Main ke Museum Batik Indonesia di TMII, Ada Pameran Spesial yang Berlangsung Sampai Akhir Februari 2024

Museum Batik Indonesia menghadirkan pameran tentang ekosistem batik di Indonesia yang akan berlangsung hanya sampai akhir Februari 2024.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 21 Feb 2024, 07:00 WIB
Museum Batik Indonesia di TMII. (dok. IHA).

Liputan6.com, Jakarta - Ada yang pernah main-main ke Museum Batik Indonesia? Museum yang berada di kawasan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) itu masih menggelar pameran temporer berjudul 'Hulu ke Hilir: Ekosistem Batik' yang berlangsung sejak Desember 2023.

Dalam pameran yang akan berlangsung hingga 29 Februari 2024 itu, pengunjung diajak untuk mengenal dunia penciptaan karya batik, mulai dari proses pra-produksi, produksi, distribusi, hingga upaya pelestariannya. Kain batik yang ditampilkan tidak hanya berasal dari daerah Jawa, tetapi juga Sumatera hingga Maluku, yang memiliki ciri khas masing-masing.

Pameran ini memberikan gambaran besar terkait proses produksi-konsumsi batik, termasuk mata rantai produksi-distribusi yang seringkali tidak diperlihatkan kepada publik. 

"Kami berharap melalui pameran ini, pengunjung dapat lebih menghargai nilai gagasan, kerja keras, kreativitas,  dan upaya untuk mempertahankan keberlanjutan batik yang telah dilakukan oleh para pelaku budaya batik serta mengajak masyarakat untuk turut berperan dalam melestarikannya," kata Archangela Y. A., penanggung jawab Museum Batik Indonesia dalam rilis yang diterima Tim Lifestyle Liputan6.com, Selasa, 20 Februari 2024.

Indonesia melalui Kemendikbudristek mendirikan Museum Batik Indonesia sebagai komitmen pelestarian batik setelah tercatat dalam UNESCO Representative List of the Intangible Culturan Heritage of Humanity sejak 2009. Museum tersebut kini bernaung di bawah Museum dan Cagar Budaya (IHA) yang dikelola sebagai Badan Layanan Umum.

"Pameran ini merupakan langkah sangat penting dalam memperkuat kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian warisan budaya. Kami berharap pameran ini dapat menginspirasi masyarakat untuk terlibat aktif dalam melestarikan batik sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas budaya bangsa," kata Plt. IHA Ahmad Mahendra.

 


Sejarah Museum Batik Indonesia

Museum Batik Indonesia di TMII. (dok. IHA)

Dosen seni rupa dan desain Lasalle College, Susi Harahap memuji penyelenggaraan pameran tersebut. Dari kacamata ilmu interior, ia menilai display yang ditampilkan cukup representatif untuk ditangkap oleh pengunjung.

"Bisa kita melihat informasi dengan lebih jelas. Selain itu, suasana yang ditampilkan proporsional sehingga siapapun yang melihat juga nyaman, membuat lebih paham bagaimana wastra Indonesia itu demikian punya nilai yang sangat tinggi," ujarnya.

Museum Batik Indonesia mulai dibangun pada 2014 oleh Kementerian Pendidikan dan kebudayaan dan selesai dibangun pada 2018. Mengutip laman museumbatik.kemdikbud.go.id, bentuk denah bangunan museum itu secara arsitektural menyerupai lipatan kain. 

Pada bagian depan bangunan museum dihias dengan beberapa motif batik, salah satunya adalah motif Kawung. Ruang pameran tetap Museum Batik Indonesia terbagi menjadi tujuh, yaitu Ruang Sejarah Batik Nusantara, Ruang Khazanah Batik Nusantara, Ruang Teknik Pembuatan Batik, Ruang Penggunaan Batik secara Tradisional, Ruang Perkembangan Batik, Galeri Kemasyuran, dan Ruang Kesimpulan.

 


Isi Koleksi Museum dan Cara Berkunjung

Museum Batik Indonesia di TMII. (dok. IHA)

Replika sertifikat penetapan Batik Indonesia sebagai salah satu warisan budaya takbenda UNESCO dipamerkan di ruang pertama. Ditampilkan pula dua replika arca yang digambarkan mengenakan kain bermotif sebagai representasi kehadiran motif batik di masa Hindu-Buddha, yaitu Arca Prajnaparamita dan Arca Durga Mahisasuramardini.

Di ruang kedua, pengunjung diajak untuk mengenali berbagai jenis koleksi batik yang mewakili daerah-daerah penghasil batik dan perkembangan batik yang berakulturasi dengan budaya asing. Pameran ini dimulai dengan ditampilkannya kain tradisional yang tekniknya serupa dengan batik, yaitu kain Sarita dan Ma’a dari Toraja, serta Simbut dari Banten.

Selanjutnya dipamerkan kain batik yang berasal dari enam wilayah awal perkembangan batik di Indonesia, yaitu Yogyakarta, Surakarta, Pekalongan, Cirebon, Lasem, dan Madura. Ada juga koleksi batik dari berbagai daerah lain dan batik hasil akulturasi beberapa budaya, yaitu Batik Basurek, Batik motif Kilin Menari, Batik Jawa Hokokai, dan Batik Belanda.

Anda yang tertarik mengunjungi Museum Batik Indonesia hanya perlu membayar tiket masuk ke TMII senilai Rp25 ribu per orang. Museum tersebut buka setiap Selasa hingga Minggu, pada pukul 09.00-15.00 WIB.


Pengaruh China pada Batik Pesisir

Gedung Museum Batik Indonesia. (Foto: Instagram/mbatik.in)

Batik di Indonesia dipengaruhi beragam kultur. Salah satunya dari pendatang asal Tiongkok. Mereka datang ke Indonesia dibawa oleh Belanda sebagai pekerja. Kehadiran mereka, kata desainer fesyen dan pengamat mode Musa Widyatmodjo, membawa pengaruh budaya peranakan yang cukup kental.

Kepada Liputan6.com, beberapa waktu lalu, ia menjelaskan bahwa akulturasi budaya itu terjadi salah satunya di kota-kota pelabuhan di Jawa, seperti Jakarta, Cirebon dan Surabaya, lewat batik pesisir. Pengaruh budaya China terhadap batik di daerah pesisir sangat terlihat dari beragam motif yang diaplikasikan dalam lambang-lambang yang sarat makna filosofis.

Saat bicara mengenai busana, elemen-elemen khas yang ada dalam pakaian China seperti cheongsam menjadi ciri khas yang acap kali diadaptasi. "Kalau di batik itu motif yang digambar di pesisiran seperti Lasem. Batik Lasem sangat kuat dengan motif China," kata Musa.

Ia juga mencirikan motif pada batik Mega Mendung yang juga termasuk jenis batik pesisir. Sementara, lambang-lambang lain yang maknanya bagus adalah burung hong, kupu-kupu, burung phoenix dan bunga lotus sebagai suatu penggambaran dari mitos-mitos tanaman dan tumbuhan yang umum dipakai oleh orang keturunan.

Infografis Sentra Batik di berbagai daerah di Indonesia. (Dok: Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya