Liputan6.com, Jakarta - Sentimen pemilihan umum (pemilu) dalam negeri tampaknya sudah mulai meredup, meski belum sepenuhnya mereda. Pasar kini disebut kembali mengalihkan fokusnya ke kondisi global yang lebih luas. Salah satunya yakni sinyal penurunan suku bunga oleh Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed).
"Sekarang ini tema-nya paling tidak sampai semester I 2024, adalah Pemilu centris. Jadi kalau ngomong pemilu centris itu kita fokuskan yang pertama adalah konsumen," ujar Direktur Investasi BNI Asset Management, Putut Endro Andanawarih dalam temu media di Jakarta, Selasa (20/2/2024).
Advertisement
Ia menilai, pertumbuhan konsumsi di dalam negeri saat ini membentuk kurva 'K'. Itu menggambarkan kelompok menengah-atas, memiliki pertumbuhan yang bagus. Sebaliknya, pertumbuhan konsumsi kelompok menengah ke bawah makin surut. Daya beli kelompok menengah atas dianggap tidak terlalu terpengaruh sentimen yang terjadi termasuk inflasi.
"Lalu sektor perbankan yang paling kita suka dan paling kita pertahankan di tahun ini. Karena suku bunga naik atau turun, yang namanya perbankan itu NIM-nya tidak akan makin jelek. Dia (bank) itu akan untung terus. Jadi kalau nanti ada penurunan suku bunga artinya akan positif," ujar Putut.
Seiring dengan penurunan suku bunga, asumsinya suku bunga pinjaman juga akan turun. Ini akan mendongkrak pertumbuhan pembiayaan, termasuk untuk hunian. Sehingga Putut memandang positif pada prospek properti.
"Properti ada, tapi saat ini masih netral. Kalau untuk komoditas itu juga netral. Untuk EBT kita mulai liat, investasinya sudah mulai kesana," imbuh Putut.
Incar Investor Ritel, BNI AM Targetkan Masuk 5 Besar Dana Kelolaan Terbanyak
Sebelumnya diberitakan, BNI Asset Management (BNI AM) mengincar pertumbuhan dana kelolaan di atas rata-rata industri. Direktur Investasi BNI Asset Management, Putut Endro Andanawarih mengatakan, perusahaan berupaya untuk menembus lima besar sebagai perusahaan manajer investasi (MI) dengan dana kelolaan terbanyak pada 2024.
"Target tahun ini, kami mengacu pada investor. Yang jelas kami akan fokus untuk menambah porsi investor ritel dan naik meraih posisi lima besar perusahaan manajer investasi di Indonesia," kata Putut dalam temu media di Jakarta, Selasa (20/2/2024).
Tahun ini, BNI AM juga menggenjot partisipasi dari investor ritel. Meski dari sisi dana kelolaan lebih kecil, namun kelompok investor ritel menyumbang lumayan signifikan dari sisi pendapatan.
"BNI AM tumbuh pada 2023, salah satunya karena kemarin kita berubah bisnis model. Kalau dulu banyak institusi, tahun ini lebih banyak ritel. Secara AUM lebih banyak institusi. Tapi kalau revenue, retail mulai gerogoti porsi institusi. Makanya kita kerja sama dengan beberapa sekuritas (untuk pasarkan produk BNI AM)," imbuh Putut.
Advertisement
Dana Kelolaan
BNI AM saat ini bekerjasama dengan 13 Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD) fintech dan 11 APERD sekuritas berbasis fintech yang memasarkan reksa dana melalui platform digital yang dimilikinya. kepercayaan APERD kepada BNI-AM terus meningkat tercermin dari bergabungnya 4 APERD baru di daftar rekanan pemasaran BNI-AM sepanjang tahun 2023 yaitu Bahana Sekuritas, Mandiri Sekuritas, Sayakaya, dan Buka Investasi Bersama (BIB).
"Bergabungnya keempat APERD baru tersebut diharapkan dapat memperluas jaringan pemasaran produk BNI-AM terutama dengan semakin bertambahnya produk unggulan yang diterbitkan," ujar Putut.
Sepanjang tahun lalu, perusahaan berhasil membukukan dana kelolaan atau asset under management (AUM) sebesar Rp 31,7 triliun. Angka itu naik 1,9 persen dibanding tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini tercapai di tengah industri reksa dana tanah air yang justru mengalami penurunan AUM rata-rata sebesar -0,64 persen.
Secara umum, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat nilai asset under management (AUM) pengelolaan investasi per 29 Desember 2023 tercatat sebesar Rp 824,73 triliun, dengan nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana tercatat sebesar Rp 501,46 triliun atau naik 1,77 persen (mtd).
Investor Reksa Dana membukukan net subscription sebesar Rp 6,31 triliun (mtd). Secara ytd, kinerja industri reksa dana relatif stabil dengan NAB menurun 0,67 persen, namun masih mencatatkan net subscription sebesar Rp8,98 triliun.
Perluas Pasar Reksa Dana, BNI Asset Management Gandeng Bank CTBC Indonesia
Sebelumnya diberitakan, BNI Asset Management (BNI-AM) terus berupaya memperluas pasar reksa dana. Salah satunya dengan melakukan kerja sama dengan Bank CTBC Indonesia.
Sebagai wujud tanggung jawab dan kontribusi pada pelestarian lingkungan, BNI-AM terus memperluas jaringan pemasaran reksa dana BNI-AM Sri-Kehati ke berbagai Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD) melalui berbagai program dan edukasi di sosial media.
Setelah menjalin kerjasama dengan Bank BNI dan Indo Premier Sekuritas, BNI AM Kembali mendapatkan kepercayaan dari Bank CTBC Indonesia untuk memasarkan Reksa Dana BNI-AM Sri Kehati kepada nasabah Bank CTBC Indonesia.
Direktur investasi BNI AM Putut Endro Andanawarih mengatakan, tren dari pertumbuhan penerapan ESG, memberikan nilai positif bagi emiten dan dunia pasar modal di Indonesia.
Misalnya, aspek environmental menjadi pertimbangan institusi dalam memposisikan diri terhadap isu lingkungan regional dan isu global perubahan iklim, aspek sosial terkait erat dengan lingkungan kerja hingga proses pembebasan lahan dan dampak ke penduduk dan aspek governance yang berkaitan dengan standar dalam menjalankan perusahaan sesuai prinsip tata kelola yang baik (good corporate governance).
"BNI AM mengedukasi tiga produk baru yang diluncurkan oleh CTBC di bulan ini pada 12 Oktober 2023, yaitu: BNI-AM Indeks IDX Growth30, BNI-AM IDX High Devidend 20 dan BNI-AM Sri Kehati. Produk ini dapat menjadi pilihan investasi untuk nasabah Bank CTBC, karena Reksa Dana ini dikelola secara pasif, kinerjanya dapat diukur dengan underlying saham-saham yang “mimicking” dan bobotnya sesuai dengan indeks," kata Putut, Kamis (12/10/2023).
Advertisement