dari Channel News Asia, Kamis (26/10/2023).
Pernyataan Georgieva datang setelah para raksasa Wall Street mengatakan kepada forum tersebut bahwa Konflik Israel-Hamas tersebut dapat memberikan pukulan berat terhadap perekonomian global, terutama jika melibatkan negara lain."Apa yang kami lihat adalah lebih banyak kegelisahan di dunia yang sudah penuh kecemasan," ucap Georgieva.
"Ada negara-negara yang bergantung pada pariwisata – ketidakpastian adalah pembunuh arus masuk wisatawan," katanya, sambil menjelaskan potensi kerugian ekonomi bagi negara-negara di Timur Tengah sebelum menyebutkan risiko spesifiknya.
"Investor akan ragu untuk pergi ke tempat itu. Biaya asuransi - jika Anda ingin memindahkan barang, biayanya akan meningkat. Risiko akan lebih banyak pengungsi di negara-negara yang sudah menerima lebih banyak pengungsi," Georgiva mengingatkan.
Sebelumnya, Ketua Organisasi Perdagangan Dunia atau World Trade Organization (WTO) Ngozi Okonjo-Iweala juga memperingatkan konflik Israel-Hamas tersebut akan berdampak sangat besar pada arus perdagangan global yang sudah lemah jika konflik meluas ke seluruh wilayah.
"Kami berharap konflik ini segera berakhir dan dapat diatasi. Ketakutan terbesar kami adalah jika hal ini meluas, karena hal tersebut akan berdampak sangat besar pada perdagangan," ujar dia dalam sebuah wawancara, dikutip dari laman Arab News.
Advertisement